Buntut Konflik di Palestina, Wanita Gen-Z Malah Berbondong-bondong Masuk Islam

502
Wanita Berhijab (Foto: latterdaysaintmag.com)

Muslim Obsession – Tahukah Anda, semakin banyak wanita milenial dan Gen-Z yang menjadi Muslim, dan mengatakan bahwa mereka terinspirasi untuk mengambil keputusan tersebut setelah membaca Al-Quran dan melihat keimanan yang kuat dari masyarakat Palestina dalam menghadapi perang Gaza.

Konversi mualaf baru-baru ini dimulai setelah peristiwa 7 Oktober dan meletusnya perang Israel di Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 12.300 warga Palestina.

Di antara mereka adalah Madison Reeves, seorang ibu berusia 24 tahun dari Tampa, Florida, yang mulai tertarik pada Islam pada bulan September setelah berbicara dengan seorang gadis Muslim melalui aplikasi bahasa.

Pecahnya perang Gaza dan tingkat genosida yang dilakukan terhadap rakyat Palestina memperkuat tekadnya untuk pindah agama.

Dilansir About Islam, Senin (20/11/2023) ia membagikan video mengenakan hijab pada 24 Oktober dan merayakan keyakinan barunya.

“Ini adalah penyesuaian besar,” kata veteran militer itu kepada Free Press.

Madison bukanlah satu-satunya orang yang mengambil keputusan untuk menjadi seorang Muslim baru-baru ini.

Juga di bulan Oktober, influencer dan penulis TikTok Amerika Megan Rice masuk Islam setelah membaca Al-Quran.

Perjalanannya menuju Islam dimulai ketika ia mendirikan klub buku Agama Dunia untuk membaca Al-Quran sehubungan dengan genosida yang sedang berlangsung di Gaza.

Mualaf lainnya adalah Alex, seorang TikToker muda yang mengaku sebagai ‘kiri queer gremlin’, yang baru-baru ini membeli Al-Quran dan mulai menutupi rambutnya dengan hijab, demikian yang dilaporkan Daily Mail.

Dalam salah satu videonya, Alex membalas kritik bahwa dia akan kembali ke cara-cara Barat setelah ‘keisengan’ ini berakhir.

“Menurut Anda, bagian mana dari gaya hidup Barat yang akan saya ikuti kembali?” dia bertanya. “Eh, kapitalisme yang merajalela? Semua penjajahan? Karena aku benci kedua hal itu.”

Para ahli menyarankan bagi banyak orang, pilihannya adalah “pemberontakan terakhir melawan Barat”.

“Pemberontakan adalah bagian dari masa muda,” kata Lorenzo Vidino, direktur Program Ekstremisme di Universitas George Washington, kepada Free Press.

“Pada titik ini, apa yang lebih memberontak, apa yang lebih anti-Barat, anti-kapitalisme, dan anti kemapanan, selain masuk Islam?” ujarnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here