Merinding, Kisah Masjid yang Tiba-Tiba Muncul di Jombang

1694

Setelah menuntut ilmu ke Kiai Muhtar, ternyata Kebokicak tidak mau pulang lagi ke rumah karena merasa betah. Namun karena diminta Kiai Muhtar terus menurus, akhirnya Kebokicak mau pulang asalkan putra dari Kiai Muhtar yang bernama Nur Khotib dinikahkan dengan putrinya bernama Pandan Manuri, anak dari Kebokicak dan Pandan kuning.

“Kiai Nur Khotib ikut pulang bersama Kebokicak dan mensyiarkan Islam di Jombang bagian utara. Pusatnya di Dapurkejambon ini,” ujar pria yang masih keturunan Kebokicak ini.

Hingga saat ini, masjid tua tersebut masih menjadi pusat kajian agama Islam dan sentral kegiatan keagamaan warga sekitar. Untuk pengelolaannya dibuat secara kolektif, dari keturunan Kebokicak dan masyarakat setempat. Agenda rutinan seperti tahlilan, shalawatan, ngaji Al-Qur’an, dan peringatan hari besar Islam masih terus diselenggarakan di masjid tersebut.

Tidak jauh dari masjid, tepatnya bagian utara masjid berdiri megah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kebokicak. Madrasah ini telah banyak melahirkan generasi Islami yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits. Selain itu, masjid dan madrasah ini menjadi simbol bahwa syiar Islam yang diwarisi para leluhur ini masih dipegang teguh oleh keturunannya.

“Madrasah ini dikelola keluarga besar kita secara swasta. Kita ingin ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Madrasah ini satu kesatuan dengan masjid. Karena peserta didiknya diajarkan shalat berjamaah di masjid,” tandasnya.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here