Jenderal besar TNI Dr. AH Nasution “Sang Penyelamat NKRI”

1478

Sebetulnya Menteri Luar Negeri Subandrio sudah pernah melakukan diplomasi ke Negara Negara Amerika, Eropa dan Australia untuk penyelesaian Irian Barat secara damai. namun tidak membuahkan hasil. Sambil menyiapkan operasi militer, TNI juga melaksanakan operasi intelijen diplomasi militer yang dilakukan oleh para Atase Militer dan Pak Uyeng Sumargana.

Hasil operasi C ditindak lanjuti dengan kunjungan Pak Nas ke Negara Negara kawan Indonesia (India, Pakistan, RPA, Mesir, Burma, Philipina); Negara sekutu Belanda (Amerika Serikat, Inggris, Austalia , Selandia Baru, Jerman, Perancis); maupun Negara netral, seperti Uni Sovyet, Polandia, dan Malaya). Kunjungan Pak Nas adalah menjelaskan pentingnya perjuangan Indonesia di Irian Barat, meminta bantuan Negara lain bila terjadi perang antara Indonesia dengan Belanda di Irian Barat serta pembelian peralatan militer. Hasil kunjungan Pak Nas, dapat diketahui sikap dari Negara Negara yang dikunjungi, yaitu Negara kawan Indonesia akan membantu sesuai dengan permintaan bantuan yang diajukan oleh Indonesia. Namun, menyarankan agar tidak berperang.

Negara Negara Sekutu Belanda dapat mangerti dan memahami perjuangan Indonesia tentang Irian Barat, tetapi bila terjadi perang mereka akan membantu Belanda. Sedangkan, Negara netral mereka akan bersikap netral bila terjadi perang dan mereka akan menjual peralatan militemya dengan persenjataan modern seperti yang dimiliki oleh Pakta Warsawa dan juga Negara Eropa Timur akan menjual persenjataan yang mereka miliki kepada Indonesia. Akhir tahun 1962 persenjataan militer yang dibeli Indonesia mulai berdatangan, sehingga pak Nas mulai melakukan operasi infultrasi. Direncanakan sampai akhir tahun 1963 akan dimasukkan 10 Kompi inti ABRI yang bertugas untuk menyusup ke daerah musuh untuk mengadakan aksi gerilya dan mengacaukan musuh selanjutnya mendirian pos pos terdepan sebagai persiapan bagi penyerbuan pasukan yang lebih besar.

Fase Infiltrasi dimulai dengan pengiriman para infiltran yang diangkut dengan kapal Iaut yang dipimpin oleh Kolonel Sudomo, yang didalamnya ikut serta bersama gerilyawan, Komodor Yos Sudarso Deputy Operasi KSAL yang telah membawa bendera Merah Putih untuk ditancapkan di Irian dan akan membawa sebongkah tanah Irian untuk diserahkan kepada Presiden Sukarno (sesuai perintah Presiden Sukarno dalam Tritura). Namun dalam perjalanan terjadi insiden di pulau Aru Maluku, iring iringan kapal diketahui oleh patroli Belanda, NKRI Macan Tutul ditembak oleh kapal perang Belanda mengakibatkan gugurnya Komodor Yos Sudarso dan tenggelamnya KRI Macan Tutul. Sedangkan, tiga KRI lain dapat menyelamatkan diri. Setelah gagal infiltrasi laut, dilanjutkan melalui udara beberapa kali yang sukses mencapai sasaran dan sebagian besar pasukannya utuh adalah operasi Naga dibawah pimpinan Kapten LB Murdani.

Pasukan infiltran dibantu rakyat setempat telah mampu untuk melakukan penyerangan dan melemahkan pertahan Belanda di Irian. Kekuatan laut dan udara RI juga digelar untuk melakukan patroli di wilayah perbatasan dengan Irian sehingga setiap saat siap untuk melakukan pertempuran. Menindak lanjuti saran dari para tokoh teman Negara Indonesia yang dikunjungi Pak Nas agar menghindari perang terbuka dengan Belanda di Irian Barat. Pak Nas memerintahkan pak Uyeng Sumargana agar lebih mengintensifkan penyelesaian damai tentang penyelesaian Irian Barat. Pak Uyeng Sumargana berhasil mendekati para pengusaha Belanda yang tergabung dalam kelompok Hidelberg, mereka berpendirian ditinjau dari aspek ekonomi Indonesia Iebih menguntungkan daripada Irian Barat. Sehingga mereka mendesak pemerintah Belanda agar mengakhiri pendudukannya di Irian Barat.

Pak Uyeng juga berhasil mendekati Prof Rostov salah satu Penasehat PresidenKennedy dan Prof Rostov mampu memberikan pengertian tentang pentingnya perjuangan Irian Barat bagi Indonesia, sehingga Presiden Kennedy dapat berubah pikiran terhadap Indonesia, yang semula mendukung Belanda menjadi mengerti posisi Indonesia, berdampak pada kesediaan Amerika menjadi mediator perundingan antara Indonesia dengan Belada untuk penyelesaian Irian Barat. Melalui perundingan yang difasilitasi oleh Elwoerth Bunker (Amerika) dilakukan perundingan antara Menteri Luar Negeri Subandrio dengan Menteri Luar Negeri Luns, dibantu oleh Sekjen PBB U Thant dapat dicapai tentang kesepakatan serah terima kekuasaan Irian Barat dari Belanda ke Indonesia setelah melalui pemerintahan peralihan yang dipimpin PBB (UNTEA). Pada tanggal 15 Agustus 1962 di Markas PBB New York ditanda tangani Perjanjian New York oleh Menlu RI Subandrio (Indonesia) dan J Herman Van Roijen (Belanda), serta CWA Shuurman (Belanda).

Dalam perjanjian ini disepakati bahwa Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA pada bulan Oktober 1962 dan selanjutnya UNTEA akan menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia pada bulan Mei 1963. Tanggal 18 Agustus 1962 setelah ditanda tanganinya Perjanjian New York, Presiden Sukarno mengeluarkan perintah penghentian tembak menembak , sehingga perang terbuka antar Indonesia dengan Belanda memperebutkan Irian Barat dapat dihindari. Pada tanggal 1 Mei dilakukan penurunan bendera Belanda dan penaikan bendera Merah Putih di kantor UNTEA mengawali penyerahan Irian Barat dari UNTEA kepada Republik Indonesia. Sejak saat itu, Irian Barat menjadi wilayah RI kembali ke pangkuan lbu Pertiwi. Sedangkan, hasil pembelian peralatan militer untuk mendukung perang dengan Belanda di Irian Barat telah menempatkan ABRI sebagai Angkatan Bersenjata terkuat nomor 5 di dunia dan nomor satu di Asia Tenggara.

Dari rangkaian peristiwa diatas akan tergambar bahwa perjuangan dan pengabdian Pak Nas melalui jabatan dan kekuasaan yang diemban telah mampu menyelamatkan NKRI hasil Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dari negara yang belum berdaulat menjadi negara yang berdaulat dan utuh wilayahnya. Kita bisa membayangkan seandainya bukan Pak Nas yang diserahi tugas untuk mengatasi situasi keamanan pada saat-saat kritis yang terjadi di Indonesia, situasi dan keadaan mungkin akan berbeda. Mungkin kita masih menjadi Negara yang terjajah atau minimal Negara kita terpecah menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat).

Penulis: Kol. (Purn) Dra. Nasikhah.M – Mantan Kasubdisbin Musmontra Disjarah TNI Angkatan Darat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here