Bulan Gerimis

2152

Tak lama kemudian, datang pesan singkat di handpohnenya:

Mau duren? Ya udah ke rumah aja. Siti lagi makan duren nih bareng Mama. Tapi rasanya hambar! Jadi nggak enak juga nawarinya, hehee.

Jika aku yang memakan duren itu, pasti akan terasa manis. Sebab saat aku memakan duren, aku akan sambil menatap wajahmu. Batin Nandang.

Ajakan makan durian selalu disampaikan Siti lewat pesan singkat saja. Nandang menanggapi dengan bercanda. Pikir Nandang, Siti juga pasti sedang bercanda. Tapi ternyata Nandang salah. Ajakan makan durian itu selalu disampaikan Siti hampir tiap malam, menjelang magrib. Lain waktu, Siti menelponnya untuk mengajaknya segera datang ke rumah.

“Ayo ke rumah, lagi pesta duren nih…”

Nandang hanya mengiyakan. Namun tidak sampai benar-benar ke ruamah Siti. Bukan tidak mau, tapi langit Serang masih turun hujan. Nandang malas keluar rumah. Dan itu yang selalu disesalinya. Kemudian dijadikannya alasan untuk memeram rindu terhadap Siti. Rindu yang makin bergemuruh untuk beberapa saat.

Namun gemuruh itu segera dibuatnya reda, ketika Siti mau datang menemaninya mampir di café Ciceri, menikmati Sop Duren.

Di sudut saung café, dipilih Nandang sebagai tempat duduk.

Selalu saja Siti yang mengawali pembicaraan dan bercerita panjang, tentang apa saja. Seperti sekarang Siti bercerita mengenai seseorang yang sudah memberikannya sebuah kado laptop warana pink di hari ultahnya yang ke 20.

“Dari someone!” kata Siti menutupi. Nandang mencoba mengoreknya lagi. Namun Siti tidak mau bercerita jauh, “ada deh!” katanya sambil menyendok Sop Duren.

Nandang tak memaksa. Meski dalam dadanya menyimpan seribu pertanyaan dan kecemasan yang entah dan harus bagaimana disampaikan.

“Met ultah ya, Ti…” Nandang menyodorkan bungkusan kado kecil yang dibungkus dengan kertas berwarana pink.

Siti tersenyum lebar. Mengucapkan terimakasih.

Meski sekarang ada rasa lega di hati Nandang, setelah perpisahan untuk yang kesekian kalinya itu. Nandang memimta Siti untuk membuka kado kecil itu di rumah saja. Entahlah, ada yang menggajal hatinya perihal someone yang dikatakan Siti tadi.

Siapa itu, Ti? hatinya kembali membatin.

***

Februari ini sudah genap dihabiskan Nandang berlibur di Kota Jawara, Serang Banten. Sekarang waktunya pulang. Masa liburan telah usai. Mesti cepat meninggalkan kenangan bersama Siti, sekaligus mengubur perasaan-perasaan yang sulit dikatakannya. Dan Nandang akan kembali dengan rutinitas di kampusnya di Lampung. Di Unila.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here