Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-23)

III. Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf.

468
Ilustrasi: Zulaikha dan Nabi Yusuf.

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

B. Nabi Yusuf di Mesir.

Peran Nabi Yusuf yang besar dan perubahan keimanan Raja membuat para imam Dewa Amun dan banyak bangsawan istana Mesir diam-diam melakukan perlawanan. Apalagi pada masa itu, para imam Dewa Amun diperbolehkan mempunyai pasukan pengawal sendiri. Para imam Dewa Amun kemudian membangun logistik sendiri dengan membangun lumbung sendiri untuk kebutuhan kuil dan para pengawal kuil.

Namun yang tidak diketahui oleh para imam Dewa Amun adalah teknik pembuatan lumbung Nabi Yusuf dan cara menyimpan gandum yang berbeda dari yang biasa dibuat dan cara menyimpan gandumya. Gandum disimpan dengan tangkai dan daunnya. Nabi Yusuf memperoleh ilmu langsung dari sisi Allah dalam membangun lumbung maupun cara menyimpan gandumnya. Sedang para imam Dewa Amun gandum yang disimpan adalah dengan membeli gandum dipasar seperti biasanya yang sudah terlepas dari tangkai dan daunnya kemudian disimpan di lumbung kuil.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-22)

Para bangsawan yang diam-diam melakukan perlawanan juga memanfaatkan lumbung kuil untuk menyimpan sebagian gandum hasil pertaniannya. Nabi Yusuf sudah memperkirakan hal seperti itu akan terjadi, namun tidak ingin ada gejolak yang mendapatkan perhatian raja. Apalagi Nabi Yusuf tidak selalu berada di Memphis, karena harus berkeliling ke seluruh wilayah Mesir untuk mengontrol langsung penyimpanan gandum di lumbung negara dilakukan dengan benar.

Gandum yang di simpan dalam lumbung negara adalah gandum petani yang telah dicatat, sehingga negara tidak membelinya dan negara mempunyai bagian dari simpanan gandum tersebut, sedang gandum milik para imam Dewan Amun harus membeli di pasar dengan menggunakan kekayaan kuil Amun.

Demikian pula para bangsawan istana yang tidak mempunyai pertanian sendiri, membeli gandum dari kekayaannya sendiri. Karena kesibukan mengurusi gandum dan berkeliling wilayah, Nabi Yusuf tidak mempunyai waktu mengurusi dirinya sendiri. Hingga suatu saat Raja Mesir memanggil Nabi Yusuf dan memintanya agar menikah dan telah dipilihkan jodoh untuk Nabi Yusuf.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-21)

Kitab Kejadian mengisahkan, Raja telah memilihkan seorang wanita terhormat anak Potifera bangsawan Mesir yang juga telah memeluk agama Nabi Yusuf bernama Asnat. Nabi Yusuf menerima dengan senang hati permintaan rajanya. Perkawinan langsung diselenggarakan oleh raja, karena di Mesir tidak ada orangtua maupun keluarga Nabi Yusuf.

Ketika sebelum memasuki masa kelaparan, dari perkawinan dengan Asnat, Nabi Yusuf memperoleh 2 orang anak laki-laki, yang pertama diberikan nama Manasye dan yang kedua diberi nama Efraim. Dua anak lelaki yang nantinya akan menjadi dua suku bani Israel. Al-Quran maupun Hadits tidak menyebut nama istri maupun anak Nabi Yusuf, sedang kaum muslim mengenal istri Nabi Yusuf adalah Zulaikha.

Ketika 7 tahun musim subur berlalu dan mulai memasuki musim kering yang sangat cepat menyurutkan sumber air dari sungai Nil, membuat pertanian dengan cepat mati meranggas. Rakyat Mesir mulai mendapatkan jatah gandum simpanannya di lumbung negara dengan pengambilan sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan hidup keluarga untuk kebutuhan sehari hari. Sedang para imam Dewa Amun mengambil gandum simpanannya di lumbungnya. Ternyata gandum simpanan kuil Amun menjadi busuk semua sehingga tidak bisa dimakan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-20)

Membusuknya gandum di lumbung kuil Amun karena sudah disimpan dalam waktu lama dengan cara penyimpanan yang salah. Akibatnya, para imam kuil Amun harus menggunkan kekayaan kuilnya lebih banyak lagi untuk membeli gandum dari lumbung negara untuk menghidupi para imam dan pasukannya.

Demikian pula sebagian besar bangsawan yang menjadi musuh Nabi Yusuf, harus menggunakan kekayaannya untuk membeli gandum pula hingga kekayaannya habis dan bahkan harus membebaskan para budaknya karena sudah tidak mampu lagi memelihara budak. Para budak yang dibebaskan tersebut oleh Nabi Yusuf kemudian diberikan gandum jatah negara secara gratis dan akhirnya para budak yang sudah bebas tersebut menjadi pengikut agama Nabi Yusuf. Para bangsawan banyak yang jatuh miskin pula dan kemudian mendapatkan gandum gratis dari negara. Mereka mulai beralih mendukung dan bahkan menjadi pengikut tauhid.

Datangnya musim kemarau yang sudah melewati masa musim seperti biasanya, semakin membuktikan kebenaran takwil mimpi Nabi Yusuf. Masyarakat Mesir semakin lebih percaya pada Nabi Yusuf yang terbukti telah membuat ramalan yang benar sehingga dapat melakukan langkah antisipatif menghadapi kemarau panjang. Masyarakat mulai tidak lagi taat dengan aturan kuil Amun dan mulai membuang keimanan lamanya dan berbondong-bondong mengikuti keimanan tauhid Nabi Yusuf.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-19)

Kekayaan kuil Amun menjadi semakin cepat menipis. Karena selain untuk membeli gandum, pada saat yang sama pemasukan dari rakyat sangat jauh berkurang. Para imam Dewa Amun merasa tidak lagi mampu mengimbangi politik gandum Nabi Yusuf. Mereka kemudian berusaha membunuh Nabi Yusuf namun dapat digagalkan. Pada akhirnya mereka melakukan pemberontakan bersenjata didukung oleh cukup banyak bangsawan Mesir yang merasa terdesak oleh Nabi Yusuf yang bukan keluarga raja.

Namun benteng kuil dapat dibobol oleh tentara kerajaan dan pasukanAmundapat ditumpasdan menyerah.Kemudianpara pemimpin imam Dewa Amun dan bangsawan yang ikut memberontak ditangkap dan dipenjara.Masyarakat Mesir sejak itu semakin banyak mengikuti keimanan baru yang dibawa Nabi Yusuf. Pada saat yang sama perbudakan di Mesir juga jauh berkurang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here