Tahun 2050, Penyakit yang Ditularkan dari Hewan ke Manusia Diprediksi Meningkat 12 Kali Lipat

289
Ilustrasi: Nyamuk.

Muslim Obsession – Para peneliti telah memperingatkan bahwa penyakit tertentu yang ditularkan dari hewan ke manusia berpotensi menyebabkan kematian 12 kali lebih banyak pada tahun 2050 dibandingkan dengan angka kematian yang tercatat pada tahun 2020.

Para ahli dari perusahaan bioteknologi Amerika Ginkgo Bioworks menyerukan “tindakan segera” untuk mengatasi risiko terhadap kesehatan masyarakat global.

Epidemi yang disebabkan oleh penyakit zoonosis – juga dikenal sebagai penyakit limpahan – bisa lebih sering terjadi di masa depan karena perubahan iklim dan penggundulan hutan, mereka memperingatkan.

Analisis tim mengamati tren historis untuk empat patogen virus tertentu.

Ini adalah filovirus, yang meliputi virus Ebola dan virus Marburg, SARS Coronavirus 1, virus Nipah dan virus Machupo, yang menyebabkan demam berdarah Bolivia.

Dilansir Daily Sabah, Rabu (8/11/2023) studi tersebut tidak mencakup COVID-19, yang menyebabkan pandemi global pada tahun 2020 dan kemungkinan besar berasal dari kelelawar.

Laporan ini meneliti lebih dari 3.150 wabah antara tahun 1963 dan 2019, dan mengidentifikasi 75 peristiwa limpahan di 24 negara.

Basis data tersebut mencakup epidemi yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), wabah yang terjadi sejak tahun 1963 yang menewaskan 50 orang atau lebih, dan peristiwa penting dalam sejarah, termasuk pandemi flu pada tahun 1918 dan 1957.

Peristiwa tersebut menyebabkan 17.232 kematian, dengan 15.771 disebabkan oleh filovirus dan sebagian besar terjadi di Afrika.

Para peneliti mengatakan epidemi telah meningkat hampir 5% setiap tahun antara tahun 1963 dan 2019, dengan angka kematian meningkat sebesar 9%.

“Jika tingkat peningkatan tahunan ini terus berlanjut, kami memperkirakan patogen yang dianalisis akan menyebabkan empat kali lipat jumlah kejadian limpahan dan 12 kali lipat jumlah kematian pada tahun 2050 dibandingkan pada tahun 2020,” mereka menambahkan.

Para peneliti juga berpendapat bahwa angka tersebut mungkin diremehkan karena kriteria inklusi patogen yang ketat dalam analisis dan pengecualian COVID-19.

Mereka mengatakan evaluasi terhadap bukti-bukti menunjukkan bahwa epidemi yang baru-baru ini dipicu oleh penyebaran zoonosis “bukanlah sebuah penyimpangan atau klaster acak” namun mengikuti “tren multi-dekade di mana epidemi yang dipicu oleh penyebaran penyakit menjadi lebih besar dan lebih sering.”

Tim tersebut menambahkan bahwa “tindakan segera diperlukan untuk mengatasi risiko yang besar dan terus meningkat terhadap kesehatan global” berdasarkan tren historis.

Temuan penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal BMJ Global Health.

 

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here