Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-20)

III. Nabi Ya’qub dan Esau.

527
Lukisan Yusuf dijual di pasar budak di kota Mempis, dibeli Putifar, bendahara kerajaan Mesir.

Rombongan kafilah tersebut kemudian menjual Yusuf di pasar budak. Yusuf dibeli dengan harga yang bagus, yaitu beberapa dirham oleh pejabat keuangan atau bendahara istana Mesir. Dalam kitab kejadian disebut bernama Putifar sedang dalam Al-Quran disebut gelarnya yaitu Al-Azis, yang kemudian membawa Yusuf ke rumahnya yang sangat luas dan mempunyai banyak budak dengan berbagai macam pekerjaan.

Yusuf kemudian ditunjukkan kepada istrinya yang juga tertarik dengan kerupawanannya. Kemudian oleh Putifar, Yusuf diserahkan kepada kepala rumah tangganya untuk dididik, dipekerjakan dan diberikan tempat yang baik di istananya. Baik Al-Quran maupun Kitab Kejadian tidak menyebut nama istri Putifar. Kaum muslim sangat mengenal nama istri Putifar adalah Zulaikha.

Nama tersebut berasal dari buku tafsir tentang kisa Nabi Yusuf yang bersumber dari tabi’it tabi’in yaitu Muhammad ibn Ishak, Wahab ibn Munabbih, Zaid ibn Aslam, dan Fudhail ibn Iyadh. Beberapa imam mengisahakan dari tabi’it tabi’in tersebut, yaitu antara lain Imam As-Suyuthi, Imam Al-Qurtubi, Imam Ibnu Katsir, Imam Fakr Ad-Din Ar-Razi, Imam Az-Zamakshari, Imam Ath-Thabari.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-14)

Selanjutnya dalam kisah ini menggunakan nama Zulaikha untuk menyebut istri Putifar. Pekerjaan apa saja yang dipegang oleh Yusuf selalu berhasil dengan baik. Yusuf juga mempunyai kebiasaan berdoa yang berbeda dengan orang-orang lain di sekitarnya. Yusuf sejak kecil menyembah tuhan yang berbeda dengan tuhan orang Mesir yang dikenal dengan nama Dewa Amun Ra.

Meskipun menyembah tuhan yang berbeda, namun karena pekerjaannya yang selalu dapat diselesaikan dengan baik, maka tidak ada yang mempersoalkan tuhan yang disembah Yusuf. Apalagi ketika ada perselisihan di antara para budak, Yusuf dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan rasa keadilan yang tinggi.

Setelah beberapa tahun, ternyata Yusuf telah berubah menjadi pemuda tampan yang santun, pandai, bijak dan cekatan. Akhirnya Yusuf menjadi semakin menarik perhatian Zulaikha, sehingga selalu mencari kesempatan untuk dapat menemui dan berkomunikasi dengan Yusuf.

Di Mamre Hebron, Nabi Ya’qub semakin tua dan lebih banyak mengurung diri di kamarnya. Selalu diingatnya Yusuf dan setiap ada pembicaraan dengan anak-anaknya selalu disebutnya Yusuf, sehingga anak-anaknya lebih sering tidak mendekati. Sedang-saudara saudara Yusuf sudah ada yang mempunyai istri dan anak.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here