Catat! Inilah 5 Ladang Riya yang Disukai Manusia

621

Oleh: Drs. H. Tb Syamsuri Halim, M.Ag (Pimpinan Majelis Dzikir Tb. Ibnu Halim dan Dosen Fakultas Muamalat STAI Azziyadah Klender)

Ada lima ladang riya yang umumnya disukai setiap orang. Hati-hati dengan perbuatan riya karena akan menjerumuskan pelakunya kepada kenistaan dan dosa. Lebih dari itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendefinisikan riya sebagai syirik kecil (as-syirk al-ashghor atau as-syirk al-khofiy).

Berikut ini lima lading riya, yaitu:

  1. Riya dalam agama di dalam penampakan badan.

Misalnya dengan menampakkan kekurusan dan kepucatan agar terbentuk citra diri sebagai orang yang amat lelah berjuang, amat bersedih dan takut akherat.

Dengan kekurusannya ia hendak menunjukkan bahwa dirinya makan amat sedikit. Dengan kepucatannya ia hendak menujukkan bahwa dirinya selalu begadang untuk beribadah. Dengan rambut yang acak-acakan dan tak terurus ia hendak menunjukkan bahwa dirinya telah banyak menghabiskan seluruh waktunya dalam peribadatan. Karena apabila sesorang tampak dengan tampilan tubuh seperti itu, ia mengira orang-orang akan menganggapnya suci.

Demikian pula misalnya merendahkan suara, melayukan kedua mata, dan mengeringkan bibir untuk menunjukkan bahwa dirinya banyak puasa. Ini adalah riya ahli agama.

Adapun ahli dunia, riya dilakukan dengan menampakkan tubuh yang tegap, kulit yang bersih, postur yang seimbang dan wajah yang cerah.

  1. Riya dengan pakaian dan penampilan.

Riya ahli agama dalam hal pakaian dan penampilan ini misalnya dilakukan dengan mengenakan baju usang, menundukkan kepala untuk menunjukkan ketenangan, tenang dalam gerakan, mengentalkan bekas sujud di kening, mengenakan pakaian kasar, menganakan pakaian bertambal dan memendekkan lengan baju.

Semua itu dilakukannya untuk menyerupai tingkah orang-orang shaleh yang amat takut kepada Allah ta’ala.

Sedangkan riya ahli dunia dalam hal ini dilakukan mengenakan pakaian mahal, kendaraan mewah, memakai beragam perhiasan, modis, perkakas rmah yang terbuat dari perak, emas, sutera dan sbagainya.

  1. Riya dengan ucapan.

Di antaranya adalah riya para penceramah dan penasehat, misalnya riya dengan berbicara hikmah, menghafal berbagao khabar dan atsar tetang orang-orang saleh untuk diungkapkannya di majelis2 demi menampakkan diri sebagai orang yang berlimpah ilmu, untuk menunjukkan bahwa dirinya amat berpegang teguh pada pendapat salaf saleh.

Yang lainnya misalnya banyak mengucap kalimat dzikir di hadapan orang banyak, sementara hatinya lalai dari dzikir, ini riya ahli agama.

Adapun riya ahli dunia, misalnya dilakukan dengan menghafal banyak syair dan perumpamaan2, belagak fasih dengan berbagai ungkapan yang indah, selalu mengunakan kalimat2 yang sesuai tata bahasa, menghafal gramatika dan tata bahasa agar bisa menyombongkan diri dan angkuh dengannya.

  1. Riya dengan amal.

Riya ahli agama dalam hal ini misalnya dilakukan dengan memperpanjang waktu berdiri dalam sholat, memperbanyak dan memperlama sjud dan rukuk, menundukkan kepala, tdk banyak berpaling, menampakkan ketenangan dan ketentraman. Demikian pula dengan riya ahli agama dengan puasa, dengan bersedekah memberi makan orang-orang miskin, merunduk dan mengatupkan kelopak mata seperti yang tunduk patuh kepada Allah.

Adapun riya ahli dunia dalam hal ini misalnya, dilakukan dengan sikap congkak saat berjalan, menggerakkan kedua tangan, memperpendek jarak langkah, memegang ujung-ujung baju untuk menunjukkan kepangkatan dan kewibawaan.

  1. Riya dengan banyaknya kawan dan pendukung.

Termasuk dalam kategori ini adalah dengan banyaknya pengunjung dan koneksi, dengan banyaknya murid dan santri.

Dia riya dengan semua itu, agar terbentuk citra diri sebagai orang yang memiliki banyak pelayan dan murid, banyak orang yang mengunjunginya untuk bertabarruk dan bolak-balik menyambanginya untuk memenuhi hajat mereka.

Itulah ragam bentuk riya dan ladangnya, semuanya membahayakan, kecuali yang murni dimaksudkan untuk memperoleh ridha Allah Ta’ala, yang terbebas dari berbagai campuran dan lepas dari berbagai kepentingan tersebut.

Wallahu a’lam bish shawab.

 

Referensi:

Kitab Tasyfiyatul Qulub karya KH. Ahmad Yasin bin Asymuni. Penulis merupakan pimpinan Ponpes Hidayatut Thulab Kediri. Karya beliau berbahasa arab rata-rata adalah ringkasan kitab-kitab besar seperti Ihya Ulumuddin, Fathul Bari, Al-Izzar, dll.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here