Tabut Nabi Musa ‘Alaihissalam

Kisah Misterius Tabut Nabi Musa yang Terus Saja Dicari, Bahkan Israel Menggalinya di Bawah Masjid Al-Aqsa.

268
Ilustrasi: Tabut yang diarak.

Oleh: H. Winarto AR bin Darmoredjo (Majelis Dakwah Edwin Az-Zahra)

Tabut Allah (Ark of God) adalah wadah yang digambarkan dalam Alkitab berisi Loh-Loh Batu di mana tertulis Sepuluh perintah Allah, Tongkat Harun, dan roti manna.

Menurut Pentateukh, Tabut dibuat atas perintah Tuhan, selaras dengan penglihatan kenabian Musa di Gunung Sinai (Keluaran 25:10-16). Tuhan berbicara dengan Musa “dari antara dua kerubim” di penutup Tabut (Keluaran 25:22).

Tabut dan benda-benda sucinya merupakan “keagungan Israel” (Ratapan 2:1). Rashi dan beberapa Midrashim menyatakan bahwa terdapat dua Tabut, satu dibuat Musa untuk sementara waktu dan satu lagi yang lebih kemudian dibuat oleh Bezaleel.

BACA JUGA: Siapkah Anda Jadi Bagian dari Umat Terbaik?

***

Dzulqarnain, Imran, Luqman, Thalut, adalah sebagian dari nama orang-orang shalih yang dikisahkan dalam Al-Quran, meskipun mereka bukan termasuk golongan dari 25 Nabi dan Rasul. Sudahkah kita menceritakan kehidupan mereka pada anak-anak di rumah?

Salah satunya tentang Thalut, pemuda cerdas ini patut sekali keberaniannya diteladani oleh anak kita. Bermula dari datangnya masyarakat kepada seorang Nabi pada zaman Bani Israil, untuk bertanya kepadanya siapakah yang akan memimpin mereka.

Saat itu masyarakat membutuhkan figur pemimpin untuk melawan raja Jalut yang zhalim. Maka Sang Nabi yang berusia lanjut itu atas petunjuk Allah memilih pemuda gagah bernama Thalut seperti disebut dalam surat Al-Baqarah ayat 247.

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا

Nabi mereka mengatakan, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi pemimpinmu.”

BACA JUGA: Belajar dari Ruang Kelas

Awalnya tampak keheranan bagi mereka mengapa lelaki muda itu yang harus memimpin? Kalau bicara usia, Nabi mereka lebih tua. Jika bicara ilmu, Nabi mereka pun lebih alim. Terlebih lagi si pemuda bukan dari kalangan mereka sendiri. Tetapi selain itu Tabut berada pada mereka.

Tetapi demikianlah keadilan Allah, bahwa kepemimpinan diserahkan kepada para pemuda, sedangkan para ulama sepuh tetap dalam tugasnya mengayomi dan mengajar umat.

Maka berangkatlah Thalut bersama kaumnya untuk melawan raja zhalim tersebut. Al-Imam Ibnu Qatadah menyebutkan jumlah mereka enam puluh ribu orang. Termasuk di dalam barisan itu seorang remaja bernama Daud, yang kelak setelah dewasa menjadi Nabi pilihan Allah.

BACA JUGA: Handphone Juga Bisa Buat Dakwah

Di tengah perjalanan mereka diuji dengan aliran sungai yang tak boleh diminum padahal tengah kehausan yang sangat. Sebagian besar tak sanggup menerima ujian itu, hingga tersisa empat ribu orang saja.

Akhirnya mereka yang masih bertahan ini berhadapan dengan raja zhalim dan bala tentaranya hingga diberi kemenangan oleh Allah. Adapun raja zhalim itu berakhir hidupnya oleh Daud yang berusia paling belia di antara semua orang yang hadir pada waktu itu.

Sekali lagi Allah memperlihatkan bagaimana peran pemuda dalam suatu negeri. Padahal awalnya kehadiran Daud diragukan oleh mereka, namun ternyata justru karena usianya itulah Daud menjadi berbeda dari yang lain.

Demikianlah salah satu kisah dalam Al-Quran yang mengagumkan. Apabila anak-anak kita mendengar cerita ini, tentu tumbuhlah kepercayaan diri mereka dan kebanggaan mereka dalam membela agama Allah.

BACA JUGA: Miskin Tapi Rajin Sedekah

***

Seandainya kisah diatas dikaitkan dengan situasi yang terjadi di Palestina saat ini bisa jadi nyambung. Tetapi akan bagaimana akhir dari kisah peperangan yang terjadi saat ini semuanya bergantung kepada kehendak Allah SWT. Kita semua tak akan tahu selain berharap janji Allah SWT yang ketiga.

Salam dan doa terbaik buat segenap bangsa dan para pejuang Palestina.

 


#Apakah engkau suka hatimu menjadi lembut dan mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan kepadanya dari rezekimu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.” (HR. ‘Abdurrazaq).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here