Tips Raih Kemenangan Ramadhan dari Ustadz Zaitun Rasmin dan Ustadz Abdul Somad

526

Jakarta, Muslim Obsession – Ramadhan adalah bulan tarbiyah (pendidikan), bulan pembinaan dan bulan penumbuhan. Bulan-bulan selanjutnya, kita lahir sebagai pribadi yang istimewa, yang lebih baik dari sebelumnya. Menjadi pemenang sejati. Itulah tujuan Ramadhan.

Demikian diungkapkan Ketua Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara Ustadz Zaitun Rasmin saat menjadi narasumber Kajian Akbar Spesial Akhir Ramadhan yang diselenggarakan Ummat TV, beberapa waktu lalu.

“Sebagai bulan tarbiyah Ramadhan menuntun umatRamadhan untuk mengendalikan diri dan mengendalikan emosi. Tarbiyah tentang pengendalian diri, pengendalian nafsu. Pengendalian nafsu untuk menguasai, untuk memiliki, untuk menikmati apa-apa yang tidak diridhai Allah yang tidak dihalalkan Allah,” jelas Ustadz Zaitun.

Apa-apa yang bukan menjadi hak kita, tegasnya, jangan diambil. Kemudian, apa-apa yang bukan untuk kita, jangan kita kuasai karena itu akan berujung ke neraka. Terkait pengendalian emosi, menurutnya, Ramadhan melatih umat untuk melakukannya. Emosi merupakan hal yang buruk, berbahaya.

“Ketika Ramadhan, dan ada orang yang menyerang kita, maka kita mengatakan, ‘Saya sedang berpuasa’. Puasa datang mentarbiyahkan kita. Kendalikan emosi. Jangan sekali-kali membalas. Apakah kita harus melawan? Kita harus menghindar. Jangan membalas, tahan emosi. Ini perlu saya sampaikan,” kata Ustadz Zaitun.

Kajian Akbar ini juga dihadiri Ustadz Abdul Somad (UAS) sebagai narasumber. Dalam tausyiahnya, UAS menyampaikan tiga poin. Pertama, nikmat Ramadhan. Dikatakan UAS, begitu  banyak orang yang menginginkan hidup pada Ramadhan, tetapi telah dipanggil Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Berapa banyak orang yang ingin hidup pada Ramadhan, tetapi lebih cepat keinginan, dipanggil Allah. Begitu hidup sangat singkat,” jelas UAS.

Nikmat Ramadhan ini tentu kita perlu disyukuri dengan memperbanyak amal shalih. “Maka jadikan Ramadhan ini seperti Ramadhan terakhir,” ujar UAS.

Selanjutnya, Ramadhan mengenalkan umat tentang hawa nafsu. Menurut UAS, hawa nafsu tidak diperkenalkan dengan teori. Islam bukan agama teori. Islam agama praktek.

“Dengan Ramadhan, kita disadarkan bahwa hawa nafsu ini besar sekali keinginan kita, hausnya, laparnya, dahaganya. Tetapi begitu azan magrib berkumandang, minum tiga teguk air, makan tiga butir kurma maka hilanglah dia semua,” ungkap UAS.

Dalam kehidupan, lanjut UAS, manusia memiliki keinginan menumpuk harta, keinginan memiliki harta yang mewah, kendaraan yang mahal, hingga perhiasan yang cantik. Itu semua hanya mimpi-mimpi indah, ketika malaikat maut mencabut nyawa, itu semua tinggal kenangan saja.

“Shalat tiga rakaat di tengah malam, bershalawat, pernah turut membebaskan tanah untuk pesantren, tangan yang mengusap anak yatim, itulah yang kita bawa (ke akhirat). Lainnya fatamorgana. Lainnya tinggal cerita,” kata UAS.

Untuk itu, pada poin ketiga UAS menyampaikan soal amal jariyah. Kekal abadi adalah dalam bentuk amal jariyah. Diantaranya pembebasan tanah. Pembebasan tanah untuk pesantren, untuk rumah tahfiz Quran. Itulah yang menjadi melapangkan alam barzakh kita. Menerangi alam kubur kita,” tegas UAS. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here