Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-105)

VII. Nabi Ilyas, Ilyasa, Yunus, Penghancuran Haikal Sulaiman (Masjidil Aqsha), Bani Israel Terjajah dan Diperbudak Lagi.

422
Nehemia memimpin pembangunan kembali kota Yerusalem yang telah hancur. (Sumber: freerepublic)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Pembangunan Haekal Sulaiman selesai pada masa pemerintahan raja Darius sekitar tahun 515 SM. Dengan demikian pembangunan itu membutuhkan waktu sekitar 23 tahun. Kaum Yudea kembali bersuka ria dan beribadah lagi di Haekal Sulaiman dengan tata cara kitab Taurat Musa, serta menyembelih kurban.

Namun semua ibadah tersebut dilaksanakan berdasar tradisi lisan yang berkembang sejak hilangnya Tarurat Musa bersamaan dihancurkannya Haekal Sulaiman oleh tantara Nebukadnezar II tahun 587 SM.

Tidak diketahui pasti, tradisi lisan ini apakah tradisi lisan yang berkembang di Babilonia, ataukah di Yerusalem. Jika melihat bahwa ada beberapa Nabi Yudea yang ke Yerusalem berasal dari Babilonia, maka sangat mungkin ibadahnya berdasar tradisi lisan taurat di Babilonia.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-104)

Jika ada tradisi lisan yang juga berkembang di Yerusalem, sangat mungkin tradisi lisannya kemudian disesuaikan dengan tradisi lisan yang diajarkan oleh nabi-nabi Bani Israel yang datang dari Babilonia.

Kepulangan kembali kaum Yudea ke Yerusalem ini juga menandai penyatuan kembali negeri Bani Israel dengan ibu kotanya di Yerusalem yang dilengkapi dengan Haekal Sulaiman yang baru.

Negeri Bani Israel saat itu, wilayahnya telah menjadi bagian dari wilayah Persia di mana kota-kotanya di perintah oleh satrap atau kepala kota yang ditetapkan berdasar keputusan dari raja Persia.

Namun demikian penduduk Bani Israel dalam keadaan damai, tidak ada perang dengan suku-suku Filistin atau suku-suku lainnya, karena semua wilayah maupun suku-suku berada dalam kendali keputusan raja Persia. Mesir juga belum bangkit melawan dominasi imperium Persia.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-103)

j. Uzair, Musa Baru dan kemunculan kembali Taurat Asli.

Uzair atau Ezra, dalam Kitab Ezra meriwayatkan, beberapa puluh tahun kemudian, sangat mungkin ketika pada masa raja Persia dipegang oleh Artaxerxes I, kitab Ezra menyebut Artahsasta, yang berkuasa pada tahun 465 SM-424 SM. Raja mempunyai penasihat yang sangat dihormatinya dari Bani Israel yaitu Ezra, yang terkenal bijaksana dan imam ahli Taurat.

Saat itu Taurat diajarkan dengan tradisi lisan. Uzair (Ezra), menghadap Artaxerxes, mengajukan permohonan untuk dapat diijinkan pulang ke Yerusalem. Ezra mengatakan bahwa dirinya selalu memiikirkan keadaan Haikal Sulaiman baru yang telah dibangun pada masa Nabi Hagai yang diperintahkan pembangunannya sejak raja Koresh II hingga raja Darius I. Ezra ingin mengajarkan taurat pada Bani Israel di Yerusalem yang sudah cukup lama ditinggal Nabinya.

Mendengarkan permohona Ezra, Artaxerxes meluluskan permintaan Ezra, dan mengijinkan siapa saja dari Bani israel yang mau secara sukarela kembali pulang ke Yerusalem. Raja juga membekalinya dengan harta berupa emas dan perak serta bermacam binatang ternak untuk kurban, gandum, garam, minyak, yang semuanya dalam jumlah besar, perlengkapan peribadatan, dan lain lain.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-102)

Ezra kemudian mengumpulkan semua pemimpin suku dan puak puak Bani Israel untuk menyampaikan rencana kepulangan Bani Israel ke Yerusalem. Setelah semua sepakat dengan rencana tersebut segera disebarkan luaskan ke kota kota di Persia. Bani Israel yang ikut rombongan pulang diumpulkan semua di tepi sungai Ahawa. Membutuhkan waktu cukup lama untuk mengumpulkan semuanya.

