Saham Unilever Semakin Tertekan, Buntut Seruan Boikot Produk Israel

377

Jakarta, Muslim Obsession – Saham PT Unilever Indonesia Tbk kian tertekan di tengah aksi boikot terhadap produk pro-Israel yang muncul sebagai sikap protes atas agresi Israel terhadap Palestina.

Mengutip RTI, emiten berkode UNVR ini terus mengalami tren penurunan harga saham. Bahkan, performa harga saham Unilever Indonesia tak pernah hijau di tengah agresi Israel di Jalur Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023.

Tercatat, saham UNVR terus merah dalam 4 hari terakhir. Mulai dari 3.590 pada penutupan pekan lalu hingga merosot ke level 3.400-an saat ini.

Performanya secara mingguan turun 5 persen, jatuh 10,47 persen dalam sebulan terakhir, minus 8,31 persen dalam 3 bulan belakangan, dan anjlok 23,15 persen dalam 6 bulan ini. Sedangkan secara year to date (ytd), harga saham UNVR amblas 27,23 persen.

Sepanjang 6 bulan terakhir, investor asing sudah mencatatkan jual bersih Rp636 miliar. Ini sangat jauh dibandingkan Rp80 miliar investor asing yang masuk, baik melalui pasar negosiasi dan tunai.

Supervisor Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan tren penurunan saham Unilever Indonesia sudah terjadi sejak awal 2023.

Audi menyinggung laba yang dihasilkan Unilever selalu negatif hingga bulan ke-9 tahun ini dan menjadi salah satu biang keroknya.

“Alhasil, dengan penurunan yang terjadi maka menggerus potensi nilai dividen yang dibagikan sehingga investor cenderung melepas saham UNVR. Karena UNVR termasuk yang hampir membagikan seluruh laba bersihnya sebagai dividen,” kata Audi.

“Betul (aksi boikot juga berdampak ke performa UNVR). Saya melihat investor langsung bereaksi atas respon boikot tersebut,” sambungnya.

Audi meramal aksi boikot akan berdampak negatif terhadap penjualan produk-produk Unilever Indonesia. Pada akhirnya, investor yang lari berbondong-bondong meninggalkan UNVR tak terelakkan.

Di lain sisi, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai saham Unilever Indonesia tengah ditimpa fase downtrend. Secara teknikal, ia menyebut penurunan UNVR bahkan sudah terjadi sejak Januari 2018.

“Hal tersebut dapat dicermati dari pendapatan dan laba bersih yang cenderung stagnan selama beberapa tahun ini. Namun, pada laporan keuangan terakhir UNVR berhasil membawa peningkatan margin yang ditopang oleh penurunan harga komoditas,” komentarnya.

Menurutnya, perusahaan juga tak mampu mengimbangi para kompetitor. Herditya menganggap produk UNVR kalah saing dari berbagai aspek, termasuk soal harga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here