Buya Syafii Maarif yang Hangat dan Akrab

1070

1.000 Tahun Berhenti Berpikir

Saya ingat benar, di awal kepulangannya dari Amerika, Pak Syafii menghentak umat dengan statemennya yang bernas: “Sudah 1.000 tahun umat Islam berhenti berpikir!” Dalam rangka itu, dia mempromosikan gurunya di Chicago, Prof. Fazlur Rahman. Tokoh kelahiran Pakistan ini juga guru Nurcholish Madjid.

Ini melengkapi apa yang sebelumnya dilakukan oleh Saifullah Mahyuddin dengan mempromosikan Ibnu Khaldun. Menyusul kemudian Amien Rais mengenalkan pikiran-pikiran Sayid Qutb dan Ali Syariati.

Yang mengesankan dari Syafii Maarif ialah sikapnya yang akrab, terbuka, hangat, dan menghargai yuniornya. Kepada para juniornya, Syafii menyapa dengan sapaan akrab dan tanpa jarak: “Bung”.

Seiring dengan promosi Fazlur Rahman oleh Syafii Maarif, buku-buku Fazlur Rahman seperti Islam diterbitkan. Saya pun ikut menikmati karya-karya terjemahan Fazlur Rahman itu.

Suatu hari, karena mengalami kesulitan memahami sebuah teks dari buku terjemahan Fazlur Rahman, saya menemui Pak Syafii untuk mendapat pencerahan dari murid Rahman itu.

Di luar dugaan, Syafii mengaku belum membaca buku tersebut. Tidak cuma itu, dia memuji saya sebagai contoh aktivis yang  gemar membaca. Tentu saja saya jengah mendengar pujian yang tidak terduga itu.

Tentu saja itu pujian yang berlebihan. Lha wong saya cuma membaca karya terjemahan kok. Coba, di mana letak hebatnya?

Pujian itu diulangi Syafii di forum training lanjutan, ketika saya bertugas sebagai pemandu dan Pak Syafii sebagai penceramah. “Saudara-saudara harus tiru senior yang satu ini. Dia bukan cuma aktivis, tapi juga kutu buku. Buku yang belum saya baca, dia sudah baca.”

Ah, Pak Syafii.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here