Menikmati Gurihnya Balakutak Sega Jamblang di Pelabuhan Cirebon

659

Cirebon, Muslim Obsession – Lengang menyapa pagi di Pelabuhan Cirebon. Tak sepi, karena beberapa orang masih tampak melintas untuk memulai aktifitasnya.

Tepat pukul 06.38 waktu di Kota Cirebon, kami memasuki gerbang bercirikan Gapura Bentar. Yakni gapura bergaya tradisi di era Majapahit yang terdiri dari susunan Teracota atau batu bata yang dibuat dari tanah liat.

Di balik gapura, lengang langsung pecah. Tiga orang memainkan ukulele dan seorang yang menggoyang “kecrek” membuat suasana jadi meriah. Inilah musik “wilujeng sumping” ala warung Nasi Jamblang Pelabuhan (NJP).

Kendati menyempil di pintu masuk pelabuhan,  NJP ini menjadi destinasi favorit bagi pemburu Sega Jamblang. Sega berarti nasi dalam bahasa Cirebon. Sementara Jamblang adalah nama daerah yang dipercaya sebagai tempat asal kuliner ini.

Sega Jamblang, kuliner sederhana dengan cerita luar biasa. Sajiannya yang khas menjadi istimewa dengan varian menu dan rasa yang membuat penikmatnya selalu ingin merasakan kembali sensasi kelezatannya.

***

Cerita tentang nikmatnya Sega Jamblang memang bukan “kaleng-kaleng”. Hampir 1.000 persen benar adanya.

Komentar ini keluar dari Muslich Taman, salah seorang peserta Wisata Ziarah Cirebon yang digelar Masjid Raya Telaga Kahuripan (MRTK) Bogor, Sabtu (9/12/2013).

“Ini pengalaman pertama saya makan Sega Jamblang di Pelabuhan. Memang beda. Suasananya, variasi menunya, dan ada balakutak yang benar kata orang, gurih banget rasanya,” ungkap Muslich, sumringah.

Dua “pincuk” nasi, balakutak, telor dadar, pepes jamur, dan sesendok sambal Jamblang yang semuanya dialasi daun jati segera habis dilahapnya.

Nikmatnya menyantap Sega Jamblang juga dirasakan Fathur, peserta wisata ziarah lainnya.

Ia memilih tahu, tempe, dan dua buah balakutak. Tinta hitam balakutak, nama lain ikan sotong, menjadi daya tarik baginya yang kangen pada makanan khas Cirebon itu.

“Terakhir saya makan Sega Jamblang sebelum pandemi lalu. Kini terbayar sudah rasa kangen itu,” kata Fathur.

Sega Jamblang dan Pekerja Rodi

Kendati namanya melegenda, tak banyak orang tahu bahwa ada kaitan antara Sega Jamblang dan Kerja Rodi atau sistem kerja paksa di era kolonial Belanda.

Konon, Sega Jamblang adalah makanan khas Cirebon yang pada awalnya diperuntukan bagi para pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon.

Sega Jamblang saat itu dibungkus dengan daun jati, mengingat bila dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama sedangkan jika dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen.

Daun jati dinilai memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama.

Walaupun menunya sangat beraneka ragam, tetapi harga makanan ini relatif sangat murah. Karena pada awalnya makanan tersebut diperuntukan bagi untuk para pekerja buruh kasar di Pelabuhan dan kuli angkut di jalan Pekalipan.

***

Di warung NJP, konsumen bisa memilih varian menu seperti sambal goreng, tahu sayur, paru-paru (pusu), semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar atau telur goreng.

Selain itu, pembeli juga bisa memilih menu lainnya, seperti telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu dan tempe.

Namun salah satu menu yang menjadi ikon dari sega jamblang adalah balakutak hideung, yaitu cumi-cumi atau sotong berkuah kental yang dimasak bersama dengan tintanya sehingga berwarna hitam seperti rawon.

Warung NJP ini dikelola oleh Bu Hj. Sumarni sejak 1970. Di antara daftar warung Sega Jamblang, warung NJP Bu Sumarni menjadi favorit para penikmat nasi khas Cirebon ini.

Dulu, orang-orang yang mampir sarapan di warung ini masih bisa melihat para pekerja pelabuhan yang mengangkut barang. Saat ini, hanya hamparan belasan speed boat Polisi yang terlihat berjejeran.

Bagi konsumen yang ingin varian selain Sega Jamblang, boleh juga mencoba Sop Dengkil, yakni makanan berkuah dengan isian kikil dengkul sapi.

Sop Dengkil ini menjadi makanan khas Cirebon yang juga banyak pecintanya, karena rasanya yang gurih dan nikmat.

Ya, Cirebon memang surga kuliner. Para pelancong di Kota Wali ini bisa menikmati bermacam menu kuliner yang semuanya lezat, seperti Empal Gentong, Empal Asem, atau Sega Lengko.

Di Cirebon, selain wisata kuliner, pelancong juga bisa berkunjung ke Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman atau belanja di Kampung Batik Trusmi.

Cirebon juga menjadi destinasi wisata ziarah, dimana makam Sunan Gunung Jati menjadi tujuan yang tak pernah sepi. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here