Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-22)

III. Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf.

470
KUIL DEWA AMUN, bangunan yang menunjukkan saat itu telah mempunyai peradaban tinggi. Kuil Amun dipugar pertama kali dan dibangun lebih megah pada masa dinasti Mesir ke-18 raja ke-12, yaitu pada masa Raja Tutankhamun yang memerintah sejak sekitar tahun 1336 SM.

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

B. Nabi Yusuf di Mesir

Raja kemudian memanggil para wanita kota yang pernah terluka jari tangannya yang kemudian di hadapan raja bersaksi bahwa Yusuf tidak melakukan kesalahan dan keburukan apapun. Zulaikha juga mengaku bahwa dirinya telah menggoda Yusuf nAmun Yusuf menolaknya.

Terkuaklah cerita tentang serong Zulaikha istri Putifar yang kemudian memenjarakan Nabi Yusuf karena tidak mau menuruti kemauan Zulaikha dengan menggunakan kekuasaan suaminya. Dengan pengakuan para wanita dan Zulaikha itu, telah menjadi nampak dan jelas kebenaran Yusuf, tanpa membuat pernyataan bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan.

Nabi Yusuf terbukti tidak mengkhianati Putifar ketika Putifar berada di luar rumah, dan tetap menghormati jasa Putifar dan Zulaikha yang telah mengambil Nabi Yusuf dari para pedagang Madyan dan memperkerjakannya di istana mereka hingga dewasa. Nabi Yusuf meskipun telah berada pada posisi yang apabila bersaksi sendiri di hadapan raja akan dapat mempermalukan Putifar dan Zulaikha, nAmun hal itu tidak dilakukannya (QS. Yusuf ayat 51-53).

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-21)

Raja memerintahkan pembebasan Nabi Yusufdan membawa ke hadapannya dan kemudian diangkat sebagai pegawai istananya dan menjadi orang dekatnya serta berkedudukan tinggi di lingkungan kerajaan Mesir (QS. Yusuf ayat 54). Putifar sangat malu atas terkuaknya peristiwa tersebut, dan karena tidak mampu menanggung rasa malu, kemudian jatuh sakit sampai meninggal.

Zulaikha menjadi janda dan kecantikannya semakin cepat memudar bahkan fisiknya menjadi merosot sehingga terlihat lebih tua dari umurnya, dan kemudian menjalani kehidupan dengan harta peninggalan Putifar. NAmun dalam kesehariannya tidak bisa melupakan Yusuf dan selalu menggumamkan nama Yusuf sehingga orang di sekitarnya telah menganggapnya gila dan membuat sedih para penghuni istananya.

Ketidakberuntungannya dilampiaskan dengan membuang berhala Dewa Amun yang ada di ruang ibadah rumahnya karena tidak mampu menolongnya, sedang Yusuf justru mendapatkan nasib baik karena pertolongan dari Tuhannya. Dalam setiap keluhannya, Zulaikha selalu memanggil tuhannya Yusuf meskipun tidak tahu nama tuhannya Nabi Yusuf. “Yaa tuhannya Yusuf”, demikianlah Zulaikha menyebut, memanggil dan meminta pertologan Tuhan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-20)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here