Gerakan Penolakan terhadap LGBT di Indonesia Dinilai Masih Kurang Besar

110

Jakarta, Muslim Obsession – Wacana kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) se ASEAN yang disebut bakal mengadakan pertemuan di Jakarta, kian menunjukan eksistensi mereka di ruang publik. Hal ini tentu saja tidak boleh dibiarkan.

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tantan Hermansah mengamati, semakin eksinya kelompok LGBT di ruang publik disebabkan karena tidak ada aturan hukum positif yang melarang keberadaan mereka.

Kelompok LGBT juga masih dengan bebas menampakan aktivitas menyimpangnya di media sosial. Terlebih di era digital ini, banyak aktivitas mereka bertebaran di medsos. Mereka seolah semakin percaya diri.

“Di era digital ini mereka jauh lebih bebas melakukan kreasi aktivitas mereka dari pada tampil di dunia nyata, karena mereka merasa hukum belum bisa menjangkau semuanya, bukan hanya hukum positif, tapi juga hukum non formal maupun in formal, itu juga belum bisa masuk,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (13/7).

Selain itu, menurutnya eksistensi mereka semakin menjadi-jadi juga disebkan karena sebagain mereka ada yang menjadi publik figur dan mendapat jabatan penting dari berbagai macam pekerjaan. Sumber pendanaanya juga semakin kuat.

Hal ini ditambah adanya suara-suara dukungan dari aktivis yang mengatasnamakan HAM, dan juga kelompok liberal. “Kian hari mereka merasa semakin percaya diri untuk tampil di ruang publik, baik dunia nyata maupun dunia maya,” terang Tantan.

Presure Harus Lebih Kuat

Tantan menilai kelompok LGBT tengah berusaha merubah tatanan sosial di masyarakat. Karena itu, kelompok besar masyarakat yang menolak keberadaan mereka harus lebih kuat lagi tekanannya untuk menentang keberadaan mereka.

Menurutnya dalam setiap masa akan ada muncul kelompok yang bakal menentang tatanan masyarakat yang sudah mapan. Kalau kelompok yang sudah mapan ini menerima, maka mereka aka semakin besar, karena merasa difasilitasi.

“Tapi kalau mereka merasa bahwa kelompok LGBT ini bisa merusak tatanan sosial, maka harus bisa melakukan berbagai upaya untuk menangkis dan menahan gerakan mereka agar tidak sampai merusak tatanan yang sudah baku,”ujarnya.

Sejauh ini di Indonesia, apa yang dilakukan oleh Ormas Islam, baik NU, Muhammadiyah, Persis MUI dan lain sebagainya sudah kerap melakukan penolakan terhadap mereka. Karena adanya mereka dianggap bisa merusak generasi masa depan anak bangsa.

Namun, ia melihat tekanan dari mereka dari kelompok Islam masih kurang, belum begitu besar. Sebagai penduduk yang mayoritas Islam dan juga masyarakat yang berketuhanan, ia sangat setuju kelompok LGBT harus terus ditekan dengan kuat, agar mereka tidak semakin besar.

“Saya liat presure terhadap mereka dari kelompok Islam ini masih kurang, harusnya kalau memang merasa keberadaan mereka lambat laun bisa mendekontruksi tatanan sosial yanga sudah mapan, harusnya bisa membuat gerakan yang jauh lebih besar lagi untuk menolak mereka,” ungkapnya.

“Dan tentu saja, UIN sebagai kampus Islam dan perguruan tinggi Islam lain yang telah menjadikan Islam sebagai pijakan, inspirasi, basis serta sandaran hidup juga harus mau berdiri di depan untuk menentang mereka kelompok LGBT,” tutupnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here