Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-161)

IX. Nabi Muhammad ﷺ.

312
Gerbang Kaspia, sekarang Derbent terletak di Republik Dagestan, Federasi Rusia. Kota ini nantinya menjadi kota penyebaran Islam awal di wilayah Rusia. Mayoritas etnis Azerbaijan, disusul Lezgin dan Tabasaran. (Sumber: Id.wikipedia.org)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Ketika Persia mendapat serangan dari bangsa Heftali di perbatasan dengan wilayah Khurasan, kaisar Persia terpaksa berunding dengan Romawi Timur.

Amida dikembalikan pada Romawi Timur namun Persia mendapat wilayah penting dari segi militer, yaitu Gerbang Kaspia di Derbent atau Darband.

Gerbang Kaspia berguna untuk menghadapi serangan dari utara. Sedang wilayah Amida tetap menjadi wilayah Romawi Timur sebagai batas antara Persia dengan Romawi Timur.

Dengan perjanjian tersebut, kerajaan Persia kehidupannya menjadi damai dan tenang kembali. Sedang Romawi Timur dapat berkonsentrasi untuk menghadapi masalah baru, yaitu menghadapi suku Slav dari wilayah pegunungan Carpathia yang telah berkembang menjadi bangsa yang besar.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-160)

Selain itu muncul pula pergerakan orang orang Bulgar yang berasal dari Asia Tengah di utara laut hitam. Untuk menghadapi orang orang Slav dan Bulgar yang bergantian datang menjarah, Anastasius harus menyewa tentara bayaran dari Isaura yang ditempatkannya menjadi pasukan di Thracia.

Penjarahan terus menerus oleh Slav dan bulgar sangat merepotkan Romawi Timur, hingga akhirnya Anasthasius mengambil langkah pragmatis yaitu membangun tembok panjang di barat Konstantinopel, mulai dari pantai terjal Laut Hitam sampai ke pantai Laut Marmara yang terkenal dengan sebutan Tembok Anastasius (The Anasthasian Wall).

Tembok itu memisahkan wilayah Thracia dengan Asia Kecil dan secara teoritis menyempitkan wilayah Romawi Timur dan semakin menjauh dari barat serta semakin menjauh dari Kerajaan Italia yang telah menjadi wilayah Theoderic yang orang Ostrogoth. Wilayah Romawi Timur masih meliputi wilayah Syam, Samaria, Yudea, Mesir dan Libiya.

Sejak saat itu, Romawi Timur atau Bizantium lambat laun bertransformasi lebih bersifat timur dan bersifat Yunani dibanding bersifat barat dan latin. Pada tahun 518 Anastasius meninggal dalam usia tua dan tidak mempunyai anak laki-laki.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-159)

Para pengawalnya kemudian menunjuk komandan mereka sendiri menjadi kaisar yaitu Yustinianus. Romawi Timur juga bersekutu dengan suku migran Arab Yaman yaitu Bani Ghasan (Ghasanid) yang wilayahnya berada di selatan Syiria sampai pertemuan teluk Aqabah dengan Laut Merah.

Di bagian selatan Jazeerah Arabiya terletak kerajaan Himyar yang menempati wilayah Yaman. Himyar adalah wilayah subur yang selalu dalam pengaruh kepentingan Persia di sisi timur dan Axum (Abisyinia) yang terletak di daratan Afrika di tepi Laut Merah berhadap-hadapan dengan Himyar yang dipisahkan oleh Laut Merah.

Ketika raja Axum memeluk Kristen dan menjadikan Kristen sebagai agama yang diakui dan dianut Abisyinia, maka Abisyinia telah menjadi sekutu imperium Roma.

Alih-alih menghindar dari tekanan dua kerajaan tersebut, raja Himyar yaitu Dzu Nuwas membuat keputusan yang sulit dimengerti. Sangat mungkin karena ada alasan historis masa lalu, dimana negeri Himyar yang sangat jauh sebelumnya pernah menjadi negeri yang cukup kuat, yaitu ketika masih bernama negeri Saba’.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-158)

Negeri itu pernah mempunyai hubungan dengan negeri Israel pada masa Nabi Sulaiman, sehingga sebelum Kristen masuk, penduduk Himyar lebih banyak yang beragama Yahudi dan Nashara.

Dzu Nuwas mencoba mencari peruntungan dan berkah dari masa lalu sehingga memutuskan menganut agama Yahudi, dan menyatakan negeri Himyar menjadi kerajaan Yahudi. Dzu Nuwas mewajibkan penduduknya yang tidak beragama Yahudi membuang keyakinannya dan berganti menganut agama Yahudi.

Yang tidak bersedia masuk agama Yahudi akan dihukum mati. Dzu Nuwas melakukan pembersihan orang-orang yang potensial akan menjadi lawannya di negerinya, yaitu mereka yang memeluk Nashara dan Kristen.

Pada tahun sekitar 518 – 520, Dzu Nuwas melakukan pembunuhan massal atas penduduk Najran yang teguh dalam keyakinan Nashara dan Kristen dengan dimasukkan ke dalam lobang panjang seperti parit yang di dalamnya telah menyala api karena kayu yang dibakar.

Sangat mungkin peristiwa ini yang diinformasikan oleh QS. Al-Buruj. Yang berusaha pergi dari Najran dikejar dan dibunuh, namun masih ada yang dapat meloloskan diri ke negeri Axum. Dzu Nuwas juga menahan pedagang dari Bizantium dan Axum yang beragama Kristen bahkan menghukum mati.

Pada saat yang bersamaan Kaisar Yustinianus sedang mengirim utusan ke raja Lakhm untuk menegoisasikan perdamaian antara Bizantium dengan Persia. Dari utusan ini pada akhirnya Kaisar Yustinianus mendengar pembantaian kaum Kristen di Himyar.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here