Rajab di Tahun Kesedihan

860
Rajab (Foto: NU)

Oleh: A. Hamid Husain (Alumni Pondok Modern Gontor, King Abdul Aziz University, dan Ummul Qura University)

Hidup ini, akan diwarnai kebahagiaan dan kesedihan. Kesedihan adalah ujian, dan akan berganti dengan kebahagiàn jika dihadapi dengan sabar dan ibadah amal shalih yang lebih berkualitas dari sebelumnya.

Kini kita berada di Bulan Rajab. Bulan Rajab, dalam penanggalan Islam, berada di tahun yang disebut “aamul huzni” (عام الحزن) yang artinya “tahun kesedihan”.

Bagi Bangsa Indonesia, yang tahun 2024 ini, sebaliknya adalah tahun “gembira” karena ada agenda pelaksanaan PEMILU, yaitu pesta demokrasi untuk memilih Pemimpin Baru.

Maka, mari kita semua menjadikan tahun ini tahun gembira, jangan menjadikan tahun kesedihan. Terkutuklah mereka yang menodai tahun 2024 ini dengan melakukan kerusuhan, kecurangan dan kekacauan.

BACA JUGA: Hormati yang Sepuh Meski Beda Agama

TRUE STORY:

Kenapa disebut ‘aamul huzni atau tahun kesedihan?

1- Kakek sebagai ayah asuh meninggal dunia. Setelah ditinggal kedua orang tua untuk selamanya, Nabi Muhammad ﷺ diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib sampai usia menginjak delapan tahun.

Abdul Mutthalib meninggal dunia di saat usia Muhammaad ﷺ delapan tahun. Selanjutnya, Muhammad ﷺ diasuh oleh pamannya bernama Abuu Thaalib RA sampai tumbuh dewasa.

2- Paman Rasuulullaah ﷺ bernama Abuu Thaalib RA sebagai ayah angkat nya yang penuh kasih sayang dan selalu mendukung nya, meninggal dunia. Ini sangat menyedihkannya dan membuat duka yang sangat sangat mendalam.

3- Isteri tercinta Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid, wanita terkaya yang menggunakan seluruh hartanya untuk dakwah Islam, meninggal dunia. Ini peristiwa yang sangat menyedihkan nya dan berduka yang sangat mendalam.

BACA JUGA: Lebih Baik Doakan Agar Mendapat Hidayah

Sayyidah Khadijah RA, saat sakit menjelang wafatnya, Sayyidah Khadijah berkata kepada Rasuulullaah ﷺ: “Aku memohon maaf kepadamu, yaa Rasuulallaah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.”

Rasuululullaah ﷺ menjawab: “Jauh dari itu yaa Khadijah, Engkau telah mendukung dakwah Islam sepenuhnya, sampai seluruh hartamu habis untuk dakwah”.

Kemudian, Sayyidah Khadijah RA memanggil putrinya, Faatimah Az-Zahra dan berbisik: “Faatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku.”

Mendengar itu, Rasuulullaah ﷺ berkata: “Yaa Khadijah, Allaah SWT telah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.”

Setelah mendapatkan restu dan ridha dari suaminya, Sayyidah Khadijah pun tersenyum dan berterima kasih kepada suaminya, hingga Sayyidah Khadijah RA pun menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Rasuulullaah ﷺ.

BACA JUGA: Agar Sakit Cepat Sembuh, Lakukan Amalan Rasulullah Ini

Didekapnya istri tercinta dengan perasaan pilu yang teramat sangat, hingga tumpahlah air mata mulianya dan semua orang yang ada di situ.

Sayyidah Khadijah RA wafat pada hari ke 11 di bulan Ramadhan tahun ke 10 kenabian, tiga tahun sebelum Rasuulullaah ﷺ hijrah ke Madinah.

Peristiwa wafatnya Khadijah sangatlah menusuk hati Rasulullah ﷺ, karena 2 orang yang dicintainya, yaitu istrinya Sayyidah Khadijah RA dan pamannya Abu Thaalib RA telah wafat.

4- Dalam suasana beduka dan kesedihan yang mendalam, karena Rasuulullaah Muhammad ﷺ sabar dan tabah menghadapinya, maka Allaah SWT ingin menghiburnya, dengan Mengundangnya datang langsung menghadap kepada Allaah SWT di ‘Arasy, Singga Sana Allaah SWT di Sidratul Muntahaa.

Undangan inilah yang disebut MI’RAJ, maka Rasulullaah ﷺ berangkatlah di malam hari dari Madjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Dari Masjidil Aqsa inilah Rasuulullaah ﷺ MI’RAJ naik ke Sidratul Muntahaa melewati 7 lapis Langit.

BACA JUGA: Negeri yang Makmur Lalu Hancur Lebur

Rasuulullaah Muhammad ﷺ bertemu dengan para Nabi terdahulu di setiap tingkatan Langit. yaitu: Nabi Adam AS di langit pertama, Nabi Isa AS dan Yahya di langit kedua, Nabi Yusuf AS di langit ketiga.

Kemudian Nabi Idris AS di langit keempat, Nabi Harun AS di langit kelima, Nabi Musa AS di langit keenam, Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh.

Sesampainya di Sidratul Muntahaa, Rasuulullaah Muhammad ﷺ mendapatkan perintah Shalat lima waktu sebagai sarana komunikasi rutin setiap hari dengan Allaah SWT.

Peristiwa Isra dan Mi’raj menjadi penting dalam perjalanan kesilaman. Sejak peristiwa Isra Mi’raj ini, Umat Islam diwajibkan Shalat minimum lima waktu dalam sehari.

BACA JUGA: Saat Melecehkan Seseorang, Saat Itulah Dia Sedang Menantang Tuhan

POINTERS:

1- Dalam hidup ini, akan ada masa masa sedih dikarenakan adanya ujian, cobaan untuk menguji kesabaran, kekuatan Iman dan ketaqwaan.

2- Yakinlah, bahwa setiap ujian, cobaan akan berlalu, dan jika sabar menghadapinya dengan meningkatkan Amal Soleh, maka Allaah SWT akan Menganugerahkan kegembiraan, kebahagian dan kesuksesan.

3- Hafal dan amalkan doa ini sesering mungkin:

اللهم اجعلنا ممن عفوت عنهم  ورضيت عنهم وغفرت لهم  وحرمتهم وذرياتهم على النار

Allaahummaj’alnaa mimman ‘afauta ‘anhum, wa radiita ‘anhum, wa ghafarta lahum, wa haramtahum wa dzhurriyaatihim ‘alan naar.

“Yaa Allaah, jadikanlah kami orang orang yang engkau ampuni, dan orang orang yang Engkau Ridoi, dan orang orang yang Engkau maafkan, dan orang orang dan anak cucu serta keturunannya yang Engkau Haramkan masuk Neraka.”

Mari kita berdoa, agar Allaah SWT menganugerahkan kita kemudahan dan kemampuan untuk selalu mengendalikan hawa nafsu.

Dan Allaah SWT senantiasa membimbing kita untuk selalu eling mengingat Allaah, bersyukur dan beribadah dengan sebaik-baiknya.

اللهم اعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here