Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-16)

III. Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf.

758

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

A. Nabi Ya’qub dan Esau

1. Kelahiran Ya’qub dan Esau.

Sebagai anugerah kepada Nabi Ibrahim, Allah mengutus malaikat-malaikat untuk menemui Nabi Ibrahim, sebagaimana yang difirmankan Allah kepada Nabi Muhammad yang termuat pada QS. Hud ayat 69-73:

“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan “Selamat”. Ibrahim menjawab, “Selamatlah”, maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka (malaikat-malaikat) tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka dan merasa takut kepada mereka.

Malaikat itu berkata, “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth”. Dan istrinya (Sarah) berdiri di sampingnya, lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang tentang (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya’qub.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-15)

Istrinya berkata, “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku dalam keadaan yang sudah tua pula. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh”. Para malaikat itu berkata, “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai Ahlul Bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.

Nabi Ibrahim bukan sekadar diberikan anak dan cucu, tetapi juga anak dan cucu yang diangkat menjadi rasul yang dijelasakan dalam QS. Maryam ayat 49 dan QS. Al-Anbiya ayat 72-73 sebagai berikut:

QS. Maryam ayat 49 menyatakan: “Maka Ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq danYa’qub. Dan masing masing kami angkat sebagai Nabi”.

QS. Al-Anbiya ayat 72-73 menyatakan: “Dan kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub sebagai suatu anugerah (dari Kami), dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang shalih. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah”.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-14)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim bukan hanya dianugerahi anak dan cucu, namun juga menjadi nabi yang akan meneruskan tugas dakwah tauhid berdasarkan perintah Allah. Nabi Ibrahim juga dianugerahi bahwa nanti dari anak turunannya itu akan muncul nabi-nabi yang akan menerima perintah atau wahyu Allah untuk menjalankan tugas nubuwahnya hingga risalah tauhid menjadi sempurna.

Nabi dan Rasul dari keturunannya tersebut yang akan meneruskan dakwah Nabi Ibrahim sehingga membuat nama Nabi Ibrahim dan rasul dan nabi keturunannya menjadi buah tutur yang baik bagi seluruh manusia (QS. Maryam ayat 49-50).

Ayat-ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa pada suatu saat, di perkemahannya, Nabi Ibrahim kedatangan dua orang tamu yang tidak dikenal. Sudah menjadi adat di daerah tersebut, jika ada tamu yang tidak dikenal akan diberikan suguhan. Jika suguhan dimakan dengan lahap, berarti tamu yang tidak dikenal mempunyai maksud tidak berbahaya.

Saat itu Nabi Ibrahim menyuguhkan hidangan yang tebaik, namun sang tamu tidak menyentuhnya sama sekali. Tentu Nabi Ibrahim berpikir bahwa tamunya mempunyai maksud tidak baik. Nabi Ibrahim merasa lega ketika tamunya adalah malaikat utusan Allah. Namun Nabi Ibrahim juga menjadi cemas ketika malaikat tersebut memberitahukan bahwa diberi tugas untuk menghukumkaum Nabi Luth.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-13)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here