Bacalah Kitab Lebih Banyak Lagi

225
Umat Islam membaca Al-Quran secara bersamaan dalam acara "Cipulir Mengaji Bersama 500 Qori" di Jalan Samudera, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, Ahad (17/04/2022). (Foto: Edwin B/ Muslim Obsession)

Oleh: A. Hamid Husain (Alumni Pondok Modern Gontor, King Abdul Aziz University, dan Ummul Qura University)

Agar tidak merasa benar sendiri, maka belajarlah dari guru yang banyak, jangan berguru hanya pada satu kelompok atau satu guru saja.

Dan rajinlah membaca kitab yang lebih banyak lagi, agar tidak hanya bisa menyalahkan dan merasa benar sendiri. Sungguh Islam itu mencakup, dan luas sekali.

TRUE STORY:

1- Belajar itu hukumnya Wajib bagi setiap Muslim. Rasulullah ﷺ bersabda:

 طلب العلم فريضة على كل مسلم . رواه ابن ماجه وغيره

“Menuntut Ilmu hukumnya wajib bagi setiap orang Islam”. (Hadits Sahih Riwayah Al-Imam Ibnu Maajah dalam Sunan-nya 1/81, Al-Bazzaar dalam Musnad-nya 1/164, 13/240, 14/45, Ath-Thabraani dalam Al-Mu’jam Ash-Shaghiir 1/36, 1/58).

BACA JUGA: Tanpa Allah, Pastilah Tumbang

2- Menuntut Ilmu terus menerus:

اطلبوا العلم من المهد الى اللحد

“Tuntutlah ilmu sejak lahir sampai mati di liang lahad”.

3- Belajar dari banyak ulama, agar berpengetahuan luas. Sebagai contoh:

Al-Imam An-Nawawi menuturkan bahwa Al-Imam Malik, yang masyhur dengan gelar Imam Madzhab Maliki, beliau belajar dari 900 ulama, yakni 300 ulama dari kalangan Taabi’in, dan 600 guru lagi dari kalangan Taabi’ Taabi’iin.

Di antara guru beliau adalah Al-Imam Naafi’, Az-Zuhri, Ayyub As-Sikhtiyani, dan lain-lain dari para Ulama termasyhur Madinah. Murid atau yang belajar kepada Al-Imam Malik juga banyak sekali.

BACA JUGA: Mampir Dulu ke Masjid

Para ulama sejawat Imam Malik yang masyhur menjadi rujukan hingga kini di antaranya, adalah: Al-Imam Al-Auza’I, Ats-Tsauri, Al-Laits Bin Sa’id dan masih banyak lagi.

Murid Imam Malik yang masyhur yang menjadi rujukan Dunia Islam hingga kini, di antaranya, adalah: Ibnu Mubarak, Muhammad Bin Hasan, Sa’id Al-Qaththaan. Maka rajinlah belajar dari banyak Ulama, agar tidak seperti “katak dalam tempurung”.

Kitab karangan Imam Malik Rahimahullaah, yang paling fenomenal hingga kini adalah “Al-Muwattha’” yang hingga kini menjadi kitab andalan di Dunia Islam.

Kitab Al Muwattha, pada masa Amirul Mu’miniin Harun Ar-Rasyid ingin meggantungkannya di Ka’bah dan menganjurkan semua Manusia untuk mengamalkannya, namun, usul itu ditolak oleh Al-Imam Malik sendiri, takut riya.

BACA JUGA: Menghalau Jin Saat Tidur

POINTERS:

1- Sudah menjadi lumrah bahwa dari sekelompok umat Islam tidak sedikit yang Taqlid Buta dalam beraqidah dan beribadah mengikuti gurunya tanpa mendengar dari banyak Ulama lain, sehingga merasa benar sendiri:

التقليد: قبول قول القائل وهو لا يعلم حجته

“Taqlid buta, adalah menerima ucapan dan pendapat seseorang, tapi tidak tau Hujjah alasannya”.

Kebalikan dari Taqlid buta, adalah “Ittibaa’, yaitu mengikuti dengan memahami dan mengetahui Hujjah, alasan alasan dan dalilnya.

2- Jangan meniru jika tidak memahami dalil dalilnya. Al-Imam Hambali berpesan:

لا تقلدنى ولا تقلد مالكا ولا الثورى ولا الاوزاعى وخذ من حيث اخذوا

“Janganlah kamu Taqlid mengikutiku, dan jangan Taqlid mengikuti Imam Malik, Imam At-Tsauri dan Imam Auza’i, tapi ambillah pendapat dari rujukan dan dari mana mereka mengambil”.

