Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-20)

III. Nabi Ya’qub dan Esau.

511
Patung Dewa Amun, dipugar pertama kali pada masa Tutankhamun.

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

B. Nabi Yusuf di Mesir

Ada banyak kesamaam informasi tentang kisah Nabi Yusuf yang bersumber dari Al-Quran dengan informasi dari Kitab Kejadian, namun terdapat sedikit sekali perbedaan. Kisah Nabi Yusuf diceritakan dalam suatu surat tersendiri yang sangat detil baik di Al-Quran maupun di Kitab Kejadian.

Kisahnya disebut sebagai suatu kisah yang indah, bukan hanya tentang pribadi Nabi Yusuf dan riwayat cinta seseorang, namun juga tentang kemenangan ajaran tauhid di Mesir yang mengalahkan kaum musyrik dengan para dewa sesembahannya dan juga menampilkan keberhasilan Nabi Yusuf menangani krisis ekonomi akibat kemarau panjang selama 7 (tujuh) tahun. Dampaknya, bukan hanya mengatasi krisis di negeri Mesir, namun juga dapat membantu negeri tetangganya mengatasi krisis pangan.

1. Masa kecil Nabi Yusuf

Al-Quran dalam Surah Yusuf dimulai dengan menyatakan sebagai ayat yang jelas, tidak ada keraguan sedikitpun, yang diturunkan dalam bahasa Arab yang diceritakan kepada Nabi Muhammad yang awalnya tidak mengetahui, dan merupakan kisah yang paling baik.

QS. Yusuf ayat 4, mengawali kisah dengan menceritakan mimpi masa kecil Yusuf yang mimpinya kemudian diceritakan kepada bapaknya, yaitu Nabi Ya’qub: “Wahai ayahku, sungguh aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku”.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-19)

Atas cerita tersebut, Nabi Ya’qub melarang Yusuf menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya. Ketika Yusuf menceritakan mimpi tersebut, secara tidak sengaja salah satu istri Nabi Ya’qub mendengarnya yang kemudian menceritakan mimpi tersebut kepada saudara-saudara Yusuf.

Kemudian muncul rasa cemburu dan menganggap bapaknya lebih mencintai Yusuf dan Ben Yamin. Kemudian timbul niat jahat untuk mencelakakan Yusuf dengan cara menperdayai bapaknya. Mereka meminta kepada bapaknya agar mengijinkan Yusuf untuk ikut mereka menggembalakan ternak.

Pada awalnya Nabi Ya’qub menolaknya, namun terus didesak dan mereka berjanji akan selalu menjaga Yusuf. Pada akhirnya Nabi Ya’qub mengijinkan Yusuf yang masih kecil diajak menggembala ternak. Kesempatan itu digunakan oleh saudara-saudaranya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-18)

Sebagian dari mereka ingin membunuh Yusuf, namun anak sulung yaitu Ruben mencegahnya kemudian mereka bersepakat untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur yang ada di tempat penggembalaan agar dapat ditemukan orang dan dibawa pergi dari rumah dan kampung mereka.

Pada malam harinya anak-anak Israel ini pulang dengan menangis dan membawa baju Yusuf yang sengaja dilumuri darah binatang sebagai bukti bahwa Yusuf telah meninggal diterkam serigala.

Namun Nabi Ya’qub tidak percaya atas cerita anak anaknya tersebut, dan menyerahkan keselamatan Yusuf kepada Allah. Namun demikian, Nabi Ya’qub sangat sedih atas peristiwa tersebut yang sejak itu lebih banyak mengurung diri di dalam rumah.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-17)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here