Yauwaika! Salam Wisata dari Enggano

568

Tujuh Pesisir

Jika Anda pernah mendengar legenda tujuh bidadari, maka di Enggano bidadari-bidadari itu menjelma menjadi tujuh pesisir yang indah. Bilangan itu, lebih untuk membedakan karakteristik pantai. Pantai yang ada di sebelah timur cukup kontras dengan pantai yang ada di bagian barat pulau.

Pantai sisi timur, relatif tenang dan sangat nikmat untuk berenang atau snorkeling, terutama di Pantai Koomang. Sedangkan, terumbu karang di Pulau Merbau dan Pulau Tikus, menawarkan pemandangan bawah laut yang bersaing dengan keindahan Wakatobi.

Pesisir timur Enggano yang lain, dekat teluk Desa Kaana kaya akan biota laut. Apalagi ikan-ikan hiasnya, begitu beraneka warna. Kawanan ikan nemo akan mengajak Anda bersenda-gurau.

Belum lagi jika hobi mancing, Anda datang ke pulau yang tepat. Seperti yang dilakukan Doni Monardo beserta rombongan siang itu. Dengan menyewa perahu motor milik nelayan, Doni dan rombongan menuju laut lepas. Belum 30 menit ia sudah strike.

Ikan-ikan hasil pancingan langsung dibakar, setiba mereka di bibir pulau. Anda cukup berimajinasi, betapa nikmatnya makan siang di bawah rimbunnya pepohonan. Anda bahkan bisa membayangkan, betapa lezat ikan-ikan laut bakar tanpa bumbu yang baru saja dipancing. Betapa lumer di lidah, bercita rasa gabungan segar, manis dan tentu saja menyehatkan.

Siang itu, rombongan kami berhasil mendapatkan beberapa jenis ikan. Berbagai jenis ikan kualitas premiun terkait di besi mata pancing. Ada juga hasil “menembak” di kedalaman laut. Mulai dari kerapu, tongkol, kakap, dan lain-lain.

Kepada Susanto, Camat Enggano, Doni memberi masukan. Pertama, kapal-kapal nelayan yang dipersiapkan untuk memancing harus diberi atap. “Buat para nelayan mungkin kapal tanpa atap sudah biasa, tapi kalau turis, kasihan. Harus diberi atap, kasihan kalau kena panas atau hujan. Jangan sampai pulang mancing, malah sakit,” ujar Doni sambil tertawa.

Saran kedua, menebar rumpon di titik-titik pemancingan. Ia mengambil contoh saat berkunjung ke Sumba. Fasilitas penginapan di Nihi, bertaraf internasional. Yang dijual adalah wisata alam yang masih asli. Mereka menyediakan fasilitas memancing. Para nakhoda kapal motor sudah tahu spot-spot rumpon.

“Jadi, baru beberapa menit lempar umpan sudah strike. Wah, itu sensasional sekali. Nah, di Enggano harus dibikin seperti itu. Jangan sampai wisatawan mancing kecewa karena pulang tidak dapat ikan,” kata Doni.

Akan tetapi, jika memancing bukan aktivitas yang menarik, Anda tetap bisa menyewa kapal-kapal nelayan tadi untuk menyusuri tepian pantai menikmati hutan bakau serta keindahan alam Enggano lainnya. Aneka satwa liar, terutama burung-burung di pepohonan, adalah pemandangan langka yang bisa Anda nikmati sepuasnya. Aneka suara burung di keheningan hutan merupakan orkestra alam yang menyehatkan jiwa.

Deru Surfing

Sekarang kita beralih ke sisi barat Enggano. Sebuah laut lepas dengan deburan ombak laksana surga bagi para peselancar. Seperti diketahui, komunitas surfing dunia menjadikan laut Mentawai (Sumatera Barat) sebagai basis mereka berselancar. Boleh jadi, karena baru sedikit pecandu selancar yang tahu, bahwa Enggano juga menghidangkan ombak-ombak jangkung yang menantang.

Pendek kata, Enggano menawarkan wisata bahari yang luar biasa, karena memiliki dua karakter pantai sekaligus jenis ombak di kedua sisi pulaunya.

“Bayangan saya, wisata Enggano harus ditunjang kuliner seafood, seperti ikan, kepiting, lobster, udang, dan lain-lain. Semua ada di laut Enggano. Laut sekitar Enggano tidak boleh dieksploitasi besar-besaran. Peruntukannya hanya bagi jasa wisata kuliner Enggano dan konsumsi masyarakat sendiri,” kata Doni Monardo pula.

Doni juga menyebut dua jenis kuliner lain yang bisa menjadi ciri khas Enggano, yakni pisang dan emping melinjo.

“Ahli pengolah emping dan industri tepung pisang, wajib datang ke Enggano mentransfer ilmunya. Ini bisnis yang menarik. Saya dapat info, setidaknya ada 300 ton hasil pisang Enggano setiap minggu dikirim ke berbagai kota di Sumatera. Bahkan sampai ke Jakarta dan Malaysia,” kata Doni pula.

Doni menambahkan, emping termasuk yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Itu artinya, jika kualitas pengolahan emping Enggano bisa ditingkatkan, bukan tidak mungkin bisa menembus pasar yang lebih luas.

“Bisa ke platform e-commerce. Nanti bisa kita jual di sana. Termasuk kanal ‘pasar UMKM’, dan ekspor. Tapi syaratnya kualitas harus memenuhi standar, hiegienis, serta packaging yang menarik. Jadi proses produksinya harus ketat agar menghasilkan emping berkualitas,” papar Doni, yang juga Komisaris PT Mind ID itu.

Selain emping, Enggano juga terkenal dengan pisang kepok-nya. Jika kita ke Enggano naik Susi Air, sebelum mendarat di bandara Desa Banjar Sari, kita akan disuguhi hamparan pemandangan kebun pisang yang maha luas.

Potensi pisang Enggano berlimpah. Dalam satu minggu bisa menghasilkan 300 ton. Harga per tandan di kisaran Rp 12.500 hingga Rp 25.000. Sementara, di Jakarta uang Rp 25.000 hanya dapat satu atau dua sisir pisang kepok. Pisang kepok ini juga sangat bagus untuk dijadikan tepung pisang sebagai bahan kue atau makanan bayi.

Siapa sangka, “raja pisang” dari Enggano ternyata pendatang dari Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Kisah turun-temurun menyebutkan, para pelaut tangguh Bugis itu sudah menginjakkan kaki di tanah Enggano lebih dari seabad yang lalu.

Awalnya, orang-orang Bugis tadi bertani dan melaut sebagai nelayan. Kurang lebih 10 – 15 tahun lalu, pelan-pelan konsentrasi mereka beralih ke sektor perkebunan, utamanya kebun pisang. Pisang kepok. Kini produksi pisang kepoknya berhasil menjadi komoditi unggulan Enggano.

Camat Enggano Susanto sempat menyambungkan teleponnya dengan seorang bernama Tantu asal Kecamatan Keera, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Saya berbicara dalam bahasa Bugis yang kental. Tantu mengaku termasuk Bugis yang mengawali perkebunan pisang 12 tahun lalu. Tantu bersama keluarga sudah menjadi warga Enggano sejak 30 tahun lalu.

Atas potensi daerahnya, Camat Enggano Susanto menyampaikan keluhannya kepada Doni Monardo, ihwal sarana transportasi yang terbatas. “Dalam satu minggu hanya ada satu atau dua kapal dari Enggano ke Bengkulu dan sebaliknya,” keluhnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here