Untuk Direnungkan: Jangan Sombong dengan Ilmu

Pentingnya Menjaga Lisan dan Perbuatan

670

Oleh: Drs H. Tb Syamsuri Halim, M.Ag (Pimpinan Majelis Dzikir Tb. Ibnu Halim dan Dosen Fakultas Muamalat STAI Azziyadah Klender)

Ada kisah menarik di dalam kitab Thobaqotul Quro karya Imam Ad-Dzhabi. Suatu hari, seorang ulama ahlul Quran dari Kufah bernama Imam Abu Al-Hasan Al-Kisai menjadi imam di sebuah masjid besar.

Tak disangka, salah satu dari makmum yang beliau imami adalah seorang ulama ahlul Quran juga bernama Imam Yahya bin Mubarok dari Kota Bashroh.

Singkat cerita ketika Imam Kisai menjadi imam, beliau lupa dengan surat pendek yang beliau baca pada saat itu.

Kemudian setelah selesai shalat, Imam Yahya bin Mubarok berkata: “Sebesar ulama besar Kufah kok baca surat pendek saja masih lupa.” (Dengan nada meremehkan). Mendengar hal itu, Imam Kisai pun terdiam.

Kemudian di waktu shalat selanjutnya, giliran Imam Yahya bin Mubarok lah yang menjadi imam shalat di masjid yang sama. Tak disangka-sangka, ketika shalat dimulai, Imam Yahya bin Mubarok malah lupa dengan surat Al-Fatihah.

Bahkan dalam kitab Thobaqotul Quro dikatakan beliau sampai terkunci mulutnya dan tidak bisa membaca Al-Fatihah sama sekali. Akhirnya posisi imam pun diganti oleh orang lain.

Setelah selesai shalat, kemudian Imam Kisai mendatangi Imam Yahya bin Mubarok dan menasihatinya: “Sesungguhnya segala kejelekan apapun yang keluar dari mulut kita, maka kejelekan itu akan kembali kepada kita sendiri”.

Mendengar nasihat itu, Imam Yahya bin Mubarok pun menangis dan meminta maaf kepada Imam Kisai.

Kisah dua ulama besar dalam Kitab Thobaqotul Quro ini memberi pelajaran kepada kita  bahwa sebesar apapun nama seseorang, sebanyak apapun ilmu seseorang, setinggi apapun nasab seseorang dan apapun itu alasannya, tidak diperkenankan baginya untuk mencaci-maki orang lain.

Jaga lisan dan perbuatan, karena memiliki akhlak mulia derajatnya lebih tinggi dari apapun.

Wallahu a’lam bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here