Mengapa Top 10 Negara Paling Bahagia, Mayoritas Warga Tak Lagi Menganggap Agama Penting?

763

Tiga kunci menjadi penentu: Social Trust, Freedom to make life choice, dan Social Support

Social trust itu dapat dipahami sebagai keakraban warga negara. Jika sesama warna negara terbina kehangatan, saling percaya, perkawanan, terlepas apapun latar belakang identitas warga, itulah eko sistem ruang publik yang membuat nyaman.

Social trust akan rusak jika sebaliknya terjadi. Semangat kebencian, permusuhan, dinding yang tinggi, menjadi pemisah warga negara.

Manusia kemudian tidak dinilai dari katakter dan prilakunya, tapi dari agama yang dipeluk, bahkan dari tafsir agamanya. Jika ini yang menjadi warna, keakraban warga negara sirna.

Ruang publik yang sektarian, yang diwarnai social hostilities, itu buruk untuk menciptakan social trust.

Di samping banyak sisi baiknya, prilaku beragama di kalangan yang fanatik, dengan kaca mata kuda, yang memonopoli Tuhan dan surga seolah hanya milik kelompoknya semata, yang mengembangkan spirit permusuhan, kebencian bagi yang berbeda tafsir dan agama, merusak social trust itu.

Fanatisme dan separatisme agama menjadi unsur yang memburukkan social trust. Semakin agama dalam semangat sempit di atas semakin tak berperan, semakin baik social trust itu.

Kedua, freedom to make life choice. Setiap warga dewasa akan nyaman jika ia dibiarkan “Be Yourself,” sejauh ia tak melakukan pemaksaan dan kriminal.

Soal bagaimana life style yang dipilih, konsep Tuhan mana yang ia yakini dari 4.300 agama yang ada, itu sepenuhnya urusan ia pribadi.

Apa yang akan terjadi di akherat nanti, jika ia percaya, itu konsekwensi pribadi pula. Tak ada yang dapat mengambilh tanggung jawabnya ke Tuhan. Tidak ulama/pendeta. Tidak ormas. Tidak juga negara.

Ruang publik yang dipenuhi oleh ormas agama fanatik acapkali seolah olah menjadi juru bicara Tuhan alam semesta, main hakim sendiri, membakar atau menyegel rumah ibadah dari pemeluk tafsir agama yang berbeda. Ini yang merusak “Freedom to make life choice.”

Sebaliknya, ruang publik yang semakin tidak diwarnai ormas agama yang main hakim sendiri, yang membebaskan individu “Be Yourself,” ia lebih sesuai dengan zaman yang beragam.

1 KOMENTAR

  1. Tingkat kebahagiaan tidak semata juga dilihat dari agama dan ekonomi, tetapi faktor sosial, seperti besarnya jumlah penduduk negara itu.

    Top 10 negara yg paling bahagia itu mayoritas negara-negara kecil yg jumlah penduduknya sedikit sekali. Artinya mereka tdk memiliki masalah sosial yg berat spt yg dihadapi oleh negara-negara besar yg jumlah penduduknya besar spt India dan Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here