Kisah Nyata Menyentuh Hati! Kematian Indah Pecinta Al-Quran

9314

Muslim Obsession – Ini kisah seorang wanita mulia bernama Amani, seorang kepala pondok tahfidz Al-Quran. Dia jadikan semua sesi kumpul bersama atau semua pertemuan-pertemuan yang ia lakukan bernuansa Al-Quran. Baik pertemuan itu di tempat kerja atau di saat bersama keluarga.

Perkumpulan apapun jenisnya, baik rapat maupun pertemuan biasa dia manfaatkan sebagai tempat untuk tadabbur bersama satu-dua ayat Al-Quran. Mempelajari Al-Quran, mukjizat dan keutamaan Al-Quran. Belajar dan mengkaji apapun yang ada kaitannya dengan Al-Quran.

Pada bulan Sya’ban, dia terkena penyakit thrombosis (penyumbatan pada pembuluh darah), sehingga dia harus dirawat di rumah sakit.

Sahabatnya bercerita, bahwa saat ia masih belum dipasangkan alat infus dan alat-alat pengobatan lainnya, saat masih bebas bergerak, dia berjalan menyusuri setiap ruangan rumah sakit satu-persatu dan mengajak orang untuk hadir di ruangannya untuk belajar Al-Quran bersama.

Setelah terpasang alat pun, dia masih tetap mengajak orang untuk belajar Al-Quran di ruangannya. Dia menggunakan telepon rumah sakit yang tersedia di setiap ruangan untuk menelepon penghuni ruangan lain dan mengajaknya hadir untuk belajar Al-Quran bersama di ruangan Amani.

BACA JUGA: Kisah Ki Bagus Hadikusumo Menolak Sake Kaisar Hirohito

Amani, adalah seorang wanita yang pernah mengkhatamkan hapalan Al-Quran.

Suatu hari tiba-tiba salah satu sahabatnya menelpon untuk bertanya kondisinya, lalu Amani manfaatkan kesempatan itu untuk meminta tolong kepada sahabatnya itu, ia berkata: “Saya minta tolong, maukah kau menyimak muroja’ah hapalanku?”. Amani khawatir akan meninggal di saat hapalannya tidak lancar.

Sahabatnya menjawab: “Ok, tenang saja. Tak perlu risau. Aku akan menelponmu setiap hari untuk menyimak hapalanmu”.

Amani berkata: “Tidak, tidak, tidak! Aku ingin kamu hadir di rumah sakit ini dan menyimak hapalanku secara langsung di dekatku, agar aku dapat merasakan nuansa halaqah Al-Quran dan dapat merasakan atmosfir Al-Quran secara langsung bersamamu”.

Sahabatnya menyetujui permintaan Amani. Dia mengunjungi Amani dari Ashar sampai Isya, dan memuroja’ah Al-Quran bersamanya.

Ramadhan tiba.

Para dokter menyarankan Amani untuk tidak berpuasa. Namun, Amani menolak karena ingin tetap berpuasa.

“Tidak, demi Allah, aku takkan berbuka di siang hari,” kata Amani.

“Kamu tak akan sanggup. Kamu bisa mati kalau tetap berpuasa,” ujar dokter.

“Tidak, demi Allah, justru aku tidak sanggup berbuka di siang hari pada bulan Ramadhan,” kilah Amani.

BACA JUGA: Kisah Haru! Semua Bisa Meneladani Keluarga Ini

Hari ke-2 Ramadhan, Amani meninggal dunia.

Sahabatnya bercerita, saat Amani meninggal, ia berada di sampingnya. Sesaat sebelum nyawanya terputus, lisan Amani terus mengulang-ulangi potongan ayat dari firman Allah:

وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَشَدُّ حُبّا لِّلَّهِ ۗ

“Orang-orang beriman itu sangat besar cintanya kepada Allah,” (QS. Al-Baqarah: 165).

Suaranya semakin meninggi dan terus meninggi hingga suaranya sampai di puncak yang dia bisa, dan ia terus mengulang-ulangi ayat tersebut.

وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَشَدُّ حُبّا لِّلَّهِ ۗ

وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَشَدُّ حُبّا لِّلَّهِ ۗ

وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَشَدُّ حُبّا لِّلَّهِ ۗ

Lalu kemudian suaranya mengecil perlahan, dan dia masih terus mengulang-ulangi ayat tersebut hingga ruhnya keluar meninggalkan jasadnya.

