Tangisan Tukang Ojek di Dalam Masjid

650

Muslim Obsession – Pagi tadi, temanku seorang pengurus masjid bercerita sambil meneteskan air mata. Ia bertutur:

“Malam tadi sekitar jam 11-an, ditengah gerimis dan dinginnya malam aku kembali ke masjid karna handphone-ku tertinggal di kamar masjid. Mendekati teras, aku mendengar tangis tertahan dari seseorang yang kulihat sedang berdoa sambil memangku anaknya.

Setelah kudekati, ternyata Fulan yang terkenal ramah dan baik hati, seorang tukang ojek yang mengontrak tak jauh dari masjid.

Dia terkejut melihatku.

“Eh.. Ustadz,” katanya tersenyum sambil berusaha menyembunyikan air mata.

Kulihat wajahnya kuyu penuh kesedihan seakan ada yang dia tahan, sementara anak dalam pangkuannya tertidur lelap di dinginnya malam itu.

“Shalat malam kok bawa si kecil, Mas?” tanyaku, sambil tersenyum mengulurkan tangan bersalaman. Ia menyambut salamku dan berkata, “Tidak apa-apa, Ustadz”.

Aku lanjut bertanya, karena instingku mengatakan tentu ada masalah pada si Fulan.

“Sudahlah, ndak usah sungkan, Mas. Ada yang bisa saya bantu?”

Ia menatapku.

“Tidak ada apa-apa, Ustadz,” jawabnya sambil menunduk. Kali ini suaranya agak lemah dan serak menahan tangis.

“Ayolah, Mas. anggap saya saudara Mas,” kataku mendesak. “Bisa jadi, ada hikmah handphone-ku tertinggal sehingga bertemu Mas di sini, bisa jadi ada yang Allah inginkan dari pertemuan kita ini…” lanjutku.

Ia mengangkat kepalanya menatapku dengan mata yang berlinang.

“Dari kemarin saya belum makan, Ustadz,” katanya terisak. “Sedangkan anak-istri saya hanya makan sepiring lontong pagi tadi. Saya sudah berusaha, namun saya malu harus meminjam ke siapa lagi, orderan ojek pun sepi lagian motor saya tak ada bensinnya, Ustadz”.

Air mataku berlinang mendengarnya. Tenggorokanku terasa sempit. Tak kuduga, apa yang ia katakan seperti menamparku. Ia belum makan dari pagi, anak-istrinya hanya makan lontong, sementara pagi tadi di rumahku ada sebungkus lontong yang berlebih hingga akhirnya terbuang karena basi.

Fulan melanjutkan perkataannya sambil terisak. “Aku berpikir, mungkin saja dengan datang ke masjid yang penuh berkah ini, sebagai tamu Allah, sambil membawa anak, doaku akan lebih makbul, aku berharap ada rezki dari Allah untuk kami makan malam ini… Aku tak tahu harus bagaimana lagi, Ustadz..” pungkasnya sambil menundukkan kepala menghapus air mata.

Singkat cerita, temanku pengurus masjid itu berkata:

“Sungguh saya merasa sangat bersalah, saya malu kepada Allah. Disaat kami pengurus masjid berencana membangun ini dan itu, program ini dan itu, ada warga kami yang tak makan. Disaat kami ingin mengganti warna cat masjid, ada bayi yang tak bisa menyusu, karna ASI ibunya kekeringan. Disaat kami punya simpanan kas ratusan juta, ada yang tidur di gelap dan dinginnya malam dalam keadaan lapar”.

Saudara beriman, semoga bisa menghentak sanubari kita bersama. Mulai saat ini, lihat lihatlah tetangga sekeliling kita.

 

(Tulisan ini beredar viral di sejumlah WhatsApp Group)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here