Kisah dari Rasulullah ﷺ: Dua Malaikat Berselisih Hebat Karena Orang Ini

1843
Ilustrasi: Orang tua di gurun. (AFP)

Muslim Obsession – Kisah berikut ini sangat masyhur di kalangan umat Islam. Kisah tentang dua malaikat yang berselisih memperebutkan seorang pendosa yang telah membunuh 100 orang selama hidupnya.

Kisah ini memberi banyak hikmah kepada kita tentang bagaimana pentingnya memerhatikan segala perbuatan dan bertanya kepada seorang yang memahami ilmu untuk bertanya soal banyak hal.

Juga meneguhkan keyakinan bahwa Allah Ta’ala merupakan Dzat yang maha pengampun, sehingga tak pantas seorang pendosa untuk berputus asa menjemput ampunan-Nya.

BACA JUGA: Kisah Umar bin Khaththab Teteskan Air Mata

Kisah ini diambil dari hadits shahih Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah bersabda ﷺ:

“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib.

Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?”

Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim.

BACA JUGA: Kisah Seorang Alim Abdullah bin Mubarak, Berhaji Tanpa ke Tanah Suci

Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?”

Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”

Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya.

BACA JUGA: Kisah Saif Rasool, Tukang Sepatu yang Rela jadi Guru Ngaji di Pakistan Tanpa Dibayar

Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”.

Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.”

Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya, ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” (HR. Muttafaqun ‘alaih).

BACA JUGA: Bisa Diamalkan, Ini Doa Nabi Ibrahim Saat Dibakar Api, dan Kisahnya

Teguhkan hati untuk bertaubat

Dari kisah ini kita mendapati hikmah yang sangat besar, di antaranya agar siapapun yang sudah bergelimang maksiat dan dosa tak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Segeralah bertaubat dengan tekad yang sungguh-sungguh, seperti pendosa dalam kisah di atas.

Bahkan seseorang yang pernah bergelimang maksiat pun setelah ia taubat, bisa saja ia menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Dia bisa menjadi muslim yang shalih atau muslimah yang shalihah.

Hadits di atas juga menunjukkan, upaya sungguh-sungguh dalam proses pertaubatan, antara lain harus dilakukan dengan cara:

Pertama, tekadkan niat dengan diiringi upaya untuk mewujudkannya. Hijrah atau berpindah tempat menjadi keharusan jika sumber maksiat berasal dari tempat di mana ia bermukim.

BACA JUGA: Kisah Juraij, Ahli Ibadah yang Durhaka Kepada Ibunya

Kedua, bergaul dengan orang-orang shalih untuk mendapatkan bimbingan dan ilmu agama sebagai penuntun dalam kehidupan serta upaya mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Ketiga, jangan pernah sedikitpun berpaling kembali pada tempat maksiat terdahulu karena hal itu bisa membuatnya kembali pada kehidupan penuh dosa.

Keempat, jangan pernah hilangkan pikiran bahwa dosa tidak bisa diampuni. Perteguh keyakinan bahwa Allah Ta’ala adalah Dzat yang maha pengampun. Segeralah bertaubat sebelum maut menjemput.

Semoga kita semua selalu berada dalam bimbingan Allah Ta’ala untuk selalu ingat dan dekat dengan rahmat-Nya. Aamiin. Wallahu a’lam bish shawab. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here