Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-16)

III. Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf.

748
Wilayah Mamre-Hebron dalam peta.

Pada saat yang sama, Nabi Ibrahim dan Sarah juga gembira ketika malaikat menginformasikan akan kelahiran Ishaq yang kemudian disusul dengan kelahiran Ya’qub. Meskipun pada awalnya Sarah menunjukkan keraguannya, karena dirinya maupun Ibrahim sudah tua, namun setelah dijelaskan oleh malaikat bahwa itu sudah ketetapan Allah, maka keraguan Sarah tersebut menjadi hilang.

Setelah memberikan kabar, malaikat kemudian pamit pergi ke Sodom dan Gomora. Kitab Kejadian menginformasikan, tidak lama setelah peristiwa adzab pada kaum Sodom, Sarah segera hamil dan ketika Ishaq lahir. Umur Sarah sekitar 89 tahun atau 90 tahun, sedang umur Nabi Ibrahim telah menginjak 99 tahun atau 100 tahun. Ketika Nabi Ishaq berumur 40 tahun, Nabi Ibrahim menjodohkannya dengan cucu saudaranya yaitu Ribka.

Setelah 20 tahun menikah, akhirnya Ribka hamil dan melahirkan anak kembar, yaitu Esau (Ish) dan Ya’qub yang lahir di Mamre, Hebron. Esau muncul lebih dahulu jatuh sebagai saudara tua disusul Ya’qub yang keluar dengan memegang tumitnya Esau.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-12)

Saat itu Nabi Ishaq berumur sekitar 60 tahun sedang Nabi Ibrahim berumur sekitar 160 tahun. Dengan demikian Esau dan Ya’qub lahir sekitar tahun 2005 SM. Nabi Ibrahim masih melihat cucunya yaitu Ya’qub dan Esau hingga keduanya menginjak remaja, yang membuktikan kebenaran informasi dari malaikat yang mengabarkan lahirnya Ishaq yang kemudian disusul Ya’qub.

Al-Quran tidak menjelskan tentang Esau (Ish), namun Taurat pada Kitab Kejadian, banyak menjelaskan kehidupan Esau dan Ya’qub. Sedang Al-Quran menginformasikan tentang Ya’qub sejak sebelum Sarah mengandung dalam rahimnya. Dengan demikian Allah telah menetapkan Ya’qub sebagai penerus dakwah tauhid Nabi Ibrahim, bahkan sebelum Ishaq lahir.

Dari cerita di Kitab kejadian, Esau meskipun menjadi anak sulung, dimana adat saat itu Esau seharusnya mendapatkan hak kesulungan, namun takdir menentukan bahwa hak kesulungan akhirnya jatuh ke tangan Ya’qub. Hak kesulungan adalah mewarisi tongkat kekuasaan atau singgasana atau menjadi pemimpin keluarga.

Suatu saat, Ribka menyampaikan keluhan kepada suaminya bahwa dirinya tidak suka dengan istri Esau yang berasal dasi suku Kana’an yaitu suku Het. Oleh karena itu, Ribka meminta kepada Nabi Ishaq agar memerintahkan kepada Ya’qub untuk memperistri dari keturunan keluarganya sendiri.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-11)

Nabi Ishaq kemudian memerintahkan Ya’qub ke Padan Aram menemui kakeknya (ayah dari ibunya), yaitu Betuel untuk mendapatkan istri dari keturunan saudara ibunya, yaitu Laban. Ternyata Laban berada di Harran.

Sedang Esau ketika mengetahui bahwa ibunya tidak menyukai istrinya yang dari suku Het dan bapaknya menyuruh Ya’qub datang kepada pamannya yaitu Laban, maka Esau kemudian pergi ke Bakkah. Esau menemui saudara bapaknya, yaitu Ismael untuk meminta putrinya dijadikan istrinya. Esau akhirnya memperistri putri Ismael, yaitu Basmat.

Dari perkawinannya dengan orang Het dan Basmat ini, keturunan Esau kemudian membentuk bangsa, yaitu bangsa Edom yang menempati sebagian wilayah Negev bagian timur hingga sampai di sekitar daerah Hijaz di sebelah timur dan selatan Laut Mati.

Esau pergi dari Hebron karena hak kesulungan sudah di tangan Ya’qub dan mencari tempat sendiri untuk membangun keluarganya yang akhirnya menjadi sebuah suku yang besar pula. Al-Quran tidak menginformasikan tentang Esau, namun Al-Quran mengkisahkan tentang Nabi keturunan Esau bin Ishaq atau Ish bin Ishaq, yaitu Nabi Ayyub dan Nabi Zulkifli.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-10)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here