Amani meninggal dalam keadaan mushaf berada di genggaman kedua tangannya. Sangat erat genggamannya.Laa Ilaha illallah. Kematian yang sangat indah. Penutup yang sangat baik.

Amani dipindahkan ke tempat khusus untuk memandikan jenazah. Wanita yang sedang memandikan jenazah Amani berusaha untuk melepas Mushaf Al-Quran dari genggaman tangan Amani, tapi tidak sanggup.

BACA JUGA: Kisah Perjalanan Pendeta Ortodoks Gould David Memeluk Islam

Mereka bergantian berusaha melepasnya, tapi tetap tidak sanggup. Mereka menelepon Syaikh Khalid Asy-Syahri dan memberi tahu apa yang terjadi. Saat Syaikh mendengar berita itu, ia berkata: “Mustahil. Tidak mungkin. Aku tidak percaya sebelum aku menyaksikannya sendiri”.

Mereka jawab, “Kalo begitu silakan datang ke sini dan saksikan sendiri, wahai Syaikh”.

Syaikh pun datang. Amani dipakaikan hijab. Syaikh masuk dan melihat secara langsung mushaf yang tak bisa lepas dari genggaman tangan Amani. Begitu erat genggamannya.

Amani telah meninggal dunia.

Saat meninggal Amani ditutupi dengan sempurna. Sepanjang hidupnya dia senantiasa menjaga auratnya, menutupinya dengan hijab yang sempurna. Dan setelah meninggal pun Allah tutupi dia dengan sempurna.

Saat Syaikh melihat secara langsung pemandangan di hadapannya itu, seketika dia berlutut dan menangis.

“Demi Allah, ini adalah penutup yang sangat baik. Husnul khatimah. Mandikan saja dengan mushafnya. Kafani dan kuburkan juga demikian,” kata Syaikh.

Dan betul saja, mereka memandikan, mengkafani, dan menguburkan Amani beserta dengan mushafnya.

Begitulah Amani.

Ketika hidupnya dipenuhi dengan interaksi bersama Al-Quran, hingga di saat maut menjemput pun Allah tutup hidupnya bersama Al-Quran.

Amani adalah wanita yang shalihah. Inilah kisah Amani Al-Anzi rahimahallah.

Semoga Allah tinggikan derajatnya di ‘Illiyyin (tempat dikumpulkannya catatan orang-orang baik dan shalih).

BACA JUGA: Empat Kisah Tentang Ibu di Dalam Al-Quran

****

Lalu apa yang telah kita lakukan dengan Al-Quran kita wahai saudara-saudariku?

Bagaimana interaksi kita bersama Al-Quran? Akan seperti apa akhir hayat kita nanti? Sebelum kita tidur, kita sibuk dengan handphone kita.

Setelah kita bangun pun, hal pertama yang kita buka adalah HP kita. Mau sampai kapan kita disibukkan oleh dunia? Kita harus mengakui bahwa inilah kondisi kita saat ini.

Semoga Allah beri kita hidayah untuk senantiasa berubah kepada yang lebih baik. Mari kita paksa diri untuk berubah menjadi lebih baik. Menjadi lebih shaleh. Menjadi lebih shalihah. Menjadi lebih taat kepada Allah.

Menjadi lebih cinta dan lebih dekat lagi dengan Al-Quran. Merasa mulia bersama Al-Quran. Semakin giat belajar dan mentadabburi Al-Quran sepenuh penghayatan.

Dianjurkan untuk menyebarkan tulisan ini dengan harapan semoga menyentuh setiap hati yang masih jauh dari Al-Quran. Dengan harapan semoga menyentuh setiap jiwa yang masih tersibukkan oleh dunia sehingga merasa tak ada waktu untuk tadabbur ayat-ayat Al-Quran.

Saat menyebarkan tulisan ini, berniatlah untuk kebaikan. Semoga dengannya Allah hindarkan kita dari kesulitan dunia maupun kesulitan di akhirat.

Dan perlu untuk selalu diingat: “Lakukanlah kebaikan meskipun kebaikan itu terlihat kecil dan sepele, karna kita tidak tahu boleh jadi sebab satu amal kebaikan yang kita anggap kecil dan sepele itu, justru itu yang menjadi sebab Allah memasukkan kita ke dalam surga”.

Ya Allah, kami meminta kepadaMu, jadikanlah akhir hayat kami semua husnul khatimah. Semoga bermanfaat.

 

(Diterjemahkan oleh: Akhukum fillah, Hasbi, Lc)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here