Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-83)

VII. Nabi Ilyas, Ilyasa, Yunus, Penghancuran Haikal Sulaiman (Masjidil Aqsha), Bani Israel Terjajah dan Diperbudak Lagi.

595
Lukisan tentang Nabi Yunus dimuntahkan ikan besar di dataran tandus setelah bertobat dan berdzikir kepada Allah. (Sumber: Blogspot.com)

Sekiranya dia tidak mendapatkan nikmat dari Allah, pastilah Nabi Yunus tercampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela, namun Allah memilihnya dan menjadikannya termasuk orang yang salih (QS. Al-Qalam: 49-50). Kemudian Allah menumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu (QS. Ash-Shaffat 146). Pohon tersebut tentunya tumbuh dengan cepat dan kemudian segera berbuah sehingga dapat dimakan Nabi Yunus agar dapat memulihkan tenaganya kembali.

Ketika telah kembali sehat dan kuat, Nabi Yunus mendapatkan wahyu untuk pergi ke kota yang berpenduduk seratus ribu orang lebih (QS. Ash-Shaffat 147) yaitu ke kota Niniwe (sekarang Mosul, Iraq) di wilayah Asyiria atau Asyur dengan kewajiban mengingatkan penduduk Niniwe agar bertobat dan kembali menyembah kepada Allah.

Perjalanan yang cukup jauh untuk saat itu, dari wilayah Bani Israel kemudian menempuh perjalanan ke wilayah Aram, terus ke Mitani baru kemudian masuk wilayah Asyur dimana kota Niniwe berada. Dengan jumlah penduduk yang jumlahnya besar untuk ukuran masa tersebut, kota Niniwe adalah kota yang besar dan peradabannya maju.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-80)

Dengan demikian, dari QS. Ash-Shaffat 147 ini menunjukkan bahwa Asyur telah bangkit kembali setelah beberapa ratus tahun mengalami keterpurukan sejak masa Nabi Musa akibat perang sangat panjang dengan negeri Hitti dan Elam yang menghancurkan kota dan menghanguskan sumber makanan, serta kehilangan penduduk dalam jumlah cukup besar.

Pulihnya negeri Asyur juga ditunjukkan oleh ketidak beranian raja raja Aram merambah wilayah Asyiria. Sering terjadi konflik antara Aram dengan Samaria, namun tidak terjadi konflik antara Aram dengan Asyiria. Dengan demikian, saat itu wilayah Asyiria adalah wilayah yang cukup kuat, namun tidak cukup kuat untuk melakukan aneksasi ke negara lainnya.

Sampai di Niniwe, tanpa membuang waktu Nabi Yunus segera mengingatkan penduduknya bahwa kota itu dalam waktu empat puluh hari akan mendapatkan adzab dari Allah jika penduduknya tidak segera bertaubat kepada Allah. Ternyata penduduk Niniwe, meskipun bukan orang-orang Bani Israel adalah penduduk yang sudah mengenal Allah dan mengetahui tentang kerasulan Nabi Yunus di Samaria. Mereka segera mengkabarkan kedatangan dan peringatan Nabi Yunus akan adzab Allah kepada raja mereka.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-79)

Rajapun ternyata menanggapinya dengan baik dan segera meninggalkan singgasananya. Raja menjemput Nabi Yunus dan segera mengumumkan kepada para pembesar dan rakyatnya untuk melakukan pertobatan. Bahkan bukan hanya penduduk saja yang harus bertobat binatang ternakpun diwajibkan untuk berpuasa (tidak diberi makan dan minum). Baik raja, pembesar istana, rakyat maupun binatang ternak harus memakai kain perkabungan untuk melakukan pertobatan.

Setelah pertobatan dari orang-orang yang beriman kepada Allah tersebut selesai dan waktu yang diperingatkan tersebut dilewati, Allah kemudian mencabut adzabnya, dan Allah menggantinya dengan kesenangan dan kenikmatan hidup sampai waktu tertentu (QS. Ash-Saffat 148, QS. Yunus 98).

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here