Jaga Hati, Jangan Sampai Mati!

237

Oleh: H. Winarto AR bin Darmoredjo (Majelis Dakwah Edwin Az-Zahra)

Hati adalah kunci. Baik tidaknya seseorang, hati adalah motor penggerak segala yang ada dalam diri manusia, semua anggota badannya, inderanya dan pikirannya. Ibaratnya, jangan sampai seperti halaman rumah yang sudah disemen penuh sehingga tak bisa lagi menyerap air hujan.

***

Allah SWT telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat (QS. Al-Baqarah ayat 7).

Khatamallahu, menurut As-Saddi maknanya ialah “Allah mengunci mati.”

BACA JUGA: Waspada, Jangan Jadi Pengikut Pemimpin Pembohong

Menurut Qatadah, ayat ini bermakna “Setan telah menguasai mereka, mengingat mereka taat kepada keinginan Setan, maka Allah mengunci mati kalbu dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka terdapat penutup. Mereka tidak dapat melihat jalan hidayah, tidak dapat mendengarnya, tidak dapat memahaminya, dan tidak dapat memikirkannya”.

Penulis memahami bahwa ketika Allah menutup hati dengan penutup yang sangat tebal, hakikatnya semua ini karena perbuatan dosa mereka yang terus menerus, sehingga dosa dosa inilah menutupi hati mereka, sehingga tak ada celah yang dapat dimasuki cahaya hidayah.

Ketika cahaya hidayah tertutup maka akhirnya telinga, penglihatan mereka sudah enggan menginderai kebenaran dan kebaikan.

BACA JUGA: Loyalitas Sesama Muslim

Sebagaimana Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang mukmin itu apabila berbuat suatu dosa, maka hal itu merupakan noktah hitam pada hatinya. Tetapi jika dia bertobat dan kapok serta menyesali, maka tersepuhlah hatinya (menjadi bersih kembali). Tetapi apabila dosanya bertambah, maka bertambah pulalah noktah hitam itu hingga (lama-kelamaan) menutupi hatinya, yang demikian itulah yang dimaksudkan dengan istilah ar-ran di dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi mereka.” (Al-Muthaffifin: 14) (HR. Tirmidzi)

Hati adalah kunci. Demikianlah kuatnya hati, sehingga tugas Nabi dalam risalahnya adalah melakukan tazkiyah atau pensucian hati manusia dari segala kotoran dosa sehingga mereka menjadi manusia yang memiliki kebersihan hati (qalbun salim).

Orang yang memiliki qalbun salim akan menjadikan mereka insan profetis, lebih produktif memberi dan menyebarkan manfaat dalam kehidupan.

BACA JUGA: Jujur, Kita Sering Dibikin Pusing Kalau Rezeki Seret

Mereka disibukkan dengan membaca, menulis dan beramal nyata demi terwujudnya peradaban yang mulia dalam naungan ridha Allah SWT, karena space otak dan hatinya hanya fokus pada kebenaran dan kebaikan, fokus pada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.

Apapun profesi yang saat ini menempel, kebersihan hati menjadi kunci kebahagiaan dunia dan akhirat, mengapa?

Pertama karena surga hanya akan dimasuki oleh mereka yang bersih hatinya. Kedua, dengan kebersihan hati semua manusia akan melepaskan kepentingan syahwatnya berlebihan, sehingga dia akan selalu berjalan pada jalan kebenaran. Bukan menjadikan profesinya untuk mendapatkan keuntungan pribadi yang merugikan kehidupan manusia dan lingkungan.

Demikianlah tugas profetik yang hendaknya dijalankan oleh mereka yang merasa memiliki ilmu apapun jenisnya, bagaimana membersihkan hati dalam rangka membangun kehidupan yang lebih beradab sesuai aturan Allah SWT serta aturan aturan yang disepakati baik undang undang atau aturan di bawahnya.

BACA JUGA: Sudah Bermaknakah Hidup Kita?

Dengan kebersihan hati manusia akan mendapatkan kebahagiaan totalitas, kebahagiaan duniawi dan ukhrowi.

Nilai profetis tazkiyah inilah yang hendaknya muncul dan dimunculkan dalam diri pelaku peradaban. Mereka adalah manusia yang selalu melepaskan diri dari jerat dosa besar kepada Allah SWT, dan dosa horisontal kepada manusia dan alam semesta.

Dalam membangun peradaban keberhasihan hati menjadi kunci, keikhlasan, ketawadhuan, keistiqamahan dan kesemangatan. Hati yang bersih jauh dari memperdebatkan masalah-masalah kecil yang hanya akan menggores hati insan profetis.

 


#Apakah engkau suka hatimu menjadi lembut dan mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan kepadanya dari rezekimu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.” (HR. ‘Abdurrazaq).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here