Belajar dari Pesan Syair Imam As-Syafii

412

Oleh: Sulaeman Jazuli (Dosen UIN Banten)

Karena lekat dengan sematan gelar Imam Mujtahid Mutlak yang pasti akrab dengan jurus-jurus dan rumus-rumus logika, maka saya menyeret benang merah kesimpulan, bahwa beliau tidak meminati alam seni. Karena ia terlahir dari rahim perasaan yang lembut.

Kesimpulan saya ternyata keliru, bahwa beliau bukan sekedar meminati alam seni, bahkan sekaligus sebagai pencipta, pencinta dan penikmatnya. Wujudnya, melalui ketajaman dan kehalusan pikir serta rasanya, beliau berhasil menyuguhkan aneka menu syai’r yang lezat serta bergizi yang sungguh amat sangat bermanfaat bagi santapan makna kehidupan.

Di antaranya, inilah dia:

 تموت الأسد في الغابات جوعاً، ولحم الضأن تأكله الكلاب، وعبد قد ينام على حرير، وذو الأنساب مفارشه التراب

“Singa-singa pada mati di hutan belantara karena kelaparan. Sementara anjing-anjing, lahap memakan daging domba. Seorang hamba sahaya kadang tidur dengan selimut sutera, sementara orang yang punya kedudukan, tempat tidurnya di atas tanah”.

BACA JUGA: Filosofi Burung

Atas dasar kekuatan, kedahsyatan, keganasan dan kebuasannya, maka tidaklah heran andai Singa dijuluki “raja hutan”. Karena raja hutan, maka mangsa apapun yang ia inginkan, pasti ia terkam dan ia makan.

Namun di luar karakteristik hukum alamnya, kok bisa ia terpanggang di bara api tragedi yang memilukan dan sekaligus memalukan. Betapa tidak, ia tergolek lesu dan pasrah, kemudian meregang nyawa dan akhirnya mati karena kelaparan.

Sementara kafilah anjing liar yang kekuatan, kedahsyatan, keganasan dan kebuasannya berlipat-lipat di bawah dia , begitu asyik masyuk, berpesta pora melahap seekor domba.

Sampai di sini, kiranya tepat apa yang diungkapkan oleh penyanyi senior kawakan pentolan band Good Bless Ahmad Albar dalam lagunya ” Dunia Panggung Sandiwara” yang sangat Hit di sekitar tahun 1973. Di antara penggalan syai’rnya berbunyi:

“Dunia ini panggung sandiwara. Cerita yang mudah berubah. Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani. Setiap kita dapat satu peranan Yang harus kita mainkan. Ada peran wajar ada peran berpura-pura”.

BACA JUGA: Literasi dan Kearifan Beda Lebaran

Tegasnya, dalam perikehidupan, janganlah aneh andai terjadi perubahan, walau kadang di luar prediksi kita. Besok-besok jadi “bos” yang berkuasa mengatur segala, besok-besoknya lagi menjadi “laden, tukang” yang diatur bos baru semau guwe . Besok-besok jadi “terhina” , besoknya lagi jadi “digjaya dan mulia”, begitulah fakta dan realita makna hidup dan kehidupan.

Masih ingat dinasti Mamalik? Semula mereka tidak lebih dari sekedar komunitas insan-insan hampa gengsi yang tercecer di mana-mana dengan identitas tidak jelas. Irama nafas hidupnya pun di atur oleh pemusik-pemusik borjuis yang gila kekuasaan dan ambisi duniawi yang serakah.

Akhirnya, dengan mengandalkan tenaga sisa yang terbangun oleh semangat kesatuan dan persatuan, mereka tampil mencengangkan dunia sebagai penguasa yang terkenal dengan sebutan “Dinasti Mamalik”, yakni sebuah kekuasaan yang dikendalikan oleh sekelompok kaum budak.

BACA JUGA: Filosofi Gembira dalam Tradisi “Munggahan” Jelang Ramadhan

Dinasti Mamalik pernah menguasai teritorial Mesir dan Siria, tidak tanggung-tanggung lebih kurang selama 267 (dua ratus enam puluh tujuh) tahun yakni antara abad ke 13 hingga abad ke 16. Ini sebuah prestasi luar bisa yang mengukir sejarah Islam di Mesir di bawah kendali kaum hamba sahaya, (Goitein, 1968: 245).

Jelasnya, Imam Syafi’i mengingatkan, bahwa kita mesti hati-hati dan cerdas menyikapi arti hidup dan kehidupan ini. Karena, hidup dan kehidupan ini mengusung teori “Nisbi”, yang kadang bisa berubah secara mendadak di luar prediksi dan kalkulasi pikir kita. Sungguh benar apa yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya (QS. Ali Imran: 26):

 قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Katakanlah: “Ya Allah yang memiliki kerajaan-kekuasaan-, Engkau memberikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau mengambil kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau mempermalukan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah, semua kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”.

 والله أعلم بالصواب

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here