Jauhi Hubbud-Dunya, Budak Harta dan Terlalu Cinta Dunia

301

Muslim Obsession – Adakalanya seseorang merasa khawatir tentang kemiskinan atau ketidak-punyaan harta benda. Sikap ini seringkali membuat seseorang terlalu bekerja keras untuk mengeruk harta dan meninggalkan urusan akhirat.

Bagi orang-orang seperti ini, dunia adalah tujuan utama bukan sebagai sarana menuju kebahagiaan akhirat. Mereka senang mengumpulkan harta benda dengan menghalalkan segala cara.

Inilah ciri seseorang memiliki penyakit hubbud-dunya, terlalu mencintai dunia. Sebuah penyakit hati yang dibenci Rasulullah ﷺ. Beliau bersabda:

BACA JUGA: Amalan Ringan Penghapus Dosa

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ (قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ ({تَعِسَ عَبْدُ اَلدِّينَارِ, وَالدِّرْهَمِ، وَالْقَطِيفَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ} أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Celakalah budak dinar, dirham, dan qathifah (jenis pakaian berbeludru atau kain tenunan berbulu). Jika diberi, ia ridha dan jika tidak diberi, ia tidak ridha.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 6435].

Dari hadits tersebut, yang dimaksud dengan budak dinar dan dirham adalah semangat dalam mencari dunia dan merendahkan diri sehingga yang menjadi budak semangat dalam mengumpulkan harta, hanya sibuk menjaganya.

Orang seperti inilah yang dianggap sebagai pelayan dan budak harta. Ia tenggelam dalam syahwat dunia dan mencarinya.

Penyebutan dinar, dirham, dan qathifah (pakaian) hanyalah sekadar contoh. Ada juga yang gila kekuasaan, gila foto, cinta pada rumah, dan hal dunia lainnya.  Intinya, segala hal dunia yang menjauhkan dari perintah Allah, maka dianggap sebagai budak dari dunia tersebut.

BACA JUGA: Ada Istri di Balik Sukses atau Gagalnya Suami

Tandanya adalah kalau dunia didapat, ia ridha. Sedangkan, kalau dunia tidak didapat, ia murka. Ia tidak ridha pada takdir Allah.

Ketahuilah, sekadar memiliki dan mengumpulkan dunia tidaklah tercela. Yang tercela adalah memiliki dan mengumpulkan lebih dari kadar hajat lalu menjauhkan seseorang dari Allah, menjauhkan dari beramal shalih. Kalau harta tetap mengantarkan kepada amal shalih, tentu hal itu tidak tercela.

Ada harta yang manusia butuhkan dan ada harta yang manusia tidak butuhkan. Jangan sampai hati bergantung pada dunia yang tidak menjadi kebutuhan hidupnya sehingga akhirnya memiliki ketergantungan hati kepada selain Allah, bertawakal kepada selain Allah.

Wallahu a’lam bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here