Kodok Ngorek di Tambang Gosowong

Inspeksi Doni Monardo di Malam Hari, Belajar Merawat Alam dari NHM.

531
Doni Monardo bersama karyawan NHM. (Foto: istimewa)

Kodok Ngorek

Kisah kembali ke acara meninjau area tambang PT NHM, pasca tenggelamnya matahari. Mantan Danjen Kopassus 2014-2015 itu sempat membuat peserta rapat dengan jajaran direksi PT NHM saling pandang, setengah terbengong. “Malam hari begini apa yang mau dilihat?” bisik seseorang, bernada heran.

Usai rapat Doni berkata, “Sekarang taruh barang-barang di kamar, setelah itu kita berkumpul di sini untuk memulai peninjauan.”

Beberapa unit kendaraan operasional tambang, jenis SUV 4×4 sudah siap. Mereka bergerak meninggalkan area “permukiman dan perkantoran” tambang menembus kegelapan malam. Titik yang dituju adalah lokasi tailing.

Tailing adalah kombinasi dari butiran halus (biasanya berukuran endapan dalam kisaran 0,001-0,6 mm). Bahan padat ini tersisa setelah logam mulia dan mineral telah diekstraksi dari bijih yang ditambang, bersama-sama dengan air yang digunakan dalam proses pemulihan. Di titik itu, Doni turun dan berjalan menjauh dari parkiran kendararan.

Kurang dari satu jam, rombongan kembali ke lokasi kedatangan pertama, tempat dilangsungkannya rapat dengan jajaran PT NHM. Di dalam ruang, telah terhidang aneka menu makan malam.

Setelah mengambil sesendok nasi dengan lauk ikan dan sayur, Doni tiba-tiba membuka pembicaraan, “Apakah tadi ada yang memperhatikan suara apa yang kita dengar di lokasi tailing?”

“Kodok ngorek…,” sahut beberapa orang bersamaan. Doni tertawa dan menyahut, “Benar. Jadi saya tidak perlu harus melihat kondisi tambang di siang hari, untuk mengetahui bahwa proses tambang di Gosowong ini sudah benar. Tidak ada limbah beracun atau bahan bekas tambang yang berbahaya. Kodok ngorek itu adalah bukti, bahwa ekosistem di lokasi tambang tadi terjaga dan telah pulih dengan baik.”

Mendengar itu, tampak beberapa orang berhenti menyuapkan sendok makan ke dalam mulut, dan melongo mendengar ucapan Doni Monardo. “Ditambah keterangan dari orang NHM, bahwa di lokasi tambang juga masih banyak ular, dan manajemen melarang siapa pun membunuh ular. Bahkan jika ketahuan, akan mendapatkan sanksi,” ujar Doni.

Hewan-hewan itu adalah indikator nyata tentang baik-buruknya sebuah ekosistem. “Jika lokasi tailing tadi beracun atau mengandung limbah berbahaya, saya pastikan tidak akan ada kodok dan ular yang mendekat.

Sama seperti air sungai. Kalau sudah tidak ada ikan, itu tandanya air sungai tadi mengandung limbah beracun. Pernah ada video pendek beredar, di sebuah daerah banyak jenis ikan sapu-sapu yang mati. Padahal ikan sapu sapu jenis yang tahan banting. Artinya ada limbah yang fatal di wilayah itu,” ujar Kepala BNPB 2019 – 2021 itu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here