Berkeluh Kesah Bisa Mengundang Murka Allah

258

Oleh: Adhes Satria (Pegiat Sosial)

Adakalanya kita suka berkeluh kesah ketika ditimpa masalah atau musibah. Padahal berkeluh kesah bisa mendapatkan kemurkaan dari Allah Swt, serta kemudharatan.

Dalam kitab yang ditulis Syaikh Abdul Lathif bin Hajis Al-Ghomidi disebutkan: “Berkeluh kesah ini termasuk dalam dosa-dosa yang sering diremehkan kaum perempuan”.

Dari Mu’awiyah diriwayatkan bahwa ia berkata:

“Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Al-fussaq (orang-orang fasiq) adalah penghuni neraka. Ada salah seorang sahabat yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang disebut Al-fussaq itu?” Rasulullah menjawab, “Para wanita.” seseorang berkata, Wahai Rasulullah, bukankah mereka adalah ibu-ibu kita, saudari-saudari kita dan istri-istri kita?” Beliau menjawab, “Benar. namun mereka tidak mau bersyukur jika diberi dan tidak bersabar jika mendapat musibah,” (HR Ahmad).

BACA JUGA: Marah itu Jelek, Padamkan Bara Api itu dengan Air

Dalam Al-Quran, Allah Swt berfirman:

قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Dia (Ya’qub) menjawab, hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui,” (QS. Yusuf: 86).

Dan firman Allah Swt:

 قَدْ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوْلَ ٱلَّتِى تُجَٰدِلُكَ فِى زَوْجِهَا وَتَشْتَكِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَآ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ

“Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah Mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat,” (QS. Al-Mujadilah: 1).

Cara terbaik mengadukan segala keluh-kesah adalah hanya kepada Allah, sebagaimana Nabi mengeluhkan perbuatan kaumnya kepada Allah Azza wa jalla.

“Berkatalah Rasul: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang diacuhkan. Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong,” (QS Al- Furqan: 30-31).

BACA JUGA: Kok Disuruh Sabar Melulu, Sih?

Nasehat Rasulullah untuk Fatimah, dalam Kitab Uqudullujain karya Imam Nawawi Al-Bantani, memuat kisah rumah tangga Fatimah Az-Zahra, putri tercinta Baginda Nabi Muhammad ﷺ.

Suatu ketika, Rasulullah mendatangi Fatimah. Putrinya itu dalam keadaan menangis sambil menggiling gandum.

Melihat Fatimah yang sedang menangis, Rasulullah mendekatinya, lalu bertanya, “Wahai Fatimah mengapa engkau menangis? Allah tidak menyebabkan matamu menangis”.

Lalu, Fatimah menceritakan kepada ayahnya perihal sesuatu yang membuatnya menangis.  “Wahai ayahku, aku menangis karena kesibukan tugas rumah tangga yang aku kerjakan setiap hari tanpa seorang pun yang membantu.”

Kemudian, Rasulullah duduk di samping Fatimah. Lalu, Fatimah melanjutkan ceritanya,  “Wahai ayahku, dengan keutamaan yang engkau miliki, tolong katakan pada Ali supaya mau membelikan budak untukku agar dapat membantu menggiling gandum dan mengurusi pekerjaan rumah.”

Setelah mendengar cerita tersebut, Nabi ﷺ berdiri dan mengambil gandum dengan tangannya mengucapkan bismillah.

BACA JUGA: Waktu yang Disia-Siakan

Kemudian, Nabi berkata kepada putrinya sebagai bentuk nasehat dan penyemangat supaya putrinya tidak lagi mengeluh ketika melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri.

Beliau memberikan lima nasihat kepada Fatimah terkait keluhannya.

“Wahai Fatimah, Allah ingin menulis kebaikan untukmu, melebur dosa-dosamu, dan mengangkat derajatmu.”

“Wahai Fatimah, tiada istri yang menggiling tepung untuk suami dan anaknya kecuali Allah mencatatkan kebaikan baginya pada setiap biji dari gandum, meleburkan dosanya, dan meninggikan derajat-nya.”

“Wahai Fatimah, tiada keringat istri ketika menggiling tepung untuk suaminya, kecuali Allah menjadikan jarak baginya dan neraka sejauh tujuh khanadiq.”

“Wahai Fatimah, tiada istri ketika memakaikan minyak rambut pada kepala anaknya, menyisir, dan mencuci pakaiannya, kecuali Allah mencatatkan baginya senilai pahala orang yang memberi makan seribu orang lapar dan ditambah dengan pahalanya orang yang memberi pakaian pada seribu orang telanjang.”

“Wahai Fatimah, ketika seorang istri mengandung janin di perutnya, malaikat memintakan ampun untuknya, Allah menulis 15 ribu kebaikan baginya, ketika datang rasa sakit melahirkan, Allah Ta’ala menulis pahala baginya senilai pahala mujahidin, dan ketika seorang bayi telah lahir darinya maka Allah mengeluarkan berbagai macam dosa darinya hingga dia bersih kembali sebagaimana hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya.”

Demikianlah, semoga kita bisa mengambil hikmah dari nasehat Rasulullah kepada Fatimah, putri tercintanya tersebut.

Masihkah kita banyak berkeluh kesah?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here