Jadi Pengurus, Gus Baha Jelaskan Alasan Jarang Ikut Rapat dan Pertemuan di PBNU

491
Gus Baha. (Foto: Ponpes Almunawwir)

Jakarta, Muslim Obsession – KH. Bahauddin Nursalim atau Gus Baha tercatat sebagai pengurus syuriah di PBNU. Namun, ia mengakui selama menjadi pengurus, ia jarang sekali ikut rapat dan pertemuan di PBNU.

Hal tersebut disampaikannya dalam peringatan maulid Nabi Muhammad Saw dan Haul Masyayikh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, Leteh, Rembang, Kamis (21/9/2023).

“Kadang saya disalahkan, pengurus PBNU kok ndak pernah rapat. Saya tetap husnudzon. Dalam bab-bab tertentu memang harus ada yang kayak saya begini, mengajar Aswaja,” jelas Gus Baha pada acara yang juga dihadiri Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan Sekjen PBNU H Syaifullah Yusuf (Gus Ipul).

Gus Baha memperkuat argumentasinya dengan sebuah analogi ketika ada orang rapat tentang ketahanan pangan di Jakarta, lalu ada petani yang tidak ikut rapat, tapi menanam padi di sawah, hakikatnya petani tersebut sudah ikut menyukseskan program ketahanan pangan.

Begitu juga ketika pengurus PBNU rapat tentang mempertahankan akidah Ahlussunah wal Jamaah, guru ngaji yang tidak ikut rapat, tapi mengajar kitab Ahlussunah wal Jamaah, maka itu sudah termasuk mempertahankan akidah Ahlussunah wal Jamaah.

“Saya punya analogi, ketika ada orang rapat ketahanan pangan, yang tidak rapat, tapi menanam padi, ini yang buat ketahanan pangan,” tegas Gus Baha.

Gus Baha lalu memberikan analogi lainnya, semisal ada rapat keamanan perumahan, lalu semua satpamnya ikut rapat maka malah membuat bahaya, keamanan jebol.

Jadi, kata Gus Baha, sebaiknya memang perlu ada yang rapat, ada yang tetap jaga keamanan. Sederhana, ada yang rapat di PBNU, ada yang langsung ngajar Ahlussunah wal Jamaah.

“Perlu dicatat, saya ini pengajar kitab Risalah Ahlussunah wal Jamaah karya KH Hasyim Asy’ari, ngaji sorogan. Jadi saya benar-benar mempertahankan akidah Ahlussunah wal Jamaah lewat perbuatan. Nyata. Bukan hanya rapat, ini ngajar beneran,” ujar Gus Baha.

Gus Baha menegaskan, dalam kehidupan penting adanya orang yang suka mengaji dan belajar. Tidak semuanya ikut bagian rapat dan mengambil kebijakan. Sudah ada porsinya masing-masing agar tatanan sosial dan budaya tetap berjalan.

“Saya bagian ngaji, jadi jarang ikut rapat. Ada bagiannya masing-masing. Saya tidak mau rapat NU di PBNU bukan karena apa, yang rapat sudah banyak,” imbuh Gus Baha.

Gus Baha menambahkan, sikap tersebut menjadi pilihannya dalam menjaga Ahlussunah wal Jamaah dan keilmuan. Bahkan, jika kegiatan rapat besar seperti Muktamar Nahdlatul Ulama berada di dekat rumahnya, ia juga belum tentu akan hadir.

“Ketersiksaan saya dengan tokoh-tokoh lain itu beda. Saya bahas ilmu saja. Saya ingin teks-teks suci dikawal oleh ilmunya ulama. Saya ingin matur, jika semisal Muktamar Nahdlatul Ulama di depan rumah saya, belum tentu saya akan datang. Bukan karena sombong,” tandasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here