Kisah Inspiratif! Ketika Umar bin Khattab Tak Sengaja Mendapatkan Menantu

8696

Muslim Obsession – Sejarah mencatat, Umar bin Khattab merupakan seorang khalifah yang senang memantau dari dekat kondisi rakyatnya. Sehingga tak heran jika banyak kisah tentangnya yang blusukan untuk mengetahui secara langsung kondisi rakyatnya.

Termasuk kisah berikut ini. Kisah yang disampaikan sahabat Abdullah bin Zubair, Kisah tentang Umar yang tak sengaja mendapatkan menantu ketika memantau rakyatnya di sebuah malam.

Alkisah, pada suatu malam, Khalifah Umar dengan ditemani Abdullah sedang melakukan patroli keliling Madinah.

Karena merasa lelah, sang amirul mukminin pun bersandar pada dinding sebuah rumah. Keadaan saat itu cukup gelap gulita.

Tanpa sengaja, keduanya mendengar percakapan orang-orang di dalam rumah yang bersisian dengan dinding tersebut. Dari suara yang Umar dan Abdullah bin Zubair dengar, para penghuni rumah itu adalah ibu dan seorang anak perempuannya.

BACA JUGA: Kisah Nyata Menyentuh Hati! Kematian Indah Pecinta Al-Quran

“Campurkan air pada susu yang akan kita jual supaya bertambah banyak dan kita bisa dapat untung lebih besar,” ujar sang ibu kepada anak gadisnya.

Namun, anak gadis itu menolak perintah sang ibu. Ia lalu berkata, “Wahai, ibu, Amirul mukminin (Umar bin Khattab) telah mengumumkan larangan mencampur susu dengan air.”

Amirul mukminin (Umar bin Khattab) telah mengumumkan larangan mencampur susu dengan air.

Sang ibu lalu mengomel, agaknya merasa jengkel terhadap anak gadisnya itu. “Tapi, Amirul Mukminin tak akan tahu apa yang kita lakukan. Apalagi, dia tak ada di sini,” cetus sang ibu.

Khalifah Umar terus menyimak perbincangan antara ibu dan anak gadisnya itu. Hingga akhirnya, Amirul Mukminin pun tersenyum saat sang gadis itu menjawab perintah ibunya. “Wahai, ibu, Demi Allah, bukankah perbuatan itu tak boleh kita lakukan karena akan merugikan orang lain?” ucap putrinya dengan lemah lembut.

Lalu, sang gadis jujur itu pun kembali berkata, “Aku hanya takut pada Allah SWT, ibu. Meski khalifah tak mengetahui perbuatan kita, Allah SWT akan selalu melihat apa yang kita lakukan.”

BACA JUGA: Kisah Ki Bagus Hadikusumo Menolak Sake Kaisar Hirohito

Sang ibu pun akhirnya tak jadi mencampurkan susu yang akan dijualnya dengan air. Sang gadis berhasil menghalangi niat buruk dari ibunya. Islam memang mengajarkan agar seorang anak patuh kepada orang tuanya. Namun, jika perintah orang tua itu salah dan melanggar hukum Allah SWT, seorang anak bisa menolaknya. Tentu dengan cara yang baik.

Khalifah Umar sangat bangga dan kagum dengan kejujuran sang gadis. Umar menyimak perbincangan ibu dan anak itu. Sebelum pulang, ia meminta Abdullah untuk menandai rumah tersebut.

***

Begitu kembali kepada keluarganya, Umar memanggil putra-putranya.

“Adakah di antara kalian yang ingin menikah?”

“Saya belum beristri, wahai Ayah. Nikahkanlah aku,” jawab Ashim bin Umar.

Keesokan harinya, Umar berkata kepada Ashim. “Pergilah kamu ke suatu tempat di daerah ini. Engkau akan bertemu dengan seorang gadis. Temui ibunya. Persuntinglah gadis itu agar menjadi istrimu. Semoga Allah memberimu keturunan yang baik darinya.”

Akhirnya, Ashim bin Umar menikah dengan gadis penjual susu itu. Pasangan ini dikaruniai anak-anak yang berbudi pekerti luhur. Salah satunya adalah Laila, yang lantas dipersunting oleh seorang gubernur yang saleh, Abdul Aziz bin Marwan.

BACA JUGA: Kisah Zulaikha Mengejar Cinta Yusuf

Dari pernikahan ini, lahirlah sang mujadid abad pertama Hijriyah: Umar bin Abdul Aziz. Para ahli sejarah Islam menggelari Umar bin Abdul Aziz sebagai “Khulafaur rasyidin kelima.”

Julukan tersebut menandakan ketinggian akhlaknya yang seperti keempat pemimpin sekaligus sahabat Nabi SAW itu: Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Karakteristiknya memang bertolak belakang dengan mayoritas raja Dinasti Umayyah. Bila kaum elite sebelum dan setelahnya menyukai kemewahan, dirinya cenderung hidup bersahaja. Walaupun menjabat sebagai orang nomor satu di seantero negeri, sang amirul mukminin selalu memenuhi kebutuhan harian selayaknya rakyat biasa.

Ia sesungguhnya berhak menempati istana kesultanan yang megah. Namun, bangunan besar itu diserahkannya kepada keluarga pendahulunya, Sulaiman bin Abdul Malik. Ia sendiri memilih rumah kecil nan reot sebagai hunian. Perangainya persis seperti Khalifah Umar pada zaman Khulafaur rasyidin silam. Karena itu, banyak kalangan menyebutnya sebagai Umar II.

Sejak hari pertama menjabat, Umar II sangat menyadari kekuasaan sebagai amanah Allah.

BACA JUGA: Kisah Haru! Semua Bisa Meneladani Keluarga Ini

Sejak hari pertama menjabat, Umar II sangat menyadari kekuasaan sebagai amanah Allah. Hatinya selalu takut akan pengadilan Hari Akhir dan perjumpaan dengan Tuhannya kelak. Begitu menjadi amirul mukminin, ia menyuruh bawahannya untuk melelang seluruh harta pribadinya.

Alhasil, pemasukannya sebagai khalifah merosot drastis hingga 200 dinar setahun. Padahal sebelum pemimpin negara, cicit Umar bin Khattab al-Faruq ini biasa menghasilkan minimal 50 ribu dinar per tahun dari hasil usaha perniagaan.

Tak mengherankan ketika wafat dalam usia 37 tahun, dirinya hanya meninggalkan harta sebanyak 17 dinar. Itu pun masih harus dikurangi untuk membayar uang sewa hunian tempatnya tinggal. Sisanya diperuntukkan bagi biaya pemakamannya.

Pola hidupnya yang zuhud tidak hanya menimbulkan respek dari sesama Muslimin, tetapi juga non-Muslim dan bahkan musuhnya dari negeri jauh.

Seorang raja Romawi Timur (Bizantium) begitu mendengar kabar kematiannya berkomentar penuh simpati. Dalam suratnya, kaisar Kristen ini menulis sebagai berikut.

“Saya tidak begitu heran kalau melihat petapa yang meninggalkan kesenangan duniawi agar dapat fokus menyembah Tuhan. Namun, saya sungguh kagum menyaksikan seorang raja yang bisa dengan mudahnya meraih berbagai kesenangan duniawi, tetapi ia malah menutup matanya rapat-rapat; ia hidup dalam kesalehan. Setelah Yesus, jika ada yang mampu menghidupkan kembali orang mati, Umar-lah orangnya.”

Wallahu a’lam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here