Kisah Ki Bagus Hadikusumo Menolak Sake Kaisar Hirohito

42531
Ki Bagus Hadikusumo bersama Presiden Soekarno bertemu Tenno Haiko di Tokyo, Jepang. (Foto: gomuslim)

Muslim Obsession – Ridho Al-Hamdi dalam Paradigma Politik Muhammadiyah mencatat bahwa Ki Bagus Hadikusumo, Soekarno dan Moh. Hatta mendapatkan undangan menghadap Kaisar Jepang pada 10 November 1943.

Rhien Soemohadiwidjojo dalam Bung Karno Sang Singa Podium (2013) menulis bahwa kunjungan tiga delegasi Indonesia ke Jepang tersebut berjalan selama 17 hari. Pertemuan utamanya dilakukan untuk mempercepat proses kemerdekaan Indonesia.

Setelah sampai di Jepang, tiga utusan Indonesia ini diminta mengikuti sembahyang di Kuil upacara termulia bersama Kaisar Jepang. Salah satu rukun upacara sakral itu adalah harus meminum air sake (arak) dalam cangkir.

“Beliau tidak mau minum sakai [sake, red] karena ajaran agama Islam mengharamkan minuman keras. Kemudian, Ki Bagus Hadikusumo menumpahkan arak itu ke lantai (karena tangannya gemetar). Tentu saja hadirin menjadi berdebar-debar, termasuk pembesar-pembesar militer Jepang,” demikian tulis Sutrisno Kutoyo dalam Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah (1998).

Kekhawatiran hadirin tentu saja berkaitan dengan sikap keras prajurit Jepang untuk memenggal siapa pun yang menolak perintah. Apalagi yang ditolak Ki Bagus bukan permintaan biasa, melainkan dari seorang Kaisar.

Sebelumnya, Ki Bagus adalah tokoh utama yang mengajak umat Islam Indonesia menolak ritual wajib dari kolonial Jepang untuk melakukan Seikerei, yaitu sikap ruku’ menghadap ke arah matahari terbit setiap pukul tujuh pagi sebagai tanda ketundukan pada Kaisar Jepang.

Seruan Ki Bagus menolak Seikerei meluas hingga ke Sumatera. Akibatnya, Ki Bagus berurusan dengan Gunsaikan atau gubernur militer Jepang di Yogyakarta. Namun atas kepandaiannya menjelaskan ajaran Islam, Gunsaiken memahami dan membolehkan umat Islam tidak melakukan Seikerei lagi.

Sama halnya dengan kasus Ki Bagus menolak Seikerei, Ki Bagus Hadikusumo menjelaskan alasannya menolak minum sake kepada Kaisar dan pejabat militer Jepang.

Dikutip dari laman resmi muhammadiyah.or.id., Selasa (16/1/2024) atas kepandaiannya memberi penjelasan, Kaisar Hirohito pun tidak marah dan merasa takjub sehingga menghadiahkan cangkir dan cawan yang dipakai tempat Sake kepada Ki Bagus Hadikusumo.

Tak hanya mendapatkan hadian cawan, Ki Bagus Hadikusumo bersama Soekarno dan Hatta mendapatkan kehormatan untuk bertemu langsung dan berjabatan tangan dengan Kaisar.

Ki Bagus, Soekarno dan Hatta juga mendapatkan penghargaan Bintang Ratna Suci dari Kaisar. Soekarno mendapatkan lencana kelas dua (Kun Nito Juiho-Sho), sementara Ki Bagus Hadikusumo dan Hatta mendapatkan lencana kelas tiga (Kun Santo Juiho-Sho).

Lencana penghargaan itu bernilai sangat tinggi, karena penerimanya dianggap dekat dengan anggota keluarga Kekaisaran. Arniati Prasedyawati Herkusumo sendiri dalam Chūō Sangi-in: Dewan Pertimbangan Pusat pada masa pendudukan Jepang (1984) mencatat bahwa penghargaan itu utamanya diberikan atas jasa ketiga tokoh ini dalam membantu kebijakan Jepang di Indonesia.

Demikianlah sikap tokoh Muhammadiyah dalam menampakkan keteguhan dan kebersihan akidah. Selain tegas, tokoh Muhammadiyah seperti Ki Bagus juga mengutamakan hikmah dan ilmu dalam menampakkan ketegasan imannya.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here