Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-58)

VI. Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Haikal Sulaiman dan Pecahnya Kerajaan Israel.

466
Ketika dari Bani Israel tidak ada yang berani menerima tantangan, Dawud menemui Saul menawarkan diri untuk menerima tantangan Jalut. (Sumber: Alkitab SABDA)

Tantangan bala tentara Filistin yang memajukan Jalut membuat Bani Israel kebingungan karena merasa tidak akan ada orang dari bala tentara Bani Israel yang dapat menandingi dan mengalahkan Jalut. Kitab 1 Samuel 17 menuliskan, secara tak terduga Dawud yang selama itu lebih dikenal sebagai penghibur raja dikala gundah, tiba-tiba berkata: “Siapakah orangFilistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan Allah yang hidup?”.

Dengan cepat perkataan Dawud menyebar ke seluruh pasukan sehingga kakak Dawud yaitu Eliab juga mendengar perkataannya, yang kemudian menegurnya. Eliab mengetahui bahwa adik bungsunya itu pemberani dan khawatir adiknya akan maju melawan Jalut. Perkataan Dawud akhirnya juga didengar oleh Saul, dan kemudian menyuruh memanggil Dawud. Saul berkata: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu dan melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit”.

Tetapi justru Dawud berusaha meyakinkan Saul dengan berkata: “Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan Allah yang hidup. Tuhan telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang. Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu”.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-54)

Kemudian Saul berkata: “Pergilah! Tuhan menyertai engkau”. Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Dawud. Namun Dawud setelah mengenakan baju perang itu justru merasa tidak bisa bergerak, sebab tidak pernah memakai baju perang, dan kemudian berkata kepada Saul: “Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya”.

Kemudian ia menanggalkannya. Lalu Dawud mengambil tongkatnya, pergi ke sungai mengambil lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, sedang umbannya (ketapel) dipegang di tangannya. Demikianlah kemudian Dawud maju ke gelanggang dengan kesederhanaannya seperti seorang gembala kambing domba, yang tidak membawa senjata layaknya prajurit membawa senjata dan peralatan tempurnya.

Ketika Dawud maju ke medan laga, maka Bani Israel serentak berdoa sebagaimana yang di ceritakan dalam QS. Al-Baqarah ayat 250: “Dan Ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami, dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir”.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here