Memilih Presiden Ideal di Pemilu 2024, Mari Berkaca pada Kisah Thalut

507

Oleh: Abdan Syakura (Aktivis Al-Mahsyar)

Andai saja rakyat Indonesia memiliki akses kepada Allah Ta’ala, maka akan dengan mudah meminta sosok pemimpin yang tepat dan diridhai-Nya. Andai saja masih ada Nabi Muhammad SAW yang dapat menjadi washilah-Nya, tentu rakyat Indonesia tak akan bingung dan bisa menanyakan tentang siapa sosok pemimpin yang tepat dan diridhai Allah Ta’ala.

Saat ini, sulit memiliki akses dimaksud. Meski ada saja segelintir orang terpilih yang bisa memohon petunjuk-Nya. Itu pun melalui petunjuk batin yang hanya bisa diterima oleh orang-orang yang memiliki qalbun salim, hati yang bersih.

Beruntungnya, rakyat Indonesia yang mayoritasnya adalah pemeluk Islam, memiliki Al-Quran dan Al-Hadits sebagai rujukan. Ada panduan yang jelas di dalamnya, agar rakyat Indonesia memilih calon Presiden pada Pemilu 2024.

Kenapa harus Al-Quran dan Al-Hadits? Karena bangsa ini memiliki 240,62 juta jiwa (pada 2023) umat Islam atau setara 86,7% dari populasi nasional yang total rakyatnya sebanyak 277,53 juta jiwa. Maka seorang Presiden terpilih ke depan haruslah sosok yang sesuai dengan kriteria yang Allah Ta’ala dan Rasul-Nya sebutkan dalam Al-Quran dan Al-Hadits.

BACA JUGA: Jaga Ukhuwah, Jangan Caci Sesama Muslim

Lalu, bagaimana panduannya?

Salah satunya bisa dilihat dalam kisah Thalut yang Allah Ta’ala paparkan dalam Al-Quran pada Surah Al-Baqarah [2] ayat 246-252. Dan khusus pada ayat 247, secara gamblang Allah Ta’ala jelaskan kriteria pemimpin yang diridhai-Nya dan ideal bagi sebuah bangsa.

“Nabi mereka mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata, “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui,” (QS. Al-Baqarah [2]: 247).

Kisah ini menarik untuk diikuti. Dalam tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menjelaskan ayat di atas, bahwa untuk pemilihan Thalut menjadi raja bukanlah karena kehendak Samuel atau Syawmil, melainkan kehendak Allah. Sebab yang dipilih Tuhan ialah karena ada kelebihannya dalam hal yang lebih penting daripada keturunan dan kekayaan, yakni keluasan pengetahuan dan tubuh.

BACA JUGA: Jangan Lupakan! Baca Doa Mustajab Ini Saat Terbangun Tengah Malam

Thalut disebut memiliki kelebihan, yakni berilmu dan mempunyai tubuh yang proporsional sehingga layak untuk menjadi raja. Di sini Al-Quran meninggalkan dua panduan dasar untuk memilih orang yang akan menjadi pemimpin atau pemegang puncak kekuasaan, yakni ilmu dan fisik yang sehat dan kuat.

Ayat ini menegaskan bahwa kepemimpinan hanya berhak didapatkan dengan sebab ilmu pengetahuan, agama dan kekuatan, bukan dengan keturunan. Keturunan tidak ada nilai apapun bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan dan keutamaan-keutamaan pribadi.

Ilmu dan keutamaan pribadi lebih didahulukan dari keturunan, sebab Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Dia memilih Thalut sebagai raja mereka karena keilmuan dan kekuatannya sekalipun mereka lebih mulia dari sisi garis keturunan.

Dua kriteria ini bersifat physical yang secara kasat mata dapat terlihat. Seseorang dengan keilmuannya bisa tampak dari kebijaksanaannya dalam bertutur dan bertindak. Seseorang yang sehat secara fisik pun tampak jelas terlihat dari kebugaran badannya dan kebersihan pakaiannya.

BACA JUGA: Tahu Gak? Doa Bisa Tertolak Karena Makanan!

Al-Quran juga memberikan ciri lain yang harus dimiliki seorang pemimpin. Pertama, seorang pemimpin harus memiliki ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Pada QS. Al-Furqan [25] ayat 74, umat Islam diminta untuk memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan pemimpin yang bertakwa.

Kedua, seorang pemimpin harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya, menegakkan shalat, menunaikan zakat, serta senang untuk rukuk dan sujud (shalat berjamaah) bersama kaum Muslimin. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah),” (QS. Al-Maidah [5]: 55).

Ayat ini sekaligus menegaskan bahwa pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang di samping taat pada Allah dan Rasul-Nya, juga berusaha selalu berjamaah dengan masyarakatnya, baik dalam bidang ibadah (hablumminallaah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannaas).

Ketiga, memiliki sifat amanah dan jujur serta memiliki keahlian dan keterampilan dalam memimpin. Amanah dan profesional akan melahirkan kesejahteraan dan kemajuan bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Perhatikan firman-Nya dalam QS. Yusuf [12] ayat 55: “Berkata Yusuf, ‘Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan’.”

BACA JUGA: Benarkah Dunia Dilaknat Allah? Mengapa?

Pemimpin dan kepemimpinan dalam pandangan ajaran Islam adalah sesuatu yang sangat penting, mendasar, dan menentukan kehidupan masyarakat. Baik-buruknya masyarakat sangat ditentukan oleh baik-buruk pemimpinnya, terutama kepemimpinan umara (pemerintah) dan ulama.

Rasulullah SAW bersabda, “Pemimpin atau penguasa di dunia itu akan berada dalam naungan Allah, manakala orang yang lemah dapat berlindung kepadanya dan siapapun yang teraniaya akan mendapatkan pertolongan dengan sebab kepemimpinannya. Barangsiapa memuliakannya di dunia, maka Allah akan memuliakannya di hari kiamat,” (HR Ibn Nujjar dari Abu Hurairah).

Keadilan pemimpin akan memberikan kebaikan, baik bagi pemimpin itu sendiri maupun bagi masyarakatnya, di dunia maupun akhirat. Sebaliknya, pemimpin yang zhalim (jair) yang tidak memperhatikan rakyat yang dipimpinnya bahkan cenderung menyengsarakannya, dianggap sama dengan merusak agama yang dimurkai Allah SWT.

Mari kita sukseskan Pemilu 2024 dengan memilih calon pemimpin bangsa yang sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut, terkhusus memilih Presiden dan Wakil Presiden. Harapannya, agar Indonesia menjadi negeri makmur dan sejahtera, negeri yang diridhai Allah Ta’ala atau baldatun thayyibatun warabbun ghafuur.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here