Rombongan Ezra bahkan jumlahnya lebih besar dari rombongan Bani Israel yang pertama kali dipulangkan oleh Koresh II. Tepi sungai Ahawa menjadi penuh kemah Bani Israel dan binatang ternak dan binatang kurban yang akan dibawa ke Yerusalem. Setelah semua siap, perjalanan rombongan besar hijrah Bani Israel untuk yang kesekian kalinya terjadi lagi. Agar tidak menimbulkan masalah di kota dan desa yang dilewati, Ezra telah dibekali surat Raja.

Sampai di Yerusalem, Ezra dan rombongannya disambut gembira penduduk Israel. Setelah beberapa lama di Yerusalem mengajarkan Taurat didapatinya banyak dari Bani Israel yang kawin dengan orang-orang Kanaan, Het, Feris, Yebus, Amon, Moab, Mesir dan Amori.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-101)

Ezra mengkhawatirkan kaumnya akan kembali menyembah berhala dengan perkawinan itu, mengulangi kesalahan yang sama seperti pada masa nenek moyangnya dahulu yang akhirnya dihukum oleh Allah karena masuk dalam kemusyrikan dan kemurtadan. Ezra mengurung dirinya di bait EL berdoa dan memohonkan ampunan kepada Allah atas perbuatan kaumnya itu.

Hingga akhirnya penduduk negeri Israel yang telah kawin dengan orang-orang asing penyembah berhala tersebut berdatangan kepadanya, dan berjanji akan menceraikan istri atau suami mereka yang dari orang asing penyembah berhala. Bahkan mereka juga berjanji berpisah dengan keturunan dari perkawinan campuran tersebut. Mereka juga akan menyembelih hewan kurban untuk menandai perceraian dan pemisahan keturunannya itu.

Peristiwa lain pada Bani Israel yang terjadi di Susa ibu kota kerajaan Persia, Kitab Nehemia mengkisahkan. Pada tahun sekitar 445 SM, kepala pelayan makanan dan minuman istana yang pada masa itu adalah jabatan tinggi di istana kerajaan, dijabat oleh orang Bani Israel bernama Nehemia.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-100)

Dia ditegur oleh raja Artaxerxes karena dalam beberapa hari dilihatnya wajahnya kelihatan sedih, tidak terlihat senyuman di wajahnya. Dijelaskan oleh Nehemia, bahwa dirinya baru saja mendapat kunjungan dari sanak saudaranya, yang menceritakan keadaan kota Yerusalem yang masih jauh dari baik, reruntuhan tembok dan bangunan habis terbakar masih menjadi pemandangan dimana mana, tembok kota dan pintu gerbangnya masih berupa onggokan reruntuhan batu dan kayu bekas dimakan api.

Nehemia kemudian mengajukan permohonan kepada raja agar diperkenankan kembali ke kota nenek moyangnya itu untuk membangunnya kembali. Permohonan itu dikabulkan oleh raja. Nehemia disertai beberapa orang dengan dibekali surat untuk

bupati atau satrap diwilayah barat sungai Eufrat agar membantu maksut Nehemia untuk membangun kotanya lagi.

Sampai di Yerusalem, Nehemia dengan berbekal kuasa dari raja yang mengangkatnya menjadi bupati di tanah Yudea selama dua belas tahun, kemudian menggerakkan orang-orang Bani Israel untuk memulai membangun kembali kotanya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-99)

Pintu gerbang yang runtuh didirikan lagi dan diperbaiki, batu batu tembok mulai ditata lagi. Ada orang-orang dari Amon yang menentangnya dan menyerangnya berusaha untuk membunuhnya, namun Nehemia dapt mengatasinya.

Nehemia meskipun menjadi Bupati wilayah Yudea namun tidak mengambil hak haknya sebagai bupati dan tidak memperkaya dirinya, sehingga semakin banyak mendapatkan dukungan dari masyarakat Yudea untuk membangun kembali kota Yerusalem. Nehemia membangun tembok dan gerbang gerbang kota sesuai dengan ayat ayat dalam kitab Yehezkiel.

Apa yang dilakukan oleh Nehemia di dukung oleh Ezra. Ketika tembok kota sudah jadi, kelihatan kota tersebut cukup besar namun penduduknya sedikit. Pintu-pintu gerbang kemudian dijaga oleh yang mempunyai hak sebagai penjaga gerbang yaitu dari Bani Salum, Bani Ater, Bani Talmon, Bani Akub, Bani Hatita dan Bani Sobai.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here