BACA JUGA: Tingkatkan Ibadah dan Hindari Dosa di Bulan Muharram

3- Dilarang bertaqlid buta.

“Dan jika dikatakan kepada mereka, ikutilah apa apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Rasul NYA, mereka menjawab: “kami hanya mengikuti cara yang dilakukan oleh nenek moyang kami,” (QS. Al-Baqarah, surah ke-2, ayat 170, halaman 26).

Ayat di atas adalah bentuk Taqlid Butanya orang-orang Jahiliyah di Mekah yang lebih memilih ikut Agama nenek moyang mereka ketimbang mengikuti agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhamad ﷺ.

4- Taqlid buta di masa kini. Yang mengherankan, masih banyak orang yang beragama dengan ber Taqlid buta. Lebih cenderung mengikuti pendapat Ulamanya, gurunya atau kelompoknya dibanding mengikuti Al-Quran dan Sunnah Rasulullah ﷺ. Sehingga, tampil aneh di antara sesama Muslim. Perpecahan sesama Umat Muslim pun merebak.

Perumpamaan orang yang Taqlid Buta, seperti kambing yang diikat seutas tali, kambing itu hanya bisa makan rumput sepanjang ukuran tali ikatnya.

BACA JUGA: Utamakan Fungsinya, Bukan Tampilannya

5- Untuk itulah Al-Imam As Syaafi’i menasehati:

التقليد فى الدين مذموم

“Bahwa Taqlid Buta dalam Agama itu adalah tercela”. Karena akan menghantarkan umat jadi terpecah dan saling menyalahkan.

6- Ketika umat Islam Taqlid Buta kepada gurunya atau ulamanya yang mungkin saja berbeda menafsirkan ayat ayat Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah ﷺ, maka muncullah sikap yang berbeda.

Bahwa umat tidak lah bersalah, yang salah adalah guru atau ulamanya. Gurulah yang bertanggung jawab penuh di akhirat kelak.

Pendapat demikian, karena umat taat kepada gurunya, ulamanya, pimpinannya, dan mengaku dikuatkan berdasarkan dalil hadits Rasulullah.

Bahwa ulama sebagai guru, sebagai Pemimpin Agama akan diminta pertanggung jawabannya, sehingga umat terbebas dari tanggung jawabnya.

BACA JUGA: Lakukan Tiga Hal Utama Ini, Hidup Akan Terus Membaik

7- Al Quran telah memberikan arahan yang sangat tegas:

“Pada hari yang di bulak-balikan muka muka mereka di dalam Neraka, mereka berkata: alangkah selamatnya kita jika kita dahulu taat kepada Allah dan Rasul NYA. Dan mereka juga berkata: “Yaa Tuhan kami! kami telah taat kepada Ketua ketua dan Pembesar pembesar kami, tapi ternyata mereka sesatkan kami dari jalan MU”. Ya Tuhan kami! berikanlah kepada mereka dua kali lipat dari adzab yang kami terima, dan kutuk lah mereka dengan kutukan yang besar,” (QS Al Ahzaab, surah ke 33, ayat 66, 67 & 68, halaman 427).

Ke-3 ayat di atas memberikan penjelasan yang terang benderang, bahwa: kesesatan umat akibat guru dan ulamanya yang tidak mumpuni, kesesatan ulama yang diikutinya akan mendapatkan porsi adzab yang berlipat ganda karena telah menyesatkan umat.

8- Belajarlah dari banyak guru, banyak ulama, dan baca banyak kitab, agar tidak mudah menyalahkan dan memecah persatuan dan tidak merasa benar sendiri, yang lain salah.

Mari hayati fatwa ulama ini:

 قال بعض اهل العلم: العلم يجعلك تعلم أنك لا تعلم. والجهل يجعلك تجهل أنك جاهل يعني الذي يتعلم دائما يقول ينقصني من العلم الكثير والذي يبقى على الجهل لا يدري انه جاهل.

“Ilmu akan membuatmu tahu bahwa engkau tidak tahu. Kebodohan akan membuatmu tidak tahu bahwa engkau tidak tahu. Orang yang terus belajar, akan merasa madih kurang ilmu yang banyak. Sedang orang yang tidak mau belajar, dia tidak merasa kalau dia itu tidak tau apa apa”.

Mari berdoa, agar Allah SWT menganugerahkan kita kemudahan untuk terus belajar dan belajar. Dan Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk selalu eling mengingat Allah, bersyukur dan beribadah dengan sebaik-baiknya pada Allah SWT.

اللهم اعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here