Doa: Adab, Syarat, dan Waktunya (Bagian 1)

438

Oleh: Ahmad Tavip Budiman, S.Ag, M.Si (Ketua Komisi Dakwah & Pemberdayaan Masyarakat MUI Kota Bogor 2022-2027)

Doa secara bahasa berasal dari kata da’a, yad’u, du’aan, artinya seruan, panggilan, permintaan, dan permohonan. Sementara Lisanul ‘Arab mendefinisikan kata ad-du’a adalah bentuk mashdar dari kata kerja (fi’il) da’a, yad’u, du’a yang berarti ibadah, memohon bantuan dan pertolongan.

Sedangkan menurut istilah, doa adalah ibadah yang hakiki karena menunjukkan kepasrahan diri kepada Allah Ta’ala dan berpaling selain dari-Nya. Kata doa dan derivasinya terulang sebanyak 213 kali dalam 55 surat dalam Al-Quran mengindikasikan bahwa kata doa merupakan kosa kata yang populer dan menunjukkan bahwa manusia membutuhkan sandaran kepada Allah Ta’ala (ihtiyaju lighairihi).

Doa dalam Islam merupakan bagian paling mendasar dari ibadah. Doa dipanjatkan oleh seorang muslim ketika mengalami kesusahan maupun diberi kemudahan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.

BACA JUGA: Khutbah Jumat: 9 Alasan Umat Islam Wajib Bela Palestina

Doa itu merupakan penjabaran tauhid dalam manusia. Doa merupakan perkara besar. Doa tidak dapat dipandang hanya dari sudut pandang fiqh belaka, namun juga ia merupakan bagian dari akidah. Jadi jangan dikira doa itu bagian dari fiqh saja, doa itu masuk dalam pusaran aqidah.

Ibarat sebuah jembatan, doa secara menjadi penghubung antara manusia dengan Allah Ta’ala. Maka, untuk membangun kedekatan antara manusia dengan Allah ‘Azza wa Jalla, bersungguh-sungguh dalam berdoa sebuah keniscayaan dan keharusan.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina,” (QS. Gafir [40]: 60).

Makna ud’uni astajib lakum adalah berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan apa yang kalian minta dan aku beri apa yang kalian mohonkan. Allah memerintahkan agar manusia berdoa kepada-Nya.

BACA JUGA: Hikmah Isra’ dan Mi’raj

Selain itu, ayat ini merupakan peringatan dan ancaman keras kepada orang-orang yang enggan beribadah kepada Allah. Siapa saja yang berdoa selain kepada Allah Ta’ala, maka Allah murka kepadanya.

Seakan-akan Allah mengatakan, wahai hamba-hamba-Ku, menghambalah kepada-Ku, selalulah beribadah dan berdoa kepada-Ku. Aku akan menerima ibadah dan doa yang kamu lakukan dengan ikhlas, memperkenankan permohonanmu, dan mengampuni dosa-dosamu.

Allah itu Dekat

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), “Aku itu dekat”. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran,” (QS. Al-Baqarah [2]: 186).

BACA JUGA: Mari Berbekal untuk Masa Depan

Ayat-Ayat dalam Al-Quran ketika menggunakan kalimat berupa pertanyaan Wa Yas’alunaka (mereka bertanya padamu) maka selalu diikuti dengan kata Qul (katakanlah/jawablah Muhammad). Tetapi dalam Al-Baqarah ayat 186 tidak menggunakan kata Qul yang menghubungkan agar Nabi yang menjawab pertanyaan/permohonan Allah.

Ayat di atas langsung menggunakan kalimat Ujibu (saya kabulkan). Allah Ta’ala sendiri yang langsung menjawabnya. Hal ini menandakan, betapa cepatnya diterimanya doa seorang hamba kepada Allah Ta’ala. Terlebih keberadaan ayat ini berada di ayat-ayat puasa, yang seakan-akan mengindikasikan doa di bulan Ramadhan cepat dikabulkan oleh Allah Ta’ala.

Lebih lanjut kalimat أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ yang mendahulukan kata دعوة (doa) daripada da’i (orang yang berdoa), mengindikasikan doa apa pun yang dihaturkan kepada Allah akan didengar, bukan terletak pada kata da’i atau orang yang berdoa.

BACA JUGA: Guru Bahagia Sukses dan Mulia

Selama doa itu dipanjat, baik ia orang yang melakukan maksiat, banyak dosa, berbuat keburukan, orang yang didalimi atau bahkan orang kafir, maka doa yang dpanjatkan pasti didengar oleh Allah. Apalagi penggunaan kata إِذَا sebagai syarat yang berfungsi sering terjadi.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, yang dimaksud Allah itu dekat yaitu Allah dekat dengan kalian dari urat leher hewan tunggangan kalian. Namun kedekatan yang dimaksud di sini adalah dalam doa. Kedekatan yang dimaksud bukanlah pada setiap kedekatan. Namun hanya ada pada sebagian keadaan. Sebagaimana disebut pula dalam hadits,

أقْرَبُ ما يَكون العبد مِنْ رَبِّهِ وهو ساجد، فَأَكْثروا الدُّعاء (رواه مسلم)

“Tempat yang seorang hamba sangat dekat dengan Rabbnya yaitu ketika ia sujud, maka perbanyaklah berdoa,” (HR. Muslim).

 

(BERSAMBUNG)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here