Batalkan Puasa Demi Silaturrahim

532

Oleh: A. Hamid Husain (Alumni Pondok Modern Gontor, King Abdul Aziz University, dan Ummul Qura University)

Apa sikap yang mesti dilakukan saat bertamu ke rumah orang lain dan diberi hidangan, di saat itu sedang berpuasa Sunnah. Haruskah membatalkan puasa atau tetap mempertahankan nya?

TRUE STORY:

1- Dalam kitab Fathul Mu’iin dijelaskan:

يندب الأكل في صوم نفل ولو مؤكدا لإرضاء ذي الطعام بأن شق عليه إمساكه ولو آخر النهار للأمر بالفطر ويثاب على ما مضى وقضى ندبا يوما مكانه فإن لم يشق عليه إمساكه لم يندب الإفطار بل الإمساك أولى

“Disunnahkan makan saat bertamu ketika sedang berpuasa Sunnah meskipun Sunnah Muakkad, ini demi untuk menyenangkan Tuan Rumah yang telah bersusah payah menyediakan makanan demi mencari pahala dan mempekokoh Silaturrahim.

BACA JUGA: Lakukan Amalan Ini Setiap Masuk Rumah atau Hotel

2- Apa bila sedang berpuasa WAJIB, seperti puasa Ramadhan, puasa Nadzar atau puasa Qodo, maka dituntut untuk tetap mempertahankan puasanya dan haram membatalkannya. (Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathi, kitab I’aanatut Thaalibin, Penerbit Darul Kutub Al-Islamiyah, 2009, juz III, hal. 665).

3- Ketika sang tamu membatalkan puasa Sunnahnya demi memakan hidangan dan menyenangkan Tuan Rumah, ia tetap mendapatkan pahala atas puasa yang telah dilakukannya. Misalnya; bila saat bertamu pada jam dua siang, maka puasanya sejak subuh hingga jam dua siang itu, tetap mendapat pahala dari Allaah SWT.

4- True Story, sebuah kisah nyata diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Baihaqi bahwa ketika Rasuulullaah ﷺ bertamu dengan Sahabatnya yang sedang berpuasa. Sahabat mengatakan: “Saya sedang berpuasa”.

Lalu, Rasuulullaah menegurnya; “Saudaramu sesama Muslim bersusah payah telah menyiapkan makanan untukmu dan kamu mengatakan sedang berpuasa? Berbukalah dan gantilah di hari yang lain”.

BACA JUGA: Tamu adalah Penggerus Dosa

POINTERS:

1- Seringkali, karena begitu senangnya akan kedatangan tamu, Tuan Rumah dengan senang hati bersusah payah menyiapkan berbagai makanan untuk dihidangkan buat tamu yang akan datang demi mengharap pahala Silaturrahim.

Bisa dibayangkan betapa kecewanya bila tiba-tiba sang tamu tidak berkenan meni’mati hidangan yang telah disediakan, karena alasan sedang menjalani puasa Sunnah.

2- Orang yang berpuasa Sunnah diperbolehkan untuk tetap mempertahankan dan melaksanakan puasanya, dan boleh juga membatalkannya.

Sesuai dengan hadits Rasuulullaah ﷺ:

 حدثنا محمود بن غيلان حدثنا أبو داود حدثنا شعبة: قال كنت أسمع سماك بن حرب يقول أحد ابني أم هانئ حدثني فلقيت أنا أفضلهما وكان إسمه جعدة وكانت أم هانئ جدته فحدثني عن جدته أن رسول الله صلى الله عليه و سلم دخل عليها فدعى بشراب فشرب ثم ناولها فشربت فقالت يا رسول الله أما إني كنت صائمة فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم الصائم المتطوع أمين نفسه إن شاء صام وإن شاء فطر. (رواه الترمذى)

“Rasuulullaah ﷺ masuk ke rumah Ummu Haani’, kemudian Rasuulullaah diundang untuk jamuan minuman, maka Rasuulullaah meminumnya. Kemudian Rasuulullaah menawarkan minuman kepada Umu Haani’, dan dia berkenan untuk meminumnya.

BACA JUGA: Agar Tidak Diganggu Jin, Lakukan Hal Ini..

Selanjutnya, ia berkata: “Yaa Rasuulullaah sungguh, saya orang yang berpuasa”. Maka Rasuulullaah ﷺ menjawab: “Orang yang berpuasa Sunaah itu mempercayakan dirinya. Dalam artian jika berkehendak puasa maka berpuasalah dan jika berkehendak membatalkan maka batalkanlah”.

3- Menurut Madzhab As-Syafi’i yang menjadi rujukan sebahagian besar Muslim Indonesia, bahwa diperbolehkan meni’mati hidangan untuk menghormati pemilik makanan dan termasuk di antara udzur yang masyru’ bagi orang yang berpuasa Sunnah.

4- Sejalan dengan pendapat ini, berdasarkan keterangan kitab Fathul Mu’iin sebagai berikut:

 يندب الأكل في صوم نفل ولو موءكدا لإرضاء ذي الطعام بأن شق عليه إمساكه ولو آخر النهار للأمر بالفطر ويثاب على ما مضى وقضى ندبا يوما مكانه فإن لم يشق عليه إمساكه لم يندب الإفطار بل الإمساك أولى. قال الغزالي يندب أن ينوي بفطره إدخال السرور عليه ويجوز للضيف أن يأكل مما قدم له بلا لفظ من المضيف

“Disunnahkan untuk meni’mati hidangan dalam puasa Sunnah meskipun dianjurkan demi keridaan Tuan Rumah, pemilik makanan.

BACA JUGA: Pelaku Kecurangan Akan Disiksa Allah

Jika dikhawatirkan tidak meni’mati hidangan yang telah tersedia karena menahan puasanya, hal ini dapat menyinggung perasaan pemiliknya meskipun di akhir siang hari karena ada perintah untuk membatalkan puasa dan dia akan mendapatkan pahala puasa yang sudah lewat dan dianjurkan meng qoda pada hari lain sebagai gantinya.

Jika tidak menyebabkan tersinggung pemilik makanan maka disunnahkan tidak membatalkannya lebih utama tetap berpuasa”.

5- Al-Imam Al-Ghazali menuturkan: Disunnahkan berniat untuk menyenangkan perasaan Tuan Rumah, pemilik hidangan pada saat membatalkan puasa. Bagi tamu diperbolehkan meni’mati makanan yang telah dihidangkan meskipun belum dipersilakan dengan ucapan dari Tuan Rumah.

6- Dalam Madzhab As-Syafi’i; diperbolehkan memakan hidangannya, dan mengganti puasa tersebut di hari lain.

7- Hukum ini hanya berlaku untuk puasa Sunnah, seperti puasa Senin-Kamis, puasa 6 hari di bulan Syawal, puasa Tarwiyah Arafah, dll.

BACA JUGA: Saat Menghadapi Masalah, Baca Dzikir dan Doa Ini

Rasuulullaah ﷺ bersabda:

عن ابى هريرة رضى الله عنه؛ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِذَا دُعِىَ أَحَدُكُمْ فَلْيُجِبْ فَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ وَإِنْ كَانَ مُفْطِرًا فَلْيَطْعَمْ

“Jika salah seorang di antara kalian diundang makan, maka penuhilah undangan tersebut. Jika dalam keadaan berpuasa, maka do’akanlah orang yang mengundangmu. Jika dalam keadaan tidak berpuasa, santaplah makanannya,” (Hadits Sahih Riwayah Al-Imam Muslim no. 1431).

Penutup, mari kita berdoa: Yaa Allaah bimbing kami untuk selalu eling mengingat-Mu, bersyukur dan beribadah dengan sebaik-baiknya hanya kepada-Mu yaa Allaah.

اللهم اعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here