Ketika Cucu Pendiri Pondok Modern Gontor Gelar Maulidan di Gereja

2203

Hingga tibalah acara Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai. Setelah sambutan dari Hasan Basri, mahasiswa asal Aceh yang menjadi ketua panitia, Husnan pun memberikan sambutan dalam kapasitasnya sebagai Ketua PPEME. Berikutnya adalah sambutan dari pembina PPME Ustad Hambali Maksum, dan sambutan dari pewakilan ulama negara Belanda. Acara-acara seremonial itu berlangsung dengan cukup baik.

Suasana semakin syahdu ketika Ustadzah Maria Ulfa melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Jamaah yang hadir seolah terhanyut mendengarkan indahnya lantunan yang dibawakan qariah internasional itu. Bahkan beberapa jamaah terlihat menitikkan air mata.

Kemudian acara berubah menjadi semakin semarak, ketika seluruh muslim yang hadir membacakan shalawat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berjamaah. Model acara maulidan yang banyak dilakukan muslim di tanah air, rupa-rupanya dipraktikkan benar pada acara itu. Ketika beberapa shalawat yang terdapat di Kitab Barzanji dibacakan, jamaah pun berdiri turut membacanya dengan sangat syahdu dan penuh semangat.

“Dan yang lebih menggetarkan hati lagi adalah ketika Ustadz Sa’ad Samlan berceramah. Gaya ceramahnya yang menggebu-gebu berhasil memancing jamaah untuk meneriakkan Takbir berkali-kali, Allahu Akbar.. Allahu Akbar!! Suara Takbir menggema di seantero ruangan di dalam gereja itu,” ujar Husnan.

Acara Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di Grote Kerk itu menjadi momen yang tak akan dilupakan Husnan di sepanjang hidupnya. Itulah salah satu momen paling bersejarah yang pernah dibuatnya. Satu-satunya acara maulid yang digelar di sebuah gereja besar di pusat Kota Den Haag dan tak pernah terulang lagi. (Fath)

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here