Memahami dan Mengurai Rahasia Rezeki

562

Muslim Obsession – Sebagai manusia biasa, seringkali kita pusing dengan urusan rezeki. Realitanya, ada orang yang telah berusaha keras namun rezekinya tetap sulit. Sementara orang yang tampak tidak berusaha keras, malahan mendapat rezeki terus menerus.

Kasus lainnya, terkadang ada orang alim, ahli ibadah dan kelebihan lainnya namun urusan rezeki begitu sempit dan sulit. Sementara ada seorang yang ahli berbuat maksiat, bodoh dan berperilaku tidak baik, namun rezekinya begitu banyak dan luas.

Pada konteks ini, jelaslah bahwa rezeki merupakan kuasa Allah Ta’ala, bukan kuasa dan hitungan manusia.

Mengutip asshiddiqiyah2, Imam Ghazali dalam karyanya, Minhajul Abidin, membagi rezeki menjadi empat maqom dan jenis, yakni rezeki yang dijamin (Madhmun), rezeki yang dibagikan (Maqsum), rezeki yang dimiliki (Mamluk) dan rezeki yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala (Mau’ud).

BACA JUGA: Waspadalah! Menyisakan Makanan dan Minuman Bisa Persempit Rezeki

Pertama, rezeki yang dijamin (Madhmun). Jenis rezeki ini mengarah pada makanan dan segala apa yang menopang atau menguatkan tubuh dan jiwa kita. Jenis rezeki itu tidak terkait dengan sumber-sumber lainnya di dunia.

Jaminan terhadap rezeki jenis ini datang dari Allah Ta’ala secara langsung sehingga disebut rezeki yang dijamin.

Maka, bertawakal terhadap rezeki jenis ini wajib berdasarkan dalil aqli dan naqli. Sebab, Allah telah membebankan kita untuk ibadah kepada-Nya dan menaati-Nya dengan tubuh dan anggota badan kita.

Dia pasti telah menjamin apa-apa yang menjadi sumber energi bagi seluruh organ dan sel-sel tubuh kita agar kita dapat melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya.

BACA JUGA: Amalan Pembuka Pintu Rezeki

Kedua, rezeki yang dibagi (Maqsum). Yaitu apa-apa yang telah dibagikan oleh Allah dan telah tertulis di Lauhul Mahfuzh secara komprehensif.

Masing-masing dibagikan sesuai dengan kadar yang telah ditentukan dan waktu yang telah ditetapkan, tidak lebih dan tidak kurang, tidak maju dan tidak mundur dari apa yang tertulis itu. Itulah yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala dan dibagi sesuai kehendak dan Kuasa-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, “Rezeki itu telah dibagikan dan kemudian telah diberikan semuanya. Tidaklah ketakwaan seseorang dapat menambahkannya dan tidak pula kejahatan orang yang berlaku jahat dapat menguranginya.”

Maka dalam konteks itu rezeki yang disindir Baginda Nabi adalah Rezeki yang Maqsum atau dibagi.

BACA JUGA: Dua Amalan Agar Terhindar dari Susah Rezeki

Ketiga, rezeki yang dimiliki (Mamluk), adalah harta benda dunia yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk dia miliki. Dan ini termasuk rezeki dari Allah. Maka tidak heran banyak orang yang tidak ibadah bahkan kafir, tapi tidak kurang rezekinya bahkan berlimpahrua. Allah berfirman:

… اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰكُمۡ….

“Belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu,” (QS Al-Baqarah: 254).

Keempat, rezeki yang dijanjikan (Mau’ud), yakni segala apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa dengan syarat ketakwaan, sebagai rezeki yang halal, tanpa didahului oleh usaha yang bersusah payah seperti ayat surat Ath-Thalaq di awal tadi.

Itulah beberapa rezeki yang telah dikelompokkan oleh Imam Ghazali, dari sana kita memahami bahwa memang ada yang telah menjadi ketentuan Allah secara pasti ada juga rezeki yang diperoleh sesuai kadar usaha kita dan itupun tentu atas izin Allah, juga ada rezeki yang didapat sebagai reward ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala.

Wallahu a’lam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here