Kejarlah Surga Hingga ke Telapak Kakinya

515

Oleh: H. Winarto AR bin Darmoredjo (Majelis Dakwah Edwin Az-Zahra)

Seorang sahabat meminta kepada saya sebuah tulisan tentang ibu, tepatnya berkaitan dengan hadits Rasulullah yang disebut Al-Imam As-Suyuthi dalam kitab Jami’us Shagir bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu.

الْجَنَّةُ تَحْتَ أقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ

Alangkah luas sekali makna yang dapat kita petik saat Rasul mengabarkan seolah-olah surga itu terletak pada telapak kaki ibu. Artinya, bakti seorang anak harus sampai titik paling rendah kepada ibunya agar pantas diganjar surga.

BACA JUGA: Nikmat Memasuki Tahun Baru

Untuk gampang mengingatnya, bagaimana kalau kita andaikan anak itu seperti sepasang sandal bagi ibunya? Bukankah sandal memang berada di bawah telapak kaki?

Mari kita lihat bagaimana karakter dari sandal yang wajib kita tiru, untuk mendapatkan surga.

Pertama, sandal selalu terletak di bawah kaki. Semahal apapun harga sepasang sandal, tidak akan pernah diletakkan di atas kepala. Demikianlah sikap kita kepada ibu.

Meski kita telah sukses dan kaya raya bagaimanapun, tetap saja posisi kita harus merendahkan diri di bawah kakinya. Jangan sombong hanya karena harta berlimpah, lalu merasa lebih tinggi dari ibu.

Kedua, sandal tak pernah protes dipakai untuk situasi jalan yang bermacam-macam. Jalan kering nan bersih maupun jalan berlumpur nan kotor. Jalan rata yang nyaman maupun jalan berbatu yang tajam.

BACA JUGA: Makna Pergantian Tahun: Adakah Pencapaian yang Sudah Teraih?

Artinya, bakti kepada ibu sepantasnya dalam berbagai situasi. Lapang maupun sempit, senang maupun sulit. Berapa banyak orang yang mengabdi kepada ibunya hanya untuk perkara mudah saja, namun saat ibunya meminta pengorbanan yang lebih besar, ia lari tunggang langgang.

Ketiga, sandal selalu sabar menunggu. Saat sandal dilepaskan di depan rumah, ia akan tetap berada di situ sampai pemiliknya membutuhkan lagi untuk keluar rumah. Tak ada yang lebih setia daripada sandal!

Demikianlah sejatinya sikap yang harus kita tunjukkan kepada ibu. Sabar dan setia. Sebagaimana dahulu ibu teramat sabar mengasuh kita ketika kecil dan begitu setia membesarkan kita.

Berharaplah agar ibu diberi umur panjang, karena kita menikmati setiap keringat yang tumpah dalam bakti kepadanya. Bukan berharap agar berbakti kepadanya segera selesai, karena kita sudah tidak tahan lagi dan begitu tersiksa dalam berbuat taat padanya.

BACA JUGA: Duluan Siang atau Malam?

Akhirnya, setiap kita memang hanya sepasang sandal bagi ibu kita masing-masing. Walaupun tidak mudah, tapi percayalah ibu selalu sayang kepada kita.

Coba lihat jika seseorang kehilangan sebelah sandalnya, ia tak akan rela jika digantikan sebelah sandalnya itu meski dengan yang lebih bagus. Ia hanya ingin sepasang sandal yang seperti semula, bukan yang saling berlainan.

Demikian pula ibu, meski tampak seolah tidak perhatian, sebenarnya itu hanya perasaan kita saja. Ibu tidak akan rela jika kita digantikan dengan anak yang lain. Ibu selalu sayang kepada kita.

Salam Hijrah. Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita! Billahi taufik wal hidayah.

 


#Apakah engkau suka hatimu menjadi lembut dan mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan kepadanya dari rezekimu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.” (HR. ‘Abdurrazaq).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here