Penting Dibaca! 7 Kesalahan Orangtua Ini Bisa Tumbuhkan Karakter Jahat pada Anak

584

Muslim Obsession – Kejahatan tidak hanya bisa dilakukan orang dewasa, karena anak-anak pun bisa melakukannya. Salah satunya adalah kelakuan anak yang suka merundung teman seusianya.

Bahkan, ada juga kasus pengakuan remaja 15 tahun yang membunuh anak berusia 5 tahun. Atau anak yang senang melakukan pencurian.

Kadang kita bingung, bagaimana bisa seorang anak berbuat jahat seperti itu? Apakah ada kesalahan pola asuh dari orangtua, sehingga anak bisa berbuat jahat?

Ya, kemungkinan besar, ada. Sebab, orangtua merupakan sekolah pertama bagi anak. Sebelum mengenal dunia luar, anak akan belajar banyak dari orangtua dan itu akan membentuk karakternya secara langsung.

Jadi, jika ada kesalahan dalam pola asuh dari orangtua, bukan hal yang tidak mungkin jika anak tumbuh menjadi pribadi yang buruk.

BACA JUGA: Yuk! Pahami Toxic Parenting yang Berakibat Negatif pada Anak

Ada tujuh pola asuh yang salah dari orangtua. Namun sayangnya, tanpa disadari hal ini dianggap biasa saja, padahal dampaknya sangat buruk bagi pembentukan sikap seorang anak.

1- Selalu membela anak walaupun dia salah.

2- Selalu memberikan uang kapan saja dia mau.

3- Tidak menegur perilaku anak.

4- Selalu memberikan semua yang anak minta.

5- Tertawa saat anak berkata buruk.

6- Selalu membereskan kekacauan anak.

7- Menuruti keinginan anak agar dia tidak menangis.

BACA JUGA: Parenting Islami: Mendidik Anak dengan Rumus 7×3

Terbentuk Sejak Balita

Mengutip Halodoc, para peneliti dari University of Minnesota, Amerika Serikat, yang dipublikasikan dalam jurnal Child Development pada 2011 merilis bahwa perilaku buruk anak bisa terbentuk dari usia balita.

Dari hasil pengamatan terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bahwa bayi usia 3 bulan ternyata sudah bisa meniru perilaku orangtuanya.

Jika sejak bayi sang ibu kerap menunjukkan sikap kurang sabar atau suka mengomel, anak memiliki kemungkinan untuk berperilaku buruk di kemudian hari. Hal itu karena ia meniru sikap yang ditunjukkan oleh ibu atau orangtuanya.

Itulah sebabnya perilaku agresif dan kasar kerap sudah bisa terlihat pada masa balita, yaitu usia 2,5 – 6 tahun.

Lebih lanjut, Michael F. Lorber, peneliti yang melakukan riset ini, mengatakan bahwa pengasuhan pada masa bayi adalah yang paling penting. Ketika orangtua mengekspresikan emosi negatif terhadap anak-anaknya dan menanganinya dengan kasar, dapat memengaruhi pembentukan karakter pada anak kelak.

BACA JUGA: 3 Tujuan Terbesar Mendidik Anak, Apa Saja?

Kemudian, perilaku buruk anak yang terbentuk dari balita itu bisa berlanjut hingga usia sekolah nanti. Lorber juga menemukan bahwa sebagian anak tetap berperilaku agresif di usia TK atau kelas 1 sekolah dasar, dan berpotensi besar membawa sikap itu hingga ia dewasa.

Itulah yang kemungkinan besar menjadi penyebab mengapa anak bisa berbuat jahat, sehingga berani merundung atau bahkan membunuh temannya.

Pengaruh Genetik dan Lingkungan

Meski pola asuh orangtua memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak, itu bukanlah faktor tunggal. Masih dari studi yang sama, Lorber menjelaskan bahwa pembentukan perilaku anak bisa dipengaruhi oleh banyak faktor lain, termasuk genetik dan lingkungan.

Dalam hal ini, lingkungan berarti dapat berupa masyarakat tempat tinggal dan hal-hal lain yang ada di sekitar anak dalam tahap tumbuh kembangnya. Termasuk film yang ditonton anak di televisi atau gadget.

Perlu diketahui bahwa dalam proses perkembangan anak, lingkungan merupakan faktor yang sangat penting, setelah pola asuh dan karakter bawaan anak. Dalam lingkungan masyarakat misalnya, anak yang tumbuh di tempat tinggal asrama polisi atau tentara akan cenderung tumbuh menjadi anak yang berani, agresif, dan superior, karena merasa punya “label” dari orangtuanya.

BACA JUGA: 4 Sebab Anak Tidak Mau Curhat kepada Orangtuanya

Contoh lain, jika anak tumbuh di tengah kota besar, dimana sesama tetangga tak saling kenal. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang sangat individualisme dan tidak peka terhadap orang lain.

Namun, itu hanya contoh saja, karena kembali lagi pada masing-masing anak dan cara orangtua menyikapinya. Kalau melihat hasil penelitian Lorber, dapat diketahui bahwa ternyata pembentukan karakter anak telah dimulai dari bayi.

Ajarkan Akhlak Sejak Dini

Kunci agar anak tumbuh memiliki karakter baik adalah pendidikan karakter sejak dini. Sejak usianya bayi, cobalah orangtua untuk selalu memberi contoh perilaku yang baik agar anak bisa menirunya.

Jadilah orangtua yang sensitif dan merespons kebutuhan sosial dan emosional anak. Ajarkan juga tentang kasih sayang antar sesama manusia, agar anak tidak tumbuh sebagai pribadi yang jahat.

Bagi orangtua muslim, pendidikan Tauhid harus diutamakan. Libatkan anak dalam rutinitas ibadah, seperti shalat, membaca Al-Quran, bersedekah, dan lainnya. Ajarkan akhlakul karimah sejak dini dengan memberikan contoh berbicara santun dan berperilaku sopan kepada anak.

Semoga Allah Ta’ala bimbing kita untuk bisa menjadi orangtua yang uswatun hasanah (teladan yang baik) bagi anak-anak, sehingga mereka tumbuh menjadi shalih dan shalihah. Aamiin. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here