Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-99)

VII. Nabi Ilyas, Ilyasa, Yunus, Penghancuran Haikal Sulaiman (Masjidil Aqsha), Bani Israel Terjajah dan Diperbudak Lagi.

466
Lukisan dalam bentuk koin tentang Ewil Marodakh atau Amel Mardukh.

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Suatu ketika, di Ekbatana, Astyages yang tetap tidak dapat memperoleh anak laki-laki dari istri istrinya, ketika sedang jalan jalan, dia berhenti memperhatikan sekelompok anak-anak yang sedang bermain. Dilihatnya seorang anak yang cakap yang dapat memimpin anak-anak lainnya. Kemudian anak itu dipanggilnya, ditanya siapa orang tuanya dan dimana rumahnya.

Dengan pertanyaan itu, akhirnya terkuaklah siapa anak yang berumur sekitar 10 tahun itu. Astyages ternyata tidak mengulang kejadian sepuluh tahun lalu untuk menghilangkan nyawa seorang bayi.

Kemudian Astyages membuat sebuah pesta pribadi dengan mengundang Harpagus dan putranya. Orang tua berkumpul dengan orang tua sedang anak-anak berkumpul dengan anak-anak. Setelah pesta makan usai, Astyages bercerita tentang dia menemukan anak muda yang ternyata adalah Koresh atau Cyrus II.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-98)

Harpagus tidak bisa mengelak, bahwa dia menugaskan orang lain untuk membunuh bayinya Mandane, Cyrus II. Astyages bertanya apakah masakan daging yang disajikannya rasanya enak, yang tentu dijawab oleh Harpagus dengan enak pula dan menikmati hidangannya.

Kemudian Astyages menyuruh pelayan mengambil tulang belulang dari daging yang dimakan dalam pesta tersebut. Maka oleh pelayan ditunjukkanlah kepala, tangan dan kaki serta tulang belulang anak Harpagus. Suatu pemandangan yang sulit digambarkan.

Harpagus dengan tetap menyatakan bahwa raja tidak bisa disalahkan kemudian pulang membawa tulang belulang dan sisa tubuh anaknya. Harpagus masih melayani sepupunya dengan tenang tetapi menyimpan dendam yang setiap saat bisa meledak. Namun Astyages telah menyiapkan penjagaan berlapis lapis untuk siapa saja yang berjalan menuju istananya untuk menemui dirinya.

Astyages kemudian memulangkan Cyrus II ke kota Anshan sehingga bertemu dengan Kambises dengan ibunya yang sangat kaget dengan kenyataan itu. Kejadian itu membuatnya membenci ayahnya karena telah berniat membunuh cucunya karena takut kekuasaannya diambil oleh cucunya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-97)

Namun sampai dewasa, Cyrus II belum menunjukkan kebenciannya terhadap ulah kakeknya pada dirinya, meskipun Cyrus II mengetahui semuanya setelah dirinya harus pergi dari rumah orang tua angkatnya yang menjadi penggembala ternak kakeknya dan pindah ke tempat tinggal baru dirumah orang tuanya yang sebenarnya di kota Anshan.

Di Babilonia, masih dalam kisah Kitab Danil 4, Nebukadnezar yang hidup dalam kegilaan tiraninya hingga akhirnya mengalami peristiwa menjadi orang gila yang memakan rerumputan seperti binatang.

Setelah mengalami kehidupan yang sulit digambarkan, setelah melewati masa tujuh tahun, tiba-tiba Nebukadnezar memperoleh kesadarannya kembali. Tentu dirinya kaget ketika dia berada di hutan dan padang rerumputan dan tubuhnya berbulu seperti binatang.

Nebukadnezar dengan segera ingat mimpinya yang ditakwil oleh Nabi Danil. Setelah itu dia merenungkan cara hidupnya yang dipenuhi kegilaan seorang tiran. Nebukadnezar terlibat dalam pergulatan batin yang membuat hatinya berubah.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-96)

Pada akhirnya dia menyadari kekeliruannya dan harus membuang sifat sifat hewaninya yang hanya mengenal bahasa yang kuat memakan yang lemah. Dia kemudian memasuki situasi hidup untuk memahami kaum lemah yang diibaratkan dirinya harus hidup seperti binatang binatang lemah pemakan rumput.

Setelah menyelami kehidupannya itu, akhirnya dia mengakui keberadaan Yang Maha Tinggi, bukan dewa-dewa yang berupa patung yang dibuatnya sendiri. Kemudian dengan kesadaran barunya itu, Nebukadnezar dapat menemukan jalan pulang kembali ke istananya dan kembali menjadi raja yang berbeda dan berkebalikan dengan cara hidup sebelumnya dengan meninggikan Yang Maha Tinggi dan menjadi raja yang adil dan bijaksana.

Nebukadnezar II dicatatkan meninggal sekitar tahun 562 SM setelah berkuasa dalam waktu yang panjang selama sekitar empat puluh tiga tahun. Namun tidak ada kejelasan tentang bagaimana perlakuan terhadap kematiannya, dan tidak ada yang mengetahui dimana kuburnya.

Perubahan cara hidup Nebukadnezar II mungkin menimbulkan situasi yang aneh dan menimbulkan ketegangan dengan anak-anaknya yang menjadi pewarisnya yang tetap menjadi penyembah Marduk.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-95)

Nebukadnezar II pernah memenjarakan anaknya yaitu Ewil Merodakh yang dianggapnya telah melakukan pengkhianatan. Dan ketika Nebukadnezar II meninggal karena usia tua, kemudian ada yang mengeluarkannya dari penjara dan kemudian menggantikan ayahnya sebagai raja. Mungkin karena dendamnya pada ayahnya, Ewil mengambil mayat ayahnya kemudian dibuang begitu saja sehingga tidak berbekas.

Ewil Merodakh kemudian mengganti namanya dengan nama Amel Marduk. Kebenciannya terhadap ayahnya membuatnya menghilangkan semua hal yang terkait dengan keberadaan Nebukadnezar II, baik yang terletak di istana, di luar istana maupun di kuil mardukh, sehingga hampir tidak ada lagi yang dapat dilihat mengenai hasil perbuatan Nebukadnezar II keculai patung besar dewa mardukh.

Ewil Merodakh mempunyai hubungan baik dengan mantan raja Yudea yang dipenjarakan ayahnya. Amel Mardukh kemudian membebaskan Yoyakhin dari penjara, dan menjadi sahabat Amel Mardukh.

Namun Amel Mardukh selama menjadi raja banyak memunculkan kekacauan karena cara memerintahnya yang jauh berbeda dengan Nebukadnezar yang setelah sadar kemudian memerintah dengan adil dan bijak. Amel mardukh justru menunjukkan ketidak taatannya pada hukum sehingga sering menimbulkan kekacauan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-94)

Di Anshan, pada tahun 559 SM, Kambises meninggal dunia dan tahta kerajaannya kemudian digantikan oleh anaknya yaitu Cyrus II. Setelah menjadi raja, Cyrus II mulai menunjukkan bakatnya. Dia mulai berkeliling ke suku suku Persia, mengajak untuk melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan kakeknya, kerajaan Midia, yang akhirnya mendapatkan dukungan yang luas. Koresh II atau Cyrus II juga membangun hubungan rahasia dengan Harpagus yang menyimpan dendam pada sepupunya.

Disisi lain Astyages hidup dalam keputus asaan karena merasa tidak punya pewaris dan sering menjatuhkan tangan besi kepada orang-orang bijak kerajaan maupun pembantunya. Harpagus yang memang mempunyai reputasi yang bagus dalam kerajaan Midia kemudian diam diam berkeliling pada orang-orang penting kerajaan dan perwira pasukan untuk mendukung rencananya bagi Cyrus II.

Pasukan Persia akhirnya berangkat ke Ekbatana. Ketika Astyages mengetahui bahwa cucunya mengepung Ekbatana, lalu mengutus Harpagus untuk memerangi cucunya. Harpagus dengan seluruh pasukan Midia yang dikerahkannya sebesar besarnya kemudian keluar tembok benteng kota menyongsong pasukan Persia.

Namun ketika kedua pasukan berhadap hadapan, terjadilah suatu yang telah direncanakan. Harpagus dan banyak perwira Midia beserta pasukannya justru bergabung dengan pasukan Cyrus II.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here