Oh, Ternyata Ini Alasan Mengapa Banyak yang Ketagihan Junk Food

333

Muslim Obsession – Junk food terkenal karena kualitasnya yang membuat ketagihan dan kemampuannya membuat kita menginginkan lebih. Tapi pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa?

Menurut sebuah penelitian baru-baru ini, dilansir Doha News, Senin (3/4/2023) makan makanan tinggi gula dan lemak mengubah otak kita untuk secara tidak sadar lebih memilih suguhan lezat tapi tidak sehat.

Para peneliti di Max Planck Institute for Metabolism Research di Cologne dan Yale University menemukan bahwa otak kita belajar memilih makanan seperti permen, cokelat, kue, biskuit, dan keripik, serta merespons secara positif saat diberi makan.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa otak kita belajar untuk secara tidak sadar memilih dan mendambakan makanan berlemak dan bergula ini, bahkan ketika kita berhenti memakannya.

Studi yang dipimpin oleh Dr. Marc Tittgemeyer mengukur aktivitas otak dari kelompok yang diberi makanan penutup tinggi lemak dan gula setiap hari selama dua bulan bersamaan dengan diet normal mereka.

Kelompok kontrol menerima makanan penutup harian yang mengandung jumlah kalori yang sama persis tetapi lebih sedikit lemak. Aktivitas otak para relawan di kedua kelompok diukur sebelum dan selama percobaan delapan minggu.

Mereka menemukan bahwa reaksi otak dari mereka yang diberi puding dengan lemak tinggi meningkat secara signifikan setelah delapan minggu, terutama mengaktifkan wilayah yang bertanggung jawab untuk motivasi dan penghargaan serta melepaskan dopamin.

Pelepasan dopamin memberi kita rasa senang dan motivasi untuk melakukan sesuatu saat kita merasakan kesenangan tersebut. Setiap kali kita melakukan sesuatu yang kita sukai, seperti makan makanan yang kita sukai atau berolahraga, sejumlah kecil dopamin dilepaskan ke dalam otak kita.

Tim peneliti mengamati bahwa respons otak terhadap gula dan makanan kaya lemak pada kelompok yang mengonsumsi makanan penutup tinggi lemak dan gula setiap hari meningkat pesat setelah delapan minggu.

Aktivitas yang meningkat ini secara khusus mengaktifkan sistem “dopaminergik”, yang melepaskan hormon rasa nyaman di bagian otak yang bertanggung jawab atas motivasi dan penghargaan.

“Pengukuran aktivitas otak kami menunjukkan bahwa otak memperbaiki dirinya sendiri melalui konsumsi keripik dan [makanan cepat saji lainnya]. Secara tidak sadar ia belajar untuk lebih memilih makanan yang bermanfaat. Melalui perubahan di otak ini, secara tidak sadar kita akan selalu memilih makanan yang banyak mengandung lemak dan gula,” kata Dr. Tittgemeyer.

Preferensi untuk makanan manis dan berlemak pada kelompok uji tidak menyebabkan kenaikan berat badan yang signifikan atau perubahan nilai darah, termasuk kadar gula darah dan kolesterol.

Namun, Dr. Tittgemeyer dan timnya percaya bahwa preferensi terhadap makanan tidak sehat akan terus berlanjut setelah penelitian, karena otak lalai untuk melupakan bahwa ia menikmati makanan yang tidak sehat.“Koneksi baru dibuat di otak, dan koneksi tersebut tidak larut begitu cepat,” kata Dr. Tittgemeyer. “Lagipula, inti dari pembelajaran adalah begitu Anda mempelajari sesuatu, Anda tidak akan melupakannya begitu cepat.”

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan kita untuk makan makanan tinggi lemak dan tinggi gula mungkin merupakan bawaan atau berkembang sebagai akibat dari kelebihan berat badan.

Namun, otak mempelajari preferensi ini melalui aktivitas otak, seperti pelepasan dopamin, yang kita alami saat memakannya.

Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini hanya berlangsung selama dua bulan, dan efek jangka panjang dari mengonsumsi junk food secara teratur masih belum diketahui.

Namun, ini menyoroti perlunya memperhatikan apa yang kita makan dan bagaimana hal itu memengaruhi tubuh dan otak kita.

Meskipun memanjakan diri dengan makanan manis sesekali baik-baik saja, penting untuk menjaga pola makan seimbang untuk kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here