Gempa Bertubi, Dua Dandim, Satu Komando (Bagian 1)

Kenangan Anggota Doni Monardo dari Singaraja dan Kariango.

355
Kolonel Tri Aji bersama Doni Monardo di Makorem Taro Ada Taro Gau, Mamuju Sulbar. (Foto: egy)

Catatan Egy Massadiah dan Roso Daras

Kisah tercecer ini adalah kesaksian dua perwira menengah yang berada pada pusaran komando Doni Monardo.

Mereka adalah Kolonel Inf Tri Aji Sartono dan Letkol Inf Yudi Rombe. Saat itu, Tri Aji adalah Dandim 1418/Mamuju. Sedangkan Yudi Rombe adalah Dandim 1401/Majene. (Saat ini Letkol Inf Yudi Rombe mendapat tugas baru sebagai Irdya Intelter Itutum It Kostrad). Dua teritori Kodim di Sulawesi Barat, di bawah Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin.

Dua wilayah itulah yang tertimpa bencana alam gempa bumi dahsyat pada hari Jumat tanggal 15 Januari 2021. Gempa berkekuatan 6,2 SR tadi, meluluhlantakkan rumah-rumah, gedung-gedung perkantoran, hotel-hotel, jembatan, dan berbagai bangunan lain.

“Gempa pertama kami rasakan sore hari tanggal 14, tapi tidak signifikan. Gempa besar justru yang kedua, keesokan harinya 15 Januari sekitar jam 03.00 pagi. Gempa pagi menjelang subuh itulah yang berdampak serius, karena memang kami rasakan sangat kuat,” ujar Tri Aji.

Seketika Tri Aji mengecek pangkalan, asrama, kantor, dan lain-lain di lingkungan Kodim Mamuju. “Kami mengevakuasi keluarga, lalu pukul lima semua anggota Kodim saya kumpulkan di Makodim,” ujarnya.

Pagi itu juga, ia melapor kepada atasan langsung, Danrem 142/Taroada Tarogau, Brigjen TNI Firman Dahlan. Aji juga meminta bantuan tambahan pasukan. “Kami mendapatkan tambahan 40 personel dari Korem 142/TT,” ujarnya.

Sejurus kemudian, melalui Sekda Tri Aji mendapat amanat Bupati, untuk “mengambil-alih situasi”.

Secara kronologis, Tri Aji menyebutkan, pukul 05.30 bantuan pasukan Korem sudah datang di kantor Makodim Mamuju di Jl. Ahmad Yani, Binanga. Juga tiba bantuan Basarnas Kabupaten Mamuju.

Sebanyak 20 personel Basarnas datang membawa truk dan berbagai peralatan. Tak hanya itu, Kalak BPBD Mamuju juga merapat ke Makodim.

“Semua unsur sudah berkumpul, lalu saya bagi tugas. Ada yang bertugas mengidentifikasi, pemetaan dan evakuasi. Fokus pertama adalah evakuasi atau pertolongan kepada korban yang terjebak reruntuhan bangunan,” ujarnya.

Hasil identifikasi diketahui ada beberapa titik yang terbilang parah. Satu bangunan rumah sakit, satu lagi bangunan minimarket, dan satu lagi bangunan di Jalan Pababari.

Dandim Tri Aji lalu membagi personel menjadi kelompok-kelompok. Per kelompok antara 5-7 orang dipimpin oleh bintara. Mereka dibekali Handy Talky sebagai alat komunikasi.

Telpon Doni

Selagi mengatur aktivitas evakuasi korban, telepon genggam berdering. Jam tangan menunjuk angka tujuh. Tri mengangkat telepon, dan terdengar suara yang tak asing baginya. Suara komandannya dulu ketika berdinas di Yonif 741/Satya Bhakti Wirottama, Singaraja, Bali. Ya, itu suara Doni Monardo. Correct Tri menyahut, “Siap. Selamat pagi Komandan!”

Di ujung telepon, pertama-tama Doni bertanya, “Bagaimana kamu Tri?” Setelah dijawab “Siap, alhamdulillah selamat!” Disusul pertanyaan kedua Doni, “Keluargamu bagaimana?” Kembali Tri Aji menjawab, “Siap, alhamdulillah selamat.”

Try pun melaporkan keadaan sejauh informasi yang ia dapat hingga pukul 07.00. Itu artinya empat jam dari gempa dahsyat yang terjadi pukul 03.00 pagi. Informasi yang ia sampaikan kepada Kepala BNPB Doni Monardo antara lain kerusakan kantor gubernur, rumah sakit, dan sejumlah bangunan lain dengan tingkat kerusakan parah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here