Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-14)

II. Nabi Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq.

590
Salah satu sumur peninggalan Nabi Ibrahim di Bersyeva. (Foto: wikimedia)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

C. Nabi Ibrahim dan Nabi Luth.

4. Keturunan Luth.

Kitab Kejadian menginformasikan bahwa Nabi Luth di pemukimannya yang baru akhirnya memperoleh cucu. Dari anak wanitanya yang pertama, lahir anak laki-laki diberi nama Moab yang nantinya membentuk bangsa Moab. Sedang dari anak wanitanya yang kedua, lahir anak laki-laki yang diberi nama Ben Ami, yang nantinya membentuk bangsa Amon.

D. Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq.

1. Kelahiran Ishaq.

Pulang dari Bakkah, Nabi Ibrahim menantikan kelahiran anaknya dari Sarah. Ishaq lahir ketika Nabi Ibrahim sudah tua, berumur sekitar 100 tahun dan Sarah berumur sekitar 90 tahun. Lahir setelah peristiwa Sodom dan Gomora serta peristiwa kurban dan sunat di Bakkah.

Baik di Al-Quran maupun di Taurat pada Kitab Kejadian, tidak banyak cerita tentang bagaimana kelahiran Ishaq. Dengan umur Sarah yang meragukan, bahkan dapat disebut mustahil bisa hamil dan melahirkan, maka kelahiran Ishaq merupakan salah satu mukjizat sekaligus rahmat dan berkat yang hanya bisa terjadi karena kehendak Allah. Karunia Allah bagi Nabi Ibrahim dan Sarah yang dapat dijadikan pelajaran bagi manusia bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-13)

Kitab Kejadian mengkisahkan, satu minggu setelah kelahirannya, Ishaq disunat dan Nabi Ibrahim juga melakukan khitan massal kepada para pengikutnya. Dapat diperkirakan, sepulang dari Bakkah, Nabi Ibrahim menceritakan kejadian di Bakkah pada para pengikutnya, sehingga dapat melakukan khitan massal pada para pengikutnya.

Baik Kitab Kejadian maupun Al-Quran tidak banyak mengkisahkan masa kecil hingga dewasanya Ishaq. Sedang Nabi Ibrahim, beberapa tahun setelah kelahiran Ishaq sempat tiga kali pergi ke Bakkah. Kepergian terakhirnya ke Bakkah adalah menjalankan wahyu yang diterimanya, yaitu membangun Ka’bah bersama Nabi Ismail.

2. Meninggalnya Sarah.

Sarah meninggal ketika berumur sekitar 127 tahun dan Ishaq berumur sekitar 37 tahun. Nabi Ibrahim selama hidupnya sering berpindah-pindah (nomaden) dan terbiasa menggunakan tenda untuk tempat tinggal sehingga tidak mempunyai tanah untuk membuat rumah permanen.

Ketika Sarah meninggal, Nabi Ibrahim harus mencari tanah untuk menguburkan jasad istrinya tersebut. Nabi Ibrahim akhirnya membeli tanahnya orang Het suku Kana’an. Kitab Kejadian mengkisahkan proses Nabi Ibrahim membeli tanah dengan disaksikan penduduk Hebron dan orang-orang Het.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-12)

Nabi Ibrahim bersujud di depan orang-orang Het sebagai ungkapan rasa terima kasih atas diperbolehkannya membeli tanah tersebut sekaligus bersyukur kepada Allah karena telah memperoleh tanah dengan cara membeli.

Di tanah tersebut terdapat gua yang dikenal dengan gua Makhpela yang juga menjadi bagian dari tanah yang dibeli Nabi Ibrahim. Letak tanah ini di timur Mamre, Hebron. Sarah kemudian dikuburkan di dalam gua Makhpela. Peristiwa ini memberikan contoh bagaimana Nabi Ibrahim mengambil haknya atas tanah di Baitul Maqdis, yaitu dengan membeli pada pemilik yang punya hak.

Nabi Ibrahim meskipun mempunyai banyak pengikut dan mempunyai jasa yang besar bagi penduduk di Hebron, namun tidak memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan tanah yang sudah dijanjikan Allah untuk dijadikan tempat tinggal keturunannya. Nabi Ibrahim sangat menghormati hak-hak mereka yang mempunyai hak atas tanah yang diinginkan untuk diambilnya. Kubur ini yang nantinya menjadi peninggalan satu-satunya dari Nabi Ibrahim di wilayah Baitul Maqdis yang menjadi warisan keturunannya dan seluruh umat manusia.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-11)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here