Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-30)

IV. Nabi Syu’aib, Ayub, Zulkifli.

551
Jewishhrefugees.blogspot.com (kiri), wikiwand.com (tengah), Tempat penyembelihan kurban (Foto: Shutterstock.com)

Dalam kehidupan Nabi Zulkifili tidak dikisahkan tentang istri dan anak-anaknya. Namun dikisahkan ada setan yang berkali-kali mencoba menggoda dan menyesatkannya, baik secara halus maupun keras. Tidak diriwayatkan apakah usaha menyesatkan itu juga menyangkut kehidupan istri dan anaknya. Namun pada akhirnya para setan menyerah dengan kesabaran Nabi Zulkifli.

Nabi Zulkifli juga dikenal sebagai pendiri kota kecil Al-Kifli, yang terletak di tepi sungai Eufrat di Iraq. Terletak diantara Najaf dan Al-Hillah. Letak kota Kifli tidak terlampau jauh dari Houran. Dengan demikian dahulu wilayah tersebut masuk dalam wilayah kerajaan yang diperintah oleh Nabi Zulkifli.

Nabi Zulkifili adalah contoh seorang rasul yang menjadi raja dengan cara hidup zuhud, dan sukses menjalankan masa pemerintahannya dalam waktu yang cukup panjang sehingga mampu membuat kota baru yang kemudian menjadi simbol dan pusat dakwahnya.

Di kota tersebut, Nabi Zulkifli mendirikan kuil atau tempat ibadah yang sekarang dikenal dengan masjid yang bernama An-Nukhailah. Karena cara hidup zuhudnya, sehingga ketika meninggal, tidak diketahui di mana kubur Nabi Zulkifli, meskipun ada yang mempercayai kuburnya terletak di Masjid An-Nukhailah. Sekarang Masjid An-Nukhailah menjadi destinasi wisata religi yang menarik karena kesejarahannya maupun keunikan arsitekturnya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-27)

Dahulu, kebanyakan kaum Yahudi menganggap Nabi Ezekiel adalah Nabinya yang bernama Yehezkiel. Oleh karena itu kota Kifli pernah menjadi salah satu kota yang terdapat banyak pemukiman dari bangsa Israel. Seperti ada kesalahpahaman terhadap dua Nabi tersebut. Ezekiel bin Ayub adalah keturunan Esau pembentuk bangsa Edom, saudara kembar Ya’qub. Sedang Nabi Ya’qub pembentuk bangsa Israel. Nabi Yehezkiel atau Hezkiel adalah keturunan Nabi Ya’qub melalui Rahbeam ibn Sulaiman ibn Daud.

Sedang Nabi Yehezkiel adalah Nabi Bani Israel yang diutus pada Bani Israel yang ikut bersama rombongan yang diangkut untuk diperbudak bangsa Khaldea ke Babilonia setelah penghancuran Yerusalem dan Haekal Sulaiman oleh Nebukadnezar. Nabi Yehezkiel diutus untuk menjaga Bani Israel yang sedang dihukum oleh Allah karena kebandelannya melawan Nabi-Nabinya terdahulu dan menyimpang dari Taurat serta tenggelam dalam kemusyrikan.

Hukuman yang sangat keras dari Allah yang menyebabkan terbunuhnya ribuan orang Bani Israel. Setelah itumengalami kehidupan yang sulit karena hidup diperbudak lagi dan terpaksa harus pergi dari tanah airnya lagi (QS. Al-Isra: 4-5). Dengan demikian masa hidup Nabi Zulkifli (Ezekiel) dengan Nabi Yehezkiel juga terpaut dalam selisih waktu ratusan tahun.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-26)

V. Nabi Musa dan Harun, Bani Israel Pulang ke Baitul Maqdis

1. Situasi Mesir Menjelang Kelahiran Musa.

Nabi Musa hidup dalam masa dua periode kekuasaan Raja Fir’aun dinasti ke XIX. Menjelang kelahirannya Nabi Musa, Mesir saat itu pada periode kekuasaan Fir’aun (Pharaoh) dinasti ke XIX raja ketiga bernama Rameses II yang masa berkuasanya sekitar tahun 1278 SM –1212 SM.

Rameses II melanjutkan perbuatan ayahnya yaitu Seti I yang menindas dan memperbudak Bani Israel dengan kerja paksa untuk membangun kota dan membangun kuil pemujaan serta kompleks kuburan untuk para raja. Jika menolak diperbudak, maka anak laki-lakinya dibunuh (QS. Al-Baqarah: 49 dan Al-Qashash: 4).

Seti I adalah pengganti dari pendiri Fir’aun dinasti XIX, yaitu Rameses I. Masa kecil hingga dewasa Musa pada masa Rameses II, sedang kenabiannya pada masa raja Meremptah atau Merneptah anak Rameses II, Fir’aun dinasti ke XIX raja ke empat. Meremptah berkuasa tahun 1213 SM-1203 SM. Meremptah dibantu pembesarnya yang bernama Haman serta pendukungnya, yaitu Qorun (QS. Ghofir: 23-24).

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-25)

Allah akan menunjukkan kuasanya menolong Bani Israel untuk menghadapi penindasan Meremptah yang dibantu Haman, Qarun dan bala tentaranya dengan menjadikan pemimpin dari Bani Israel yang akan menunjukkan apa-apa yang ditakutkan oleh Meremptah, Haman dan Qarun (QS. Al-Qashas: 5-6).

Saat itu, kekuasaan Dinasti XIX meliputi wilayah Mesir hingga ke wilayah Kana’an sampai mendekati kota Kadesh (selatan kota Haleb atau Alepo). Sedang bagian utara kota Kadesh menjadi wilayah bangsa Hitti (Het). Wiliyah Mesopotamia dikuasai bangsa Assyria. Bangsa Mesir, Hitti, dan Assyiria sudah lama terlibat dalam perang segitiga yang panjang berebut wilayah jajahan.

Peperangan sering terjadi di wilayah kekuasaan dan jajahan mereka yang saling bersentuhan batas yaitu di wilayah Kana’an, khususnya di Kota Kadesh karena posisinya adalah sebagai kota yang menjadi batas dua kekuasaan. Selain itu, kerajaan Assyiria juga sering terlibat perang dengan kerajaan di wilayah timurnya yaitu kerajaan Elam yang sering menerobos masuk untuk menjarah kota-kota Assyiria yang subur dengan produksi pertanian yang melimpah